Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Jumat, 02 Agustus 2019

KUMPULAN DISKUSI KB3 DAN KB4 MODUL 8 PPG PAI


KB 3

Dalam video youtube dimana disana Tendy Naim (manajer direktur restoran Bumbu Desa, aktivis pramuka, dan last but not least) memaparkan dan mempresentasikan tentang PERGESERAN PARADIGMA PENDIDIKAN.

Ada titik point yang saya tangkap yakni : “Tekhnologi dan yang lainnya mengalami perkembangan yang sangat cepat di negeri ini. Cuma satu yang mengalami perkembangan yang sangat lambat yaitu “pendidikan”. Walaupun kurikulum di sekolah-sekolah itu berubah setiap tahunnya, namun cara guru mengajar tetap sama.” (Maaf “menurut saya : ia fokusnya pada pendidikan formal saja, ia lupa ada pendidikan in-formal dan non-formal, dan saya tidak setuju kalau cara mengajar guru tidak berkembang atau tidak berubah, mungkin penelitiannya hanya pada oknum guru yang pernah menempelengnya?).

Dan berikut saya petik beberapa isi pidato Tendy Naim:

Kita tidak banyak menghargai mengenai Art (seni), buktinya dengan tidak banyaknya masyarakat yang mengetahui dan mendatangi museum, perpustakaan, bahkan namanya pun kadang ia tidak ketahui.

Jika di Negara lain, tempat yang paling indah adalah di perpustakaan, hal yang membedakan dengan yang terjadi di Negara kita. Kita bahkan terkadang mencap orang-orang yang rajin keperpustakaan adalah orang yang tidak gaul, padahal di perpustakaan adalah tempat segalanya, semuanya ada.

Nelson mandela mengatakan “education is the most powerful weapon which you can use to change the world”

Tekhnologi dan yang lainnya mengalami perkembangan yang sangat cepat di negeri ini. Cuma satu yang mengalami perkembangan yang sangat lambat yaitu “pendidikan”. Walaupun kurikulum di sekolah-sekolah itu berubah setiap tahunnya, namun cara guru mengajar tetap sama.

Mengajar anak-anak membuat kita awet muda.

Problem siswa sekarang ini adalah :
Tidak dapat menangkap pelajaran
Tidak mengetahui belajar apa dan untuk apa belajar
Pergi sekolah, tapi gurunya,,,,,rapat!

Sebuah complain dari perusahaan yang mengatakan bahwa mahasiswa kita tidak siap untuk kerja, hal ini karena ia tidak mengetahui untuk apa dia belajar.

Problem guru sekarang ini :
Tidak tahu apa yang sedang dikerjakan murid-muridnya
Mengalami kesulitan di dalam menyampaikan informasi / pelajaran
Agak ‘sulit menjangkau’ anak-anak jaman sekarang
Dan 72 % guru belum pernah bermain game di computer….
Sekarang ini ada yang namanya sertifikasi guru dimana para guru mendapatkan gaji 2 kali lipat, sayangnya uang ini hanya digunakan para guru untuk kebutuhan-kebutuhan mewah, seperti beli mobil, dan lain-lain. Dan tidak ada satupun guru yang memanfaatkannya untuk kursus dan menambah kualitas mengajar mereka.

Hal yang berbeda dengan Negara Malaysia, dimana pemerintah disana tidak memberikan sertifikasi guru secara cash, namun menginformasikan kepada guru-guru yang ingin kursus apapun juga, maka pemerintah siap membayarkannya.

Menggaji tinggi itu penting (yes), tapi solusi pendidikan (no) karena sekarang kebutuhan itu yang ada, misalnya di bandung 70 % SK kenaikan golongan guru semuanya ada di Bank sebagai jaminan, dan yang paling menyedihkannya lagi adalah uang yang diambil itu untuk membeli barang-barang yang sebenrnya tidak terlalu di butuhkan, seperti : gorden, furniture dan lain-lain.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, bagaimana wajah pendidikan Indonesia kedepannya. kita mengiginkan pendidikan indonesia kedepan itu maju, tapi focus utama adalah bagaimana agar para anak didik itu yang maju.

Kita selalu meraih juara olimpiade. Yang menjadi pertanyaan, mengapa justru Negara-negara maju seperti jepang dan amerika itu kalah dengan kita. Jawabannya adalah karena sebelum dikirim untuk bertanding, siswa kita di karantina terlebih dahulu, berbeda dengan Negara lain yang memang menampilkan muridnya dengan apa adanya. Artinya, di Indonesia tidak ada hubungan sama sekali bahwa dengan seringnya murid menjuari olimpiade pertanda siswa-siswa Indonesia itu pintar-pintar.

Satu yang paling membanggakan di kita adalah satu orang tokoh yaitu “KI Hajar Dewantara”. namun hanya sedikit yang pernah membaca buku beliau….artinya, kita lupa siapa kita pada pendidikan kita, itulah yang terjadi pada kita sekarang.

Prinsip kelas yang dipakai jepang sekarang ini yang diamibil dari prindip Pendidikan ki Hajar Dewantara adalah : prinsip ‘kelas tiga dinding’ : ‘bentuk, isi dan irama’ pendidikan harus berubah, menyesuaikan dengan kondisi jaman. Yang dipertahankan adalah hakikat / sifat pendidikan  (Ki Hajar Dewantara).

jika di Indonesia ada yang disebut dengan pendidikan negeri dan swasta. Sedangkan kalau di Singapure ada swasta, negeri, public school, private school, dan public school subsudice by government (yang disubsidi oleh pemerintah).

Ada dua yang ki hajar bahas dalam bukunya, yaitu mengenai pendidikan dan juga budaya. Buku itu luar biasa mengenai among dan pamong.

Itulah sekilas isi presentasi Tendy Naim yang bisa saya tulis...

Argumentasi dan Menurut saya :

Kalau kita cermati Ki Hajar Dewantara menyebutkan sumber pendidikan itu ada 3 yakni : sekolah, masyarakat dan keluarga. Namun dalam pidato Tendy Naim hanya fokus berbicara pada pendidikan sekolah (Pendidikan formal) dia lupa masih ada lagi pendidikan non-formal dan In-formal sehingga guru selalu disalahkan ketika peserta didik tidak sesuai dengan out-put. Padahal Pendidikan keluarga (in-formal) dan juga pendidikan dalam masyarakat (non-formal) juga tidak kalah pentingnya dalam perkembangan anak.

Sementara itu sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa pendidikan itu hanya di sekolah sehingga banyak orang tuan cendrung apatis dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya ke Bapak dan Ibu gurunya di sekolah. Padahala sudah jelas disebutkan dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Sebagai Pendidikan pertama dan utama, keluarga memiliki andil lebih besar dalam memberikan didikan kepada anak karena mengingat waktu anak bersama keluarga (Ibu dan Bapak) seharusnya lebih banyak dibandingkan di sekolah yang hanya beberapa jam saja. Orang tua haruslah memberikan teladan atau contoh yang baik serta memberikan nasehat dan mengingatkan anak supaya menghindari, menjauhi dan tidak akan pernah untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela sebagai mana problem problem yang terjadi seperti paparan yang telah disebutkan di atas. Karena dengan teladan dan nasehat sejak dini kemungkinan besar segala problem negatif yang merusak anak bangsa bisa di antisipasi sejak dini.

Sesungguhnya anak membutuhkan teladan atau contoh nyata dan bukan teori semata, karena mereka lebih dekat dengan hal hal yang bersifat konkrit dan bukan yang sifatnya abstrak. Contoh berprilaku baik bukan hanya ranah para pendidik atau guru di sekolah formal, namun juga keluarga sebagai pendidik di ranah in-formal serta masyarakat di pendidikan non-formal juga harus peduli dalam memberikan suri teladan yang baik, contoh yang positif kepada anak-anak dalam kehidupan sehari hari. Anak juga butuh pembiasaan sebagaimana dalam slogan menyebutkan" Barang siapa yang terbiasa terhadap sesuatu maka terbiasalah ia". Nah, apabila sedini mungkin ditanamkan akhlak dan karakter yang baik serta mencerdaskannya baik kecerdasan intelektualnya, kecerdasan emosionalnya dan kecerdasan spritualnya kepada anak di era kekinian ini maka besarlah harapan kita untuk untuk tercapainya cita cita bangsa kita. Wallohu a’lam...

KB 4

Setelah menyaksikan video tersebut, saya ingat tulisan saya pada tanggal 25 Desember 2013 yang saya publis di koran dan di blog saya yang berjudul “ kesenjangan pendidikan” https://menzour.blogspot.com/2013/12/realita-kesenjangan-pendidikan.html dan berikut saya uraikan isinya karena memiliki konten yang beda tipis dengan yang di video:

Problem hingga saat ini ialah belum terjadi pemerataan pendidikan, baik dari segi tenaga pengajar atau pendidik, fasilitas sarana prasarana dan peserta didik yang kelak menjadi generasi penerus bangsa ini.

Lembaga pendidikan atau sekolah yang kualitasnya bagus karena memiliki pendidik yang kompeten, fasilitas lengkap dan peserta didik yang cerdas karena yang boleh masuk di level ini biasanya yang “mampu”, pinter dan cerdas secara akademis dengan melakukan seleksi silang karena dianggap lembaga pendidikan ini “pavorite” sehingga yang boleh masuk adalah orang atau anak orang tertentu sehingga sekolah ini akan terlihat semakin bagus dan maju.

Sedangkan sekolah yang kualitasnya sedang atau lebih rendah dari kategori sedang  justru sebaliknya akan semakin dimarginalkan, sehingga lembaga pendidikan ini kualitasnya kurang bagus bahkan akan menjadi bertambah buruk jika tidak ada perhatian lebih oleh yang berkewajiban memperhatikan lembaga pendidikan yang terbelakang ini, dimana sekolah ini tenaga pengajarnya tidak kompeten karena tidak lengkapnya bahan pendukung, fasilitasnya minim dan peserta didiknya kurang secara akademis karena biasanya yang sekolah di tempat ini hanyalah anak rakyat jelata yang tidak mampu secara finansial.

Kesenjangan tingkat kelembagaan ini seharusnya bisa mendapat kontrol dari pemerintah sehingga pemerataan di lembaga pendidikan dimanapun posisinya akan balance fasility baik sekolah itu di perkotaan maupun di pelosok atau daerah pinggiran, namun kelihatannya hal ini belum bisa terealisasi karena banyak faktor dan alasan.

Namun jika hal ini terwujud maka keadilan dunia pendidikan menjadi terealisasi dimana tenaga pendidik dan fasility merata di setiap lembaga pendidikan dimanapun adanya, tapi ini mungkin masih hayalan penulis.

Juga  yang menonjol ialah kesenjangan personal baik pendidik maupun peserta didik. Dimana kesenjangan ini sangatlah nyata ada disetiap lembaga pendidikan dimana terdapatnya sebagian para pendidik yang dapat tunjangan dan kesjahteraan dari mana-mana sementara ada juga yang hanya mengharapkan kesejahteraan dari satu sisi saja, sedangkan peserta didik ada yang kaya dan miskin namun hal ini sedikit dapat diminimalisir dengan adanya “sekolah gratis”.

Secara nasional ada yang paling menonjol pada dunia pendidikan yakni sebagai orang dapat menikmati program kelas bertaraf internasional di sekolah mewah dan berkelas dengan dana lebih dari puluhan jutaan. Maka hal tersebut hanyalah dapat dinikmati oleh golongan kelas atas yang kaya raya dan mapan.
Dengan kata lain yang maju semakin maju, sedangkan golongan yang terpinggirkan akan semakin tersisih dan tenggelam dalam arus globalisasi dan modernisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret serta menghanyutkan mereka dalam jurang kemiskinan, kobodohan dan ketertinggalan.

Artinya si kaya dan orang kelas atas menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan yang mewah dan berkualitas tinggi, sedangkan di saat yang sama ada masyarakat yang golongan ekonominya lemah harus berusaha bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Maka, kesenjangan seperti ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial.

Maka peningkatan kualitas pendidikan yang telah dan sedang tercapai bisa menjadi mubazzir, tidak ada arti jika gejolak sosial dalam masyarakat yang diakibatkan karena kesenjangan yang disebabkan ketidakadilan dalam mendapatkan pendidikan serta kemiskinan yang tidak berujung.

Tidak hanya kualitas pendidikan, fasilitas dan kemampuan peserta didik secara akademis yang menjadi kesenjangan pada dunia pendidikan, akan tetapi juga secara psikologis yaitu perkembangan peserta didik. Apabila anak didik sudah dikotak-kotakkan berdasarkan kecerdasan intelektualnya atau berdasarkan taraf ekonominya dengan sistem pendidikan, maka generasi muda Indonesia akan menganggap bahwa ketidakadilan merupakan hal yang lumrah atau biasa.

Oleh karena itulah, kebijakan pemerintahlah yang seharusnya meminimalisir akan terjadinya kesenjangan pada dunia pendidikan baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dapat di simpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan di negara ini, yaitu diantaranya yang penulis renungkan yakni diantaranya dari segi sumber daya manusia, Infrastruktur, Proses pembelajaran yang konvensional yang paling urgent fasilitasnya.

Dengan demikian hal ini menunjukkan lemahnya sistem pendidikan nasional kita jika dibiyarkan berlarut-larut, maka diperlukan pemerataan pendidikan dari tingkat pusat, daerah perkotaan sampai daerah plosok yang terpencil dan terpinggirkan, sehingga kesenjangan pada dunia pendidikan dapat di minimalisir secara bertahap walaupun tidak mungkin secara kun payakun artinya disini penulis agak pesimis kesenjangan bisa didelet, tapi mudah-mudahan dunia pindidikan di Indonesia semakin maju seiring dengan akan berlakunya kurikulum 2013 yang rencananya akan mulai diberlakukan pada bulan juli ini yang note-benenya direncaanakan memberikaan kemudahan bagi pendidik dan peserta didik dengan mengedepankan tematik integratif,  insya Allah amin!!!

TULISAN INI SAYA TULIS TAHUN 2013 LALU DI KORAN DAN BLOG...

Kalau boleh saya punya usul solusi yang dapat saya berikan dan “mungkin” yang paling pertama yang harus dibenahi pada sisi pemerintah seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap masalah pendidikan yang ada di Indonesia dan menangani dengan serius masalah pendidikan di pelosok-pelosok negeri Indonesia ini serta pemberian alokasi dana untuk pendidikan pada daerah yang lebih merata karena dengan adanya alokasi dana bisa membuat keadaan pendidikan menjadi lebih baik lagi, dari segi sisi orangtua seharusnya pada usia wajib sekolah seharusnya diizinkan untuk sekolah bukan untuk membantu orang tua mencari uang mungkin boleh membantu mencari uang tetapi dalam catatan tidak mengganggu aktivitas anaknya dalam sekolah, bukan hanya pemerintah saja kita juga sebagai guru harusnya bisa membantu negara terlebih sebagai guru PNS dan lebih-lebih sertifikasi untuk dapat meningkatkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju dan berkualitas.
Saya berharap agar sekolah-sekolah baik negeri atau suasta di pelosok-pelosok menjadi lebih berkembang sehingga pendidikan di pelosok-pelosok bisa sama dengan yang ada di kota, dengan itu semakin banyaknya sumber daya manusia yang berpendidikan sehingga Indonesia tidak harus lagi menggunakan tenaga asing tetapi menggunakan tenaga ahli dari Indonesia sendiri dengan demikian Indonesia akan jauh lebih maju dan menjadi Negara yang maju bukan berkembang lagi. insyaAllao amin...
@MENZOUR_ID



Tidak ada komentar:

Posting Komentar