A. Latar Belakang
Manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk
ciptaan lainnya, karena manusia terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani,
yang keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, keduanya saling
menunjang dalam kehidupan. Di sisi lain, manusia adalah makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk, kedudukan manusia sebagai hamba/pengabdi dan juga sebagai khalifah di
muka bumi.
Dalam al-Qur’an
surat al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman :
Allah
menegaskan bahwa : “Wahai manusia ! sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal…” [[1]]
Merujuk pada
ayat ini, bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai bangsa dan suku agar
manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang lain. Menurut pendapat
kami, yang dimaksud saling mengenal di sini bukan sekedar mengetahui asal seseorang
dari bangsa dan suku mana, tetapi lebih jauh dari itu adalah mempelajari dan
memahami keragamannya baik berupa sejarah, budaya, pola sikap dan tingkah laku
maupun praktik keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari di mana manusia itu
berada.
Posisi penting
manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama
dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami
manusia.Persoalan-persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan
agama yang sebenarnya.Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya
adalah pergumulan keagamaannya, karena berbagai aspek kehidupan manusia tidak
terlepas dari agama.
Praktik
keberagamaan dalam kehidupan umat Islam beraneka ragam tergantung pada berbagai
faktor yang memengaruhinya, misalnya mazhab yang dianutnya atau pola hidup
keberagamaan kaum muslim pun ada yang berbeda sesuai dengan kecenderungan pada organisasi-organisasi
Islam tertentu. Ada pula yang praktek keberagamaannya terpengaruh dengan budaya
lokal tertentu, sehingga budaya dikaitkan dengan ajaran agama.Jadi mempelajari
manusia berarti tidak terlepas dari mempelajari budaya dan praktek
keberagamaannya.
Dengan demikian memahami Islam
yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami
manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan
yang mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki dari
keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena
itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk
memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan dalam
kehidupan.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka kami menulis makalah ini dengan judul Pendekatan
Antropologi Dalam Studi Islam.
B. Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan pokok yang perlu diuraikan
dalam pembahasan ini antara lain :
1. Apakah antropologi dan pendekatan
antropologi itu?
2. Apa saja obyek kajian dalam
pendekatan antropologi?
3. Bagaimakah cara kerja
pendekatan antropologi dalam studi Islam?
4. Apakah pengaruh antara pendekatan antropologi dalam
studi Islam terhadap pembaharuan dalam Islam?
C.
Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui arti antropologi dan pendekatan antropologi.
2. Untuk
mengetahui obyek kajian dalam pendekatan antropologi.
3. Untuk
mengetahui cara kerja pendekatan antropologi dalam studi Islam.
4. Untuk mengetahui
pengaruh antara pendekatan dalam
studi Islam terhadap pembaharuan dalam Islam.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Antropologi dan Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
1. Pengertian antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti
"manusia", dan logos yang berarti ilmu. [[2]]Kata antropologi dalam
bahasa Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan sebagai the social science that studies the origins and social
relationships of human beings atau the science of
the structure and functions of the human body.[[3]]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
antropologi adalah ilmu tentang manusia khususnya tentang asal usul, aneka
warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau, ilmu
tentang organisme manusia dan tentang manusia sebagai obyek sejarah alam.[[4]]
Menurut
Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.[[5]]
Menurut Akbar S. Ahmad
(dalam Hasan Baharun, Akmal Mundiri, dkk), antropologi adalah sebuah ilmu yang
didasarkan atas observasi yang luas tentang kebudayaan, menggunakan data yang
terkumpul, dengan menetralkan nilai, analisis yang tenang (tidak memihak).[[6]]
Dari beberapa
pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan suatu pengertian bahwa antropologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan
(cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkannya,
sehingga di antara satu manusia dengan
yang lainnya berbeda-beda.
2.
Pengertian pendekatan antropologi Dalam Studi Islam
Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah
pendekatan adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat
dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji.
Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga mencakup berbagai tekhnik yang
digunakan untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data sesuai dengan cara
melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji. Dengan demikian, pengertian
pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau
cara melihat sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian, tetapi juga mencakup
pengertian, metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.
Menurut
Abudin Nata, “Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat di artikan sebagai salah
satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak
akrab dan dekat dangan masalah-masalah yang di hadapi manusia dan berupaya
menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yangdi
gunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah di gunakan
pula untuk memahami agama”.[[7]]
Islam adalah agama samawi
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Islam tidak
hanya diperuntukkan kepada Nabi Saw, tetapi juga untuk umatnya (manusia).
Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami serta dilaksanakan oleh umat
manusia, maka dalam penyampaiannya harus menggunakan pendekatan atau metodologi
yang sesuai dan tepat. Jika tidak, maka
dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama Islam hanya tinggal namanya
saja. Hal ini perlu disadari oleh para ilmuwan muslim. Dan karena agama
itu sangat erat hubungannya dengan manusia, maka pendekatan antropologi sangat
penting untuk diterapkan didalam studi Islam.
Pendekatan antropologi
dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan
sesuatu gejala yang menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan
sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan antropologi dalam studi Islam
adalah suatu cara pandang yang mendalam dan proporsional praktik keberagamaan
kaum muslim sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal, politik,
ekonomi, sosial dan pengaruh
fakto-faktor lainnya dalam kehidupan.
B. Obyek
Kajian Dalam Pendekatan Antropologi
Abd. Shomad dalam M.
Amin Abdullah dkk.mengemukakan bahwa secara umum obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi
dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai
organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga cabangnya: arkeologi,
linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik menyibukan diri
dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang manusia serta memusatkan studi
terhadap variasi umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini
sesungguhnya menyediakan kerangka yang diperlukan oleh antropologi budaya.
Sebab tidak ada kebudayaan tanpa manusia.[[8]]
Sedangkan
menurut Atho Mudzhar, ada lima fenomena agama yang dapat dikaji melalui
antropologi, [[9]] yaitu:
1. Scripture atau naskah
atau sumber ajaran dan simbol agama.
2. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap,
perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan
dan waris.
4. Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan
berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan,
Syi’ah dan lain-lain.
Kelima obyek di
atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologi, karena kelima obyek tersebut
memiliki unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusia.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
jika ditinjau dari pengertian antropologi secara umum, obyek kajian dalam antropologi
mencakup 2 (dua) hal yaitu :
a) Keanekaragaman bentuk fisik manusia.
b) Keanekaragaman
budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Sedangkan secara khusus pengkajian antropologi dalam studi Islam, maka
obyek kajian antropologi meliputi lima
hal yaitu :
a) Scripture atau naskah
atau sumber ajaran dan simbol agama.
Pada bagian ini antropologi mengkaji
bagaimana cara pandang penganut agama terhadap al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
naskah atau sumber ajaran agama Islam yang dianutnya, serta bagaimana cara
menfsirkan isi ajaran tersebut dan diimplementasikan dalam kehidupannya.
b) Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap,
perilaku dan penghayatan para penganutnya.
Terhadap penganut, pemimpin atau pemuka
agama, antropologi mengamati, mengkaji
dn meneliti sikap, perilaku dan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianutnya serta pengaruh sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan dan
lainnya, bahkan sampai pada pengaruh faktor geografis dalam pengamalan ajaran
yang dianutnya.
c) Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan
dan waris.
Dalam beragama ibadah-ibadah ritual
merupakan suatu hal yang sangat sakral, terjaga dan terpelihara, namun hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh budaya dan
aspek-aspek kehidupan manusia lainnya dan hal tersebut menyatu dan berlangsung
dalam kehidupan manusia.
d) Alat-alat seperti masjid,
peci dan semacamnya.
Alat-alat seperti masjid, tasbih,
sorban, peci dan lainnya merupakan symbol atau lambang dalam kehidupan
keberagamaan, dan hal inipun tidak terlepas dari pengaruh berbagai aspek
kehidupan manusia di mana ia berada.
e) Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan
berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Syi’ah dan lain-lain.
Organisasi sebagai wadah berhimpunnya
para penganut, tokoh atau pemuka agama yang terkotak-kotak sesuai dengan
isme-isme yang dianutnya serta sikap dan perilaku kelompok menjadi suatu budaya
dan bahkan menjadi suatu kekuatan dalam kehidupan keberagamaan dan
kemasyarakatan .
Bustanuddin Agus
mengemukakan bahwa, Jika budaya tersebut
dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari adalah agama sebagai
fenomena budaya, bukan ajaran agama yang datang dari Allah. Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama dan segenap
perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral, [[10]]
Menurut
pendapat tersebut, bahwa praktik yang nyata dalam kehidupan yang dimaksud
adalah praktik keberagamaan, bukan agama.Artinya bahwa praktik dalam keseharian
kehidupan manusia adalah telah adanya pengaruh budaya, social, ekonomi,
politik, sejarah dan keadaan geografis terhadap ajaran agama dalam kehidupan,
dan hal tersebut itulah merupakan obyek kajian pendekatan antropologi.
C. Kerangka Operasional
Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
PENDEKATAN
ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM
|
Perilaku
Keberagamaan Dalam Kehidupan Sehari-hari
|
MANUSIA
|
Keaneka
Ragaman
Cipta, Rasa dan Karsa
|
Agama
|
·
Budaya
·
Sejarah
·
Social
·
Politik
·
Ekonomi
·
Geografis
|
·
Scripture (Naskah/Sumber ajaran dan Symbol
Agama)
·
Penganut/pemuka agama (perilaku dan
penghayatan ajaran agama)
·
Ritus dan Ibadat (Shalat, Puasa, Haji,
Perkawinan, Waris dll).
·
Alat-alat (Masjid, Peci, Sorban, dll.)
·
Organisasi Keagamaan (NU, MUI, Muhammadiyah,
Persis dll).
|
D. Cara Kerja Pendekatan antropologi
dalam studi Agama (Islam)
Pendekatan antropologis dalam memahami agama
dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat
wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah
yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam
disiplin ilmu agama. Antropologi lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan
sifatnya partisipatif.Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya
induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam
pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu
turun ke lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya
membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat
abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi
yang menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada
penelitian historis.
Penelitian antropologi agama harus dibedakan dari
pendekatan-pendekatan lain. Para peneliti antropologi harus melakukan atau
menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia harus menimbulkan pertanyaan
sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri yang spesifik, dan
mempraktekkan metode sendiri yang spesifik pula. Antropologi dapat dianggap
sebagai ilmu keragaman manusia, dalam tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan
demikian, antropologi agama akan menjadi penyelidikan scientific keragaman
agama manusia.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari
manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari
tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan
kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen
antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan
ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan
berbagai budaya.
Posisi penting manusia dalam Islam juga
mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam
adalah bagaimana memahami manusia.Karena manusialah sebagai pelaku dalam
keberagamaan dan kebudayaan.Persoalan-persoalan yang dialami manusia adalah
sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya, sebab Islam sebagaimana yang
terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits meliputi semua aspek kehidupan.Pergumulan
dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya. Para
antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan
membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'common sense' dan 'religious atau
mystical event.' Dalam satu sisi common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari
yang biasa diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan
teknologi, sementera itu religious sense adalah kegiatan atau kejadian yang
terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun teknologi.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses
dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena
realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah
dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah
terletak pada interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena itu, antropologi
sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas
kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan-Islam that is
practised-yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Karena begitu
pentingnya penggunaan pendekatan antropologi dalam studi Islam (agama), maka
Amin Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologiterhadap agama, [[11]] yaitu :
1. Bercorakdescriptive, bukannya
normative.
Pendekatan antropologi bermula dan diawali dari
kerja lapangan (field work), berhubungan dengan orang,
masyarakat, kelompok setempat yang diamati dan diobservasi dalam
jangka waktu yang lama dan mendalam. Inilah yang biasa disebut
dengan thick description(pengamatan dan observasi di
lapangan yang dilakukan secara serius, terstuktur, mendalam dan berkesinambungan). Thick
description dilakukan dengan cara antara lain Living in
, yaitu hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti ritme dan
pola hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari,
berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkansecara akademik. John R Bowen,
misalnya, melakukan penelitian antropologi masyrakat muslim Gayo,di
Sumatra, selama bertahun-tahun. Begitu juga dilakukan oleh para antropolog
kenamaan yang lain, seperti Clifford Geertz. Field note research
(penelitian melalui pengumpulan catatan lapangan) dan bukannya
studi teks atau pilologi seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis
adalah andalan utama antropolog. [[12]]
2. Yang terpokok dilihat oleh pendekatan
antropologi adalah local practices , yaitu praktik konkrit
dan nyata di lapangan.
Praktik
hidup yang dilakukan sehari-hari, agenda mingguan, bulanan dan tahunan,
lebih-lebih ketika manusia melewati
hari-hari atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani
kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja yang dilakukan untuk
melewati peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan tersebut (rites
de pessages) ? Persitiwa kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan
. Apa yang dilakukan oleh manusia ketika menghadapi dan menjalani ritme
kehidupan
3. Antropologi selalu mencari keterhubungan dan
keterkaitan antar berbagai domain kehidupan secara lebih utuh (connections
across social domains).
Bagaimana
hubungan antara wilayah ekonomi, sosial, agama, budaya dan politik. Kehidupan tidak dapat
dipisah-pisah.Keutuhan dan kesalingterkaitan antar berbagai domain kehidupan
manusia. Hampir-hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang dapat
berdiri sendiri, terlepas dan tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.
4. Comparative,artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan
perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
Studi dan pendekatan antropologi memerlukan
perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama. Talal
Asad menegaskan lagi disini bahwa “What is distinctive about modern
anthropology is the comparisons of embedded concepts (representation)
between societies differently located in time or space. The important thing
in this comparative analysis is not their origin (Western or non-Western), but the
forms of life that articulate them, the power they release or disable.”
Setidaknya, Cliffort Geertz pernah memberi contoh bagaimana dia
membandingkan kehidupan Islam di Indonesia dan Marokko. Bukan sekedar
untuk mencari kesamaan dan perbedaan, tetapi yang terpokok adalah untuk
memperkaya perspektif dan memperdalam bobot kajian. Dalam dunia
global seperti saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu memberi
perspektif baru baik dari kalangan outsider maupun insider.
Jika kita
telusuri dalam kehidupan keberagamaan ada kegiatan keberagamaan yang berkembang dimasyarakat, tetapi tidak ada
dalil naqli yang menjelaskannya, dan hal tersebut sudah menjadi bagian ritual
dari kehidupan masyarakat muslim itu sendiri, misalnya peringatan maulid nabi
Muhammad Saw, halal bi halal dan lain-lain.
Pada akhir-akhir ini kita juga mengetahui bahwa ada
lagi kegiatan Walimatul al-Safar yang dilakukan orang sebelum berangkat
menunaikan ibadah haji.Hal-hal tersebut merupakan gejala-gejala social yang
perlu dikaji dan diteliti. Bagaimana
seseorang dan atau kelompok melakukan praktik-praktik lokal dalam mata rantai
tindakan keagamaan yang terkait dengan dimensi social, ekonomi, politik,
dan budaya. Sebagaimana contoh ritus baru yang disebut “walimah al-Safar”
tersebut. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini dalam keterkaitannya dengan
agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya? Religious ideas yang
diperoleh dari teks atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini.
Bagaimana tindakan ini membentuk emosi dan menjalankan fungsi
sosial dalam kehidupan yang luas?. Bagaimana walimah safar yang tidak
saja dilakukan di rumah tetapi juga dilaksanakan di hotel dengan
mengundang para tokoh agama, tokoh masyarakat dan orang-orang penting lainnya?
Oleh karenanya, keterkaitan antara local practices, religious ideas,
emosi individu dan kelompok maupun kepentingan sosial – poilitik tidak
dapat dihindari. Semuanya membentuk satu tindakan yang utuh.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu
yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami
agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk
dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang
holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka
sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama
dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
E.
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
Setiap metode
atau pendekatan dalam penelitian dan pengkajian terhadap suatu masalah pasti
terdapat kelebihan dan kekurangan dari pendekatan yang digunakan. Begitu pula
pada pendekatan Antropologi dalam studi Islam, kita akan menemukan kelebihan
dan kekurangannya.
Dalam
pengkajian makalah ini kami dapat mengemukakan beberapa kekurangan dan
kelebihan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam, sebagai
berikut :
1. Kelebihan
Kelebihan yang
terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
a)Pendekatan antropologi bercorak
deskriptif dan denganmelakukan pengamatan langsung, sehingga peneliti
mengetahui dengan sebenarnya praktik keberagamaan (local practices) praktik
yang nyata di suatu tempat.
b) Antropologiselalu mencariketerkaitan atau
hubungan antara berbagai domain kehidupan secara lebih utuh dan melakukan
perbandingan dari berbagai tradisi.
c)
Dengan antropologi kita dapat meneliti asal-usul agama, dan dengan
itu kita dapat mengerti cara berpikir
manusia yang menganut agama tersebut pada zamannya,sehingga dengan melakukan
kajian lewat agama kita dapat mengetahui pola berpikir manusia pada zaman
dahulu, karena pasti ada keterkaitan antara agama dan manusia.
d)
Antropologi lebihterfokus pada symbol-simbol dan unsur-unsur dalam agama
seperti sholat, puasa, haji, golongan agama, pemuka agama dan sebagainya,
karena hal itu dapat mempengaruhi manusia.
2. Kekurangan
Kekurangan yang
terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
a)
Antropologi tidak membahas fungsi agama bagi manusia, tetapi membahas
isi dan unsur-unsur pembentuk dalam agama itu berkaitan dengan manusia dan
kebudayaan sehingga akan sulit mengamati terjadinya sekularisasi.
b)
Dalam kehidupan terjadinya pembauran antara budaya dan agama, sehingga
dalam praktiknya jika kita tidak cermat mengamatinya, maka tidak dapat
dibedakan antara agama dan budaya.
Sebagaimana yang
telah kita ketahui bahwa pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara
melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari
manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari
tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan
kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen
antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan
ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan
berbagai budaya.
Sedangkan
pembaharuan dalam Islam menurut Harun Nasutionadalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan
Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi modern. [13]
Menurut Abd.
Rahman Assegaf bahwa gagasan dan ide modernisasi Islam muncul sebagai upaya
interpretasi kaum muslim terhadap sumber-sumber ajaran Islam dalam rangka menghadapi
berbagai perubahan social-kultural yang terjadi dalam setiap waktu dan tempat
masing-masing. [14]
Menurut H.
Abudin Nata, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi,
menambah teks al-Qur’an maupun teks al-Hadits, melainkan hanya mengubah atau
menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan zaman…selain itu
pembaharuan dalam Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti
ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan
karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengan kenyataan
yang terjadi di masyarakat.[15]
Dari beberapa
definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa modernisasi atau pembaharuan
dalam Islam adalah sebuah bentuk
implementasi dari ajaran Islam secara kontekstual atas dasar
interpretasi atau penafsiran, dan hal tersebut merupakan respond an jawaban
kaum muslim atas segala persoalan yang dihadapi di zamannya serta mereka harus
menyambutnya dengan arif dan bijaksana.
Dengan demikian
menurut pendapat kami, bahwa ada pengaruh antara pendekatan antropologi dalam studi
Islam dan pembaharuan dalam Islam, karena keduanya mengkaji masalah
keberagamaan dan menempatkannya secara proporsional. Pendekatan antropologi
dalam Islam meneliti manusia dengan praktik keberagamaan yang beraneka ragam
karena dipengaruhi oleh berbagai factor kehidupan sedangkan dengan adanya
pembaharuan dalam Islam, dapat diketahui inti ajaran Islam yang sebenarnya,
baik secara tekstual maupun kontekstual serta mengetahui dan memahami
praktik-praktik keberagamaan lokal yang dipengaruhi oleh berbagai factor
tersebut(budaya, social, ekonomi, politik dan lain-lain).
III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman isi Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber
utama ajaran Islam tidak lagi terbatas pada pemahaman tekstual/tersurat saja,
tetapi perlu dikembangkan ke arah pemahaman yang kontekstual/tersirat. Dengan
kata lain, pendekatan yang digunakan dalam studi Islam dan keislaman tidak lagi
hanya menggunakan pendekatan normatifitas saja, tetapi perlu dan sangat penting
untuk menggunakan jenis-jenis pendekatan lain yang dapat diterima oleh
masyarakat yang sangat majemuk/kompleks. Agar Islam dapat diterima, dipelajari,
dipahami dan diamalkan ajarannya oleh umat manusia yang tersebar
diseluruh penjuru dunia yang berbeda-beda suku, adat istiadat, ras, bahasa,
letak geografis, dan lainnya, maka perlu tindakan nyata yang lebih arif dan
bijaksana dari para ilmuwan Islam.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari
manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari
tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan
kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen
antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan
ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan
berbagai budaya.
Pendekatan antropologi dalam studi Islam meneliti praktek keberagamaan
yang dipengaruhi oleh factor budaya, social, ekonomi, geografis dan lain-lain,
sedangkan pembaharuan dalam Islam menempatkan inti ajaran Islam yang
sebenarnya, yang dalam praktiknya telah terpengaruh dengan factor budaya,
social, ekonomi, politik, geografis dan lain-lain dalam kehidupan.
B.
Penutup
Demikianlah makalah ini dapat kami sampaikan, kami
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik berupa
sistematika penulisan, isi maupun bahasa yang digunakan.
Oleh karana itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Amin, Urgensi
Pendekatan Antropologi Untuk Studi Agama dan Studi Islam, https :
//aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-
agama-dan-studi-islam/ diakses 21/3/2016
Abdullah, M. Amin, Dkk. 2006, Metodologi Penelitian Agama,
Pendekatan Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan
Kalijaga
Agus, Bustanuddin, 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia;
Pengantar Antropologi Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada
Assegaf, Abd. Rahman, 2013, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam
Hadharah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Bahrun Hasan, Mundiri Akmal, dkk. 2011, Seri Pemikiran Tokoh
Metodologi Studi Islam Percikan Pemikiran Tokoh Dalam Membumikan Agama,
Jogjakarta, Ar-Ruzz Media.
Departemen Agama RI, 2009, Syamil Al-Qur’an The Miracle 15 in 1,
Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema.
Mudzhar, M. Atho, 1998, Pendekatan
Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution Harun, 1975, Pembaharuan
Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang
Nata,
H. Abuddin, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 21 Maret 2016.
--------------------------------,Kamus
Inggris Indonesia - Indonesian English Dictionary, http://www.xamux.com/engt-ind_anthropology.html, diakses tanggal 21 Maret
2016.
Tim Pustaka Phoenix,2012, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta, Pustaka Phoenix,
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 21 Maret 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar