Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Sabtu, 19 November 2016

MAKALAH PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM



A.   Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya, karena manusia terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani, yang keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, keduanya saling menunjang dalam kehidupan. Di sisi lain, manusia adalah makhluk individu  dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk, kedudukan manusia sebagai hamba/pengabdi dan juga sebagai khalifah di muka bumi.
Dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman :

Allah menegaskan bahwa : “Wahai manusia ! sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal…” [[1]]
Merujuk pada ayat ini, bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai bangsa dan suku agar manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang lain. Menurut pendapat kami, yang dimaksud saling mengenal di sini bukan sekedar mengetahui asal seseorang dari bangsa dan suku mana, tetapi lebih jauh dari itu adalah mempelajari dan memahami keragamannya baik berupa sejarah, budaya, pola sikap dan tingkah laku maupun praktik keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari di mana manusia itu berada.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia.Persoalan-persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya.Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya, karena berbagai aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari agama.
Praktik keberagamaan dalam kehidupan umat Islam beraneka ragam tergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, misalnya mazhab yang dianutnya atau pola hidup keberagamaan kaum muslim pun ada yang berbeda sesuai dengan kecenderungan pada organisasi-organisasi Islam tertentu. Ada pula yang praktek keberagamaannya terpengaruh dengan budaya lokal tertentu, sehingga budaya dikaitkan dengan ajaran agama.Jadi mempelajari manusia berarti tidak terlepas dari mempelajari budaya dan praktek keberagamaannya.
       Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan dalam kehidupan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami menulis makalah ini dengan judul Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam.

B.   Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan pokok yang perlu diuraikan dalam pembahasan ini antara lain :
1.  Apakah antropologi dan pendekatan antropologi itu?
2.   Apa saja obyek kajian dalam pendekatan antropologi?
3.   Bagaimakah cara kerja pendekatan antropologi dalam studi Islam?
4. Apakah pengaruh antara pendekatan antropologi dalam studi Islam terhadap pembaharuan dalam Islam?

C.   Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1.   Untuk mengetahui arti antropologi dan pendekatan antropologi.
2.   Untuk mengetahui obyek kajian dalam pendekatan antropologi.
3.   Untuk mengetahui cara kerja pendekatan antropologi dalam studi Islam.
4.   Untuk  mengetahui  pengaruh   antara pendekatan   dalam  studi  Islam  terhadap pembaharuan dalam Islam.

II.   PEMBAHASAN

A.   Pengertian Antropologi dan Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
1.    Pengertian antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. [[2]]Kata antropologi dalam bahasa Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan sebagai the social science that studies the origins and social relationships of human beings atau the science of the structure and functions of the human body.[[3]]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa antropologi adalah ilmu tentang manusia khususnya tentang asal usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau, ilmu tentang organisme manusia dan tentang manusia sebagai obyek sejarah alam.[[4]]
Menurut Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.[[5]]   
Menurut Akbar S. Ahmad (dalam Hasan Baharun, Akmal Mundiri, dkk), antropologi adalah sebuah ilmu yang didasarkan atas observasi yang luas tentang kebudayaan, menggunakan data yang terkumpul, dengan menetralkan nilai, analisis yang tenang (tidak memihak).[[6]]
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan suatu pengertian  bahwa antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkannya, sehingga di antara satu manusia  dengan yang lainnya berbeda-beda.

2.    Pengertian pendekatan antropologi Dalam Studi Islam
Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga mencakup berbagai tekhnik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji. Dengan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian, tetapi juga mencakup pengertian, metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.
Menurut Abudin Nata, “Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat di artikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dangan masalah-masalah yang di hadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yangdi gunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah di gunakan pula untuk memahami agama”.[[7]]
Islam adalah agama samawi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Islam tidak hanya diperuntukkan kepada Nabi Saw, tetapi juga untuk umatnya (manusia). Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami serta dilaksanakan oleh umat manusia, maka dalam penyampaiannya harus menggunakan pendekatan atau metodologi yang  sesuai dan tepat. Jika tidak, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama Islam hanya tinggal namanya saja.  Hal ini perlu disadari oleh para ilmuwan muslim. Dan karena agama itu sangat erat hubungannya dengan manusia, maka pendekatan antropologi sangat penting untuk diterapkan didalam studi Islam.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi per­hatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
       Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah suatu cara pandang yang mendalam dan proporsional praktik keberagamaan kaum muslim sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal, politik, ekonomi, sosial  dan pengaruh fakto-faktor lainnya dalam kehidupan.

B.   Obyek Kajian Dalam Pendekatan Antropologi
Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah dkk.mengemukakan bahwa secara umum obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga cabangnya: arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang manusia serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan kerangka yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan tanpa manusia.[[8]]
Sedangkan menurut Atho Mudzhar,  ada lima fenomena agama yang dapat dikaji melalui antropologi, [[9]]  yaitu:
1.    Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2.    Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3.    Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
4.    Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5.    Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan, Syi’ah dan lain-lain.
Kelima obyek di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologi, karena kelima obyek tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusia.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari pengertian antropologi secara umum, obyek kajian dalam antropologi mencakup 2 (dua) hal yaitu :
a)    Keanekaragaman bentuk fisik manusia.
b)    Keanekaragaman budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Sedangkan secara khusus pengkajian antropologi dalam studi Islam, maka obyek kajian antropologi meliputi  lima hal yaitu :
a)    Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
       Pada bagian ini antropologi mengkaji bagaimana cara pandang penganut agama terhadap al-Qur’an dan al-Hadits sebagai naskah atau sumber ajaran agama Islam yang dianutnya, serta bagaimana cara menfsirkan isi ajaran tersebut dan diimplementasikan dalam kehidupannya.
b)    Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya.
        Terhadap penganut, pemimpin atau pemuka agama,  antropologi mengamati, mengkaji dn meneliti sikap, perilaku dan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya serta pengaruh sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya, bahkan sampai pada pengaruh faktor geografis dalam pengamalan ajaran yang dianutnya.


c)    Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
        Dalam beragama ibadah-ibadah ritual merupakan suatu hal yang sangat sakral, terjaga dan terpelihara, namun hal tersebut tidak terlepas dari  pengaruh budaya dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya dan hal tersebut menyatu dan berlangsung dalam kehidupan manusia.
d)    Alat-alat seperti masjid,  peci dan semacamnya.
Alat-alat seperti masjid, tasbih, sorban, peci dan lainnya merupakan symbol atau lambang dalam kehidupan keberagamaan, dan hal inipun tidak terlepas dari pengaruh berbagai aspek kehidupan manusia di mana ia berada.
e)    Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis,  Syi’ah dan lain-lain.
        Organisasi sebagai wadah berhimpunnya para penganut, tokoh atau pemuka agama yang terkotak-kotak sesuai dengan isme-isme yang dianutnya serta sikap dan perilaku kelompok menjadi suatu budaya dan bahkan menjadi suatu kekuatan dalam kehidupan keberagamaan dan kemasyarakatan .
Bustanuddin Agus mengemukakan bahwa, Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama yang datang dari Allah. Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama dan segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral, [[10]
Menurut pendapat tersebut, bahwa praktik yang nyata dalam kehidupan yang dimaksud adalah praktik keberagamaan, bukan agama.Artinya bahwa praktik dalam keseharian kehidupan manusia adalah telah adanya pengaruh budaya, social, ekonomi, politik, sejarah dan keadaan geografis terhadap ajaran agama dalam kehidupan, dan hal tersebut itulah merupakan obyek kajian pendekatan antropologi.



C.   Kerangka Operasional Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM
 


Perilaku Keberagamaan Dalam Kehidupan Sehari-hari
          MANUSIA
Keaneka Ragaman
Cipta, Rasa dan Karsa
           Agama


·         Budaya
·         Sejarah
·         Social
·         Politik
·         Ekonomi
·         Geografis
·      Scripture (Naskah/Sumber ajaran dan Symbol Agama)
·      Penganut/pemuka agama (perilaku dan penghayatan ajaran agama)
·      Ritus dan Ibadat (Shalat, Puasa, Haji, Perkawinan, Waris dll).
·      Alat-alat (Masjid, Peci, Sorban, dll.)
·      Organisasi Keagamaan (NU, MUI, Muhammadiyah, Persis dll).
 
 
D.   Cara Kerja  Pendekatan antropologi dalam studi Agama (Islam)
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu agama. Antropologi lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian historis.
Penelitian antropologi agama harus dibedakan dari pendekatan-pendekatan lain. Para peneliti antropologi harus melakukan atau menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia harus menimbulkan pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri yang spesifik, dan mempraktekkan metode sendiri yang spesifik pula. Antropologi dapat dianggap sebagai ilmu keragaman manusia, dalam tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan demikian, antropologi agama akan menjadi penyelidikan scientific keragaman agama manusia.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia.Karena manusialah sebagai pelaku dalam keberagamaan dan kebudayaan.Persoalan-persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya, sebab Islam sebagaimana yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits meliputi semua aspek kehidupan.Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya. Para antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'common sense' dan 'religious atau mystical event.' Dalam satu sisi common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan teknologi, sementera itu religious sense adalah kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun teknologi.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan-Islam that is practised-yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Karena begitu pentingnya penggunaan pendekatan antropologi dalam studi Islam (agama), maka Amin Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologiterhadap agama, [[11]] yaitu :
1.    Bercorakdescriptive, bukannya normative.
Pendekatan antropologi  bermula dan diawali dari kerja lapangan  (field work),  berhubungan  dengan orang, masyarakat, kelompok  setempat yang diamati  dan diobservasi dalam jangka waktu yang lama dan mendalam.  Inilah yang biasa disebut dengan  thick description(pengamatan dan observasi di lapangan yang dilakukan secara serius, terstuktur, mendalam dan berkesinambungan).  Thick description dilakukan  dengan cara antara lain Living in , yaitu  hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti  ritme dan pola hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkansecara akademik.  John R Bowen, misalnya, melakukan penelitian antropologi  masyrakat muslim Gayo,di  Sumatra, selama bertahun-tahun. Begitu juga dilakukan oleh para antropolog kenamaan yang lain, seperti Clifford Geertz.  Field note research (penelitian melalui pengumpulan catatan  lapangan) dan bukannya  studi teks atau pilologi seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis adalah andalan utama antropolog. [[12]]
2.    Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi  adalah local practices , yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari,  agenda mingguan, bulanan dan tahunan, lebih-lebih ketika manusia melewati hari-hari  atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani  kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja yang dilakukan untuk melewati peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan tersebut  (rites de pessages) ? Persitiwa  kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan .  Apa yang dilakukan oleh manusia ketika menghadapi dan menjalani ritme kehidupan
3.    Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain kehidupan  secara lebih utuh (connections across social domains).
       Bagaimana hubungan antara wilayah  ekonomi,  sosial, agama, budaya dan  politik.  Kehidupan tidak dapat dipisah-pisah.Keutuhan dan kesalingterkaitan antar berbagai domain kehidupan manusia. Hampir-hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang dapat berdiri sendiri, terlepas dan  tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.

4.    Comparative,artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.  Talal Asad menegaskan lagi disini bahwa “What is distinctive about modern anthropology is the comparisons of embedded concepts (representation) between societies differently located in time or space. The important thing in this comparative analysis is not their origin (Western or non-Western), but the forms of life that articulate them, the power they release or disable.” Setidaknya,  Cliffort Geertz pernah memberi contoh bagaimana dia membandingkan kehidupan Islam di Indonesia dan Marokko.  Bukan sekedar untuk mencari kesamaan dan perbedaan, tetapi yang terpokok adalah untuk memperkaya perspektif  dan memperdalam bobot kajian.  Dalam dunia global seperti saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu memberi perspektif baru  baik dari kalangan outsider maupun insider.
 Jika kita telusuri dalam kehidupan keberagamaan ada kegiatan keberagamaan yang  berkembang dimasyarakat, tetapi tidak ada dalil naqli yang menjelaskannya, dan hal tersebut sudah menjadi bagian ritual dari kehidupan masyarakat muslim itu sendiri, misalnya peringatan maulid nabi Muhammad Saw, halal bi halal dan lain-lain.
Pada akhir-akhir ini kita juga mengetahui bahwa ada lagi kegiatan Walimatul al-Safar yang dilakukan orang sebelum berangkat menunaikan ibadah haji.Hal-hal tersebut merupakan gejala-gejala social yang perlu dikaji dan diteliti.  Bagaimana  seseorang dan atau kelompok melakukan praktik-praktik lokal dalam mata rantai tindakan keagamaan  yang terkait dengan dimensi social, ekonomi, politik, dan budaya.  Sebagaimana contoh  ritus baru yang disebut “walimah al-Safar” tersebut. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini dalam keterkaitannya dengan agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya? Religious ideas yang diperoleh  dari teks atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini membentuk emosi  dan menjalankan  fungsi sosial dalam kehidupan yang luas?.  Bagaimana walimah safar yang tidak saja dilakukan di rumah tetapi juga  dilaksanakan di hotel dengan mengundang para tokoh agama, tokoh masyarakat dan orang-orang penting lainnya? Oleh karenanya, keterkaitan antara local practices, religious ideas, emosi  individu dan kelompok maupun kepentingan sosial – poilitik tidak dapat dihindari.  Semuanya membentuk satu tindakan yang utuh.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
E.    Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
Setiap metode atau pendekatan dalam penelitian dan pengkajian terhadap suatu masalah pasti terdapat kelebihan dan kekurangan dari pendekatan yang digunakan. Begitu pula pada pendekatan Antropologi dalam studi Islam, kita akan menemukan kelebihan dan kekurangannya.
Dalam pengkajian makalah ini kami dapat mengemukakan beberapa kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam, sebagai berikut :
1.   Kelebihan
Kelebihan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
a)Pendekatan antropologi bercorak deskriptif dan denganmelakukan pengamatan langsung, sehingga peneliti mengetahui dengan sebenarnya praktik keberagamaan (local practices) praktik yang nyata di suatu tempat.
b)   Antropologiselalu mencariketerkaitan atau hubungan antara berbagai domain kehidupan secara lebih utuh dan melakukan perbandingan dari berbagai tradisi.
c)   Dengan antropologi kita dapat meneliti asal-usul agama, dan dengan itu  kita dapat mengerti cara berpikir manusia yang menganut agama tersebut pada zamannya,sehingga dengan melakukan kajian lewat agama kita dapat mengetahui pola berpikir manusia pada zaman dahulu, karena pasti ada keterkaitan antara agama dan manusia.
d)   Antropologi lebihterfokus pada symbol-simbol dan unsur-unsur dalam agama seperti sholat, puasa, haji, golongan agama, pemuka agama dan sebagainya, karena hal itu dapat mempengaruhi manusia.
2.   Kekurangan
Kekurangan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
a)   Antropologi tidak membahas fungsi agama bagi manusia, tetapi membahas isi dan unsur-unsur pembentuk dalam agama itu berkaitan dengan manusia dan kebudayaan sehingga akan sulit mengamati terjadinya sekularisasi.
b)   Dalam kehidupan terjadinya pembauran antara budaya dan agama, sehingga dalam praktiknya jika kita tidak cermat mengamatinya, maka tidak dapat dibedakan antara agama dan budaya.

F. PengaruhAntara Pendekatan Antropologi  Dalam Studi Islam Terhadap Pembaharuan Dalam Islam.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Sedangkan pembaharuan dalam Islam menurut Harun Nasutionadalah  upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. [13]
Menurut Abd. Rahman Assegaf bahwa gagasan dan ide modernisasi Islam muncul sebagai upaya interpretasi kaum muslim terhadap sumber-sumber ajaran Islam dalam rangka menghadapi berbagai perubahan social-kultural yang terjadi dalam setiap waktu dan tempat masing-masing. [14]
Menurut H. Abudin Nata, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi, menambah teks al-Qur’an maupun teks al-Hadits, melainkan hanya mengubah atau menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan zaman…selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.[15]
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa modernisasi atau pembaharuan dalam Islam adalah sebuah bentuk  implementasi dari ajaran Islam secara kontekstual atas dasar interpretasi atau penafsiran, dan hal tersebut merupakan respond an jawaban kaum muslim atas segala persoalan yang dihadapi di zamannya serta mereka harus menyambutnya dengan arif dan bijaksana.
Dengan demikian menurut pendapat kami, bahwa ada pengaruh  antara pendekatan antropologi dalam studi Islam dan pembaharuan dalam Islam, karena keduanya mengkaji masalah keberagamaan dan menempatkannya secara proporsional. Pendekatan antropologi dalam Islam meneliti manusia dengan praktik keberagamaan yang beraneka ragam karena dipengaruhi oleh berbagai factor kehidupan sedangkan dengan adanya pembaharuan dalam Islam, dapat diketahui inti ajaran Islam yang sebenarnya, baik secara tekstual maupun kontekstual serta mengetahui dan memahami praktik-praktik keberagamaan lokal yang dipengaruhi oleh berbagai factor tersebut(budaya, social, ekonomi, politik dan lain-lain).

III  PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pemahaman isi Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam tidak lagi terbatas pada pemahaman tekstual/tersurat saja, tetapi perlu dikembangkan ke arah pemahaman yang kontekstual/tersirat. Dengan kata lain, pendekatan yang digunakan dalam studi Islam dan keislaman tidak lagi hanya menggunakan pendekatan normatifitas saja, tetapi perlu dan sangat penting untuk menggunakan jenis-jenis pendekatan lain yang dapat diterima oleh masyarakat yang sangat majemuk/kompleks. Agar Islam dapat diterima, dipelajari, dipahami dan diamalkan  ajarannya oleh umat manusia yang tersebar diseluruh penjuru dunia yang berbeda-beda suku, adat istiadat, ras, bahasa, letak geografis, dan lainnya, maka perlu tindakan nyata yang lebih arif dan bijaksana dari para ilmuwan Islam.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
       Pendekatan antropologi dalam studi Islam meneliti praktek keberagamaan yang dipengaruhi oleh factor budaya, social, ekonomi, geografis dan lain-lain, sedangkan pembaharuan dalam Islam menempatkan inti ajaran Islam yang sebenarnya, yang dalam praktiknya telah terpengaruh dengan factor budaya, social, ekonomi, politik, geografis dan lain-lain dalam kehidupan.

B.    Penutup
Demikianlah makalah ini dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik berupa sistematika penulisan, isi maupun bahasa yang digunakan.
Oleh karana itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dalam rangka perbaikan  dan penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Amin,  Urgensi Pendekatan Antropologi Untuk Studi Agama dan Studi Islam, https : //aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi- agama-dan-studi-islam/ diakses 21/3/2016
Abdullah, M. Amin, Dkk. 2006, Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga
Agus, Bustanuddin, 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada
Assegaf, Abd. Rahman, 2013, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Bahrun Hasan, Mundiri Akmal, dkk. 2011, Seri Pemikiran Tokoh Metodologi Studi Islam Percikan Pemikiran Tokoh Dalam Membumikan Agama, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media.
Departemen Agama RI, 2009, Syamil Al-Qur’an The Miracle 15 in 1, Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema.
Mudzhar, M. Atho, 1998, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution Harun, 1975, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang
Nata, H. Abuddin, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 21 Maret 2016.
--------------------------------,Kamus Inggris Indonesia - Indonesian English Dictionary,   http://www.xamux.com/engt-ind_anthropology.html, diakses tanggal 21 Maret  2016.
Tim Pustaka Phoenix,2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta, Pustaka Phoenix,
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 21 Maret 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar