KB
3 : MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM
KURIKULUM 2013
A.
Proses
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Proses
pembelajaran di dalam kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No 65 Tahun
2013. Dalam Permendikbud tersebut dimuat standar proses pembelajaran, yakni
kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan dalam Nomor 32 Tahun 2013. Dan berikut desain pembelajaran berupa Perencanaan
pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran
meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan
sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
1.
Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling
sedikit memuat:
a. Identitas
mata pelajaran (khusus SMP/ MTs dan SMA/ MA);
b. Identitas
sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi
inti, merupakan gambaran secara kategorikal mengenai kompetensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d. Kompetensi
dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
e. Tema
(khusus SD/ MI);
f. Materi
pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g. Pembelajaran,
yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan;
h. Penilaian,
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. Alokasi
waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu
semester atau satu tahun; dan
j. Sumber
belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber
belajar lain yang relevan.
2.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
a. Identitas
sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. Identitas
mata pelajaran atau tema/ sub tema;
c. Kelas/
semester;
d. Materi
pokok;
e. Alokasi
waktu
f.
Tujuan pembelajaran
g. Kompetensi
dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. Materi
pembelajaran;
i.
Metode pembelajaran;
j.
Media pembelajaran;
k. Sumber
belajar;
l.
Langkah-langkah pembelajaran
m. Penilaian
hasil pembelajaran.
3.
Prinsip
Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Perbedaan
individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/
atau lingkungan peserta didik;
b. Partisipasi
aktif peserta didik;
c. Berpusat
pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian;
d. Pengembangan
budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan;
e. Pemberian
umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedy;
f.
Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan
antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar;
g. Mengakomodasi
pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya;
h. Penerapan
teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
4.
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
a.
Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan
pendahuluan, guru:
1)
menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
2)
memberi motivasi belajar siswa secara
kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan
sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional;
3)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
4)
menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
5)
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan sesuai silabus.
b.
Kegiatan Inti
1)
Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap,
maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan..
2)
Pengetahuan Pengetahuan dimiliki melalui
aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga
mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini
memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain
keterampilan.
3)
Keterampilan Keterampilan diperoleh
melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari
keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga
penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran
yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/
inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
c.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama
siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk
mengevaluasi:
1) Seluruh
rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
2) Memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
3) Melakukan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual
maupun kelompok; dan
4) Menginformasikan
rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
B.
Model-Model
Pembelajaran Kurikulum 2013
1.
Discovery
Learning
Model pembelajaran Discovery Learning
mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
a.
Langkah Pembelajaran
1) Menciptakan
stimulus/ rangsangan (Stimulation)
2) Menyiapkan
pernyataan masalah (Problem Statement)
3) Mengumpulkan
data (Data Collecting)
4) Mengolah
data (Data Processing)
5) Memverifikasi
data (Verrification)
6) Menarik
kesimpulan (Generalization)
b.
Persyaratan Pendukung
Pemilihan model discovery learning
memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering
ditemukan, antara lain:
1)
Secara klasikal siswa perlu memiliki
kecerdasan/ kecakapan awal yang baik selain keterampilan berbicara dan menulis
yang baik.
2)
Jumlah siswa tidak terlalu banyak
(idealnya maksimal 32), karena untuk mengelola jumlah siswa yang banyak
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3)
Pemilihan materi harus dengan kompetensi
dominan pada aspek pemahaman.
4)
Fasilitas harus memadai, seperti, media,
alat dan sumber belajar.
c.
Manfaat Model Discovery Learning
1)
Membantu siswa memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses
ini dimana keberhasilan tergantung pada bagaimana cara belajarnya.
2)
Pengetahuan yang diperoleh bersifat
individual dan optimal karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer
pengetahuan.
3)
Menumbuhkan rasa senang pada siswa, karena
berhasil melakukan penyelidikan.
4)
Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat
sesuai kemampuannya.
5)
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan
belajar dengan melibatkan akal dan motivasinya.
6)
Membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan diri melalui kerjasama dengan siswa lain.
7)
Membantu siswa menghilangkan keraguan
karena mengarah pada kebenaran final yang dialami dalam keterlibatannya.
8)
Mendorong siswa berpikir secara intuitif,
inisiatif, dalam merumuskan hipotesis.
9)
Dapat mengembangkan bakat, minat,
motivasi, dan keingintahuan.
10) Memungkinkan
siswa memanfaatkan berbagai sumber belajar.
2.
Project
Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/
kegiatan sebagai inti pembelajaran.
a. Langkah
Pembelajaran
1)
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan
proyek Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
2)
Mendesain perencanaan proyek Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa sehingga siswa merasa
“memiliki” proyek tersebut.
3)
Menyusun jadwal Guru dan siswa secara
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas
pada tahap ini antara lain:
a) Membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek,
b) Membuat
deadline penyelesaian proyek,
c) Membawa
siswa agar merencanakan cara yang baru,
d) Membimbing
siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
e) Meminta
siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4)
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama
menyelesaikan proyek.
5)
Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk
membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi
kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
6)
Mengevaluasi kegiatan/ pengalaman Pada
akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok
b. Persyaratan
pendukung
Pemilihan model pembelajaran project
based learning memerlukuan dukungan persyaratan untuk mereduksi kelemahan yang
sering terjadi, antara lain:
1)
Siswa terbiasa dengan aktivitas pemecahan
masalah
2)
Dukungan sarana dan prasarana yang memadai
3)
Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang
terkontrol.
4)
Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan proyek.
c. Manfaat
model pembelajaran project based learning
1)
Meningkatkan motivasi belajar, mendorong
kemampuan siswa melakukan pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai.
2)
Mengembangkam kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan berpikir kritis.
3)
Mengembangkan keterampilan komunikasi,
kolaborasi, dan pengelolaan sumberdaya.
4)
Memberikan pengalaman kepada siswa dalam
pembelajaran, praktik, dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5)
Melibatkan siswa untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
6)
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran.
3.
Problem
Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan seharihari peserta didik (bersifat
kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
a.
Langkah Pembelajaran
1)
Mengorientasi peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
2)
Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran Di
samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga
mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
3)
Membimbing penyelidikan mandiri dan
kelompok Penyelidikan adalah inti dari PBL.
4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan
pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa berupa suatu
video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model
(perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia.
5)
Analisis dan evaluasi proses pemecahan
masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL.
4.
Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual atau
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan
pada filosofi konstruktivistik. Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan (8)
komponen yang harus ditempuh, yaitu:
a. membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
b. melakukan
pekerjaan yang berarti,
c. melakukan pembelajaran
yang diatur sendiri,
d. bekerja
sama,
e. berpikir
kritis dan kreatif,
f. membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang,
g. mencapai
standar yang tinggi, dan
h. menggunakan
penilaian otentik.
Materi pelajaran dalam konteks CTL
tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi
mereka dalam kehidupan nyata. Terdapat lima (5) karakteristik penting dalam
proses pembelajaran yang menggunakan CTL:
1)
Dalam CTL pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge).
2)
Pembelajaran yang kontekstual adalah
pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge).
3)
Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan
untuk dipahami dan diyakini.
4)
Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
5)
Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
5.
Pembelajaran
Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri..
a. Ciri-ciri
Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki
beberapa ciri, di antaranya:
1)
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada
pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2)
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief).
3)
Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
b. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri mengacu pada
prinsip-prinsip berikut ini:
a)
Berorientasi pada Pengembangan
Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir.
b)
Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran
pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun
interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
c)
Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus
dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya.
d)
Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
e)
Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
c. Langkah-Langkah
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Proses pembelajaran inkuiri dilakukan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)
Merumuskan masalah; kemampuan yang
dituntut adalah: (1) kesadaran terhadap masalah; (2) melihat pentingnya masalah
dan (3) merumuskan masalah.
b)
Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang
dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah: (1) menguji dan
menggolongkan data yang dapat diperoleh; (2) melihat dan merumuskan hubungan
yang ada secara logis; dan (3) merumuskan hipotesis.
c)
Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang
dituntut adalah: (1) merakit peristiwa, terdiri dari: mengidentifikasi
peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (2)
menyusun data, terdiri dari: mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan
mengklasifikasikan data; (3) analisis data, terdiri dari: melihat hubungan,
mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan
keteraturan.
d)
Menarik kesimpulan; kemampuan yang
dituntut adalah: (1) mencari pola dan makna hubungan; dan (2) merumuskan
kesimpulan.
e)
Menerapkan kesimpulan dan
generalisasi.
C.
Langkah
Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran
(discovery learning, project based learning, atau problem based learning)
sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang
cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam
silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1.
Karakteristik pengetahuan yang
dikembangkan menurut kategori faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif. Pada pengetahuan faktual dan konsepetual dapat dipilih discovery
learning, sedangkan pada pengetahuan prosedural dapat dipilih project based
learning dan problem based learning.
2.
Karakteristik keterampilan yang tertuang
pada rumusan kompetensi dasar dari KI-4. Pada keterampilan abstrak dapat
dipilih discovery learning dan problem based learning, sedangkan pada
keterampilan konkret dapat dipilih project based learning.
3.
Pemilihan ketiga model tersebut
mempertimbangkan sikap yang dikembangkan, baik sikap religius (KI-1) maupun
sikap sosial (KI-2) Berikut contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan
sesuai dengan dimensi pengetahuan dan keterampilan.
KB 4 : TECHNOLOGICAL,
PEDAGOGICAL AND CONTENT KNOWLEDGE
(TPACK) DALAM PEMBELAJARAN PAI
A.
Technological,
Pedagogical and Content Knowledge (TPACK)
Technological,
Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari
tiga unsur yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan.
Pengetahuan tentang ketiganya disatukan menjadi sebuah kemampuan pendidik yang
komprehensif dalam dunia pendidikan bernama TPACK. Tiga unsur yang disatukan
dalam perencanaan, proses dan evaluasi pendidikan itu menjadi trio yang hebat
dalam pengembangan ekosistem pendidikan masa depan yang dikenal sebagai era
teknologi digital.
Teknologi mutakhir
yang digunakan oleh banyak orang adalah teknologi digital setelah berakhirnya
teknologi sederhana semisal kapur, OHP dan seterusnya. Dalam prosesnya, ada
digitalisasi data dalam segala bidang kehidupan, baik itu ekonomi, politik,
sosial, kebudayaan, pendidikan dan lainnya. Proses digitalisasi yang dimaksud
adalah migrasi data dari data real dalam bentuk manual ke data yang virtual.
Contoh konkret dalam dunia pendidikan adalah migrasi dari printed book ke
electronic book.
Seiring dengan
perkembangannya, teknologi informasi ini bermetamorfosis menjadi teknologi
lainnya yaitu teknologi data. Teknologi data adalah fase kedua setelah
teknologi informasi. Teknologi ini menjadi hal yang lumrah dan digunakan banyak
orang, baik untuk kepentingan dimensi ekonomi, politik dan lainnya. Teknologi
data adalah teknologi untuk menguasai data dan menjual atau menggunakan data
virtual untuk kepentingan pemiliknya.
Semakin orang
menguasai data, maka semakin ia menguasai dunia dan tentu saja menjadi pemenang
dalam persaingan kontestasi di dunia. Saat ini, banyak orang menggunakan
website sebagai media untuk informasi dan publikasi. Koran yang dicetak atau tv
yang disiarkan menghadapi persaingan sengit dengan koran atau tv dalam jaringan (daring -online).
Persaingan ini (online vs offline) semakin sengit manakala setiap orang dapat
mengakses internet dengan murah dan mudah. Konten informasi offline semakin
terseret dan makin ditinggalkan oleh manusia era digital.
Inilah era
perpindahan dari teknologi informasi ke teknologi data. Sebagai contoh, ketika
setiap orang merasa butuh terhadap dunia virtual, maka yang selanjutnya
dibutuhkan adalah data virtualnya. Data ini harus direkam secara virtual dari
dunia real. Salah satu yang sangat berpengaruh adalah memetakan dunia dengan digital
map. Google dengan Google Map-nya mampu menjadi salah satu perusahaan yang
memberikan konstribusi data paling besar disamping Search Engine yang
dimilikinya. Peta yang dimilikinya menjadi data yang kemudian menjadi awal
pemetaan kekuatan sistem kehidupan lainnya. Misalnya, sistem transportasi yang
menghasilkan sistem transportasi online yang insfrastrukturnya ditentukan oleh
Google Map.
B.
Implementasi
TPACK pada Pendidikan Dasar dan Menengah
TPACK baik sebagai
teknologi informasi dalam bentuk unit pembelajaran di kelas maupun TPACK dalam
bentuk teknologi data dalam bentuk kelembagaan dapat menjadi alternatif paling
depan dalam mengawinkan pendidikan nyata dengan pendidikan virtual di era
digital. TPACK dalam konteks pembelajaran bisa dengan menggunakan model
Computer Assisted Instruction (CAI) atau yang lebih ekstrim dengan menggunakan
Computer Based Instruction (CBI). Komputer sebagai instrument utama dalam
pembelajaran ini harus dipersiapkan dalam insfrastruktur pendidikan. TPACK
dalam kelembagaan bisa didesain dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan
semisal ruangguru.com, gurusd.net, atau aplikasi-aplikasi lainnya.
Implementasi TPACK
di dikdasmen bisa dilakukan dengan dua cara; di ruang kelas dengan menggunakan
teknologi sebagai bagian dari pembelajaran dan di ruang global sebagai aplikasi
dari implementasi teknologi data.
1. Implementasi
TPACK di ruang kelas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. CAI sebagai
contoh yang paling mudah dan CBI adalah contoh yang paling sulit. Implementasi
CAI adalah pembelajaran yang dibantu dengan komputer dan sepertinya ini sudah
banyak dilakukan oleh banyak guru di Indonesia. Penggunaan Word Processor, atau
menggunakan aplikasi Microsoft office, Microsoft Power Point, Microsoft Excel
adalah beberapa contoh yang digunakan dalam CAI. Alat yang mungkin sering
digunakan adalah komputer dan projector. Kemampuan menguasai aplikasi ini
relatif mudah dan cepat untuk dipelajari.
2. Implementasi
TPACK yang agak rumit dan membutuhkan kemampuan komputer lebih adalah menggunakan
CBI. Sesuai dengan namanya computer-based, maka pembelajaran ini berbasis
komputer. Semua dilakukan dengan komputer. CBI sebagai sebuah model
pembelajaran bisa menggunakan banyak hal dalam komputer, baik belajar dengan
menggunakan aplikasi atau belajar dengan seluruh prosesnya menggunakan
komputer. Komputer adalah alat utama dan pertama dalam belajar.
Data-data harus
lengkap sehingga isi dari aplikasinya disinyalir dapat membantu siswa belajar
dengan cepat dan mudah. Ada dua (2) model yang bisa dikembangkan dalam TPACK
bebasis data ini, yaitu:
a. TPACK
sebagai model untuk membantu siswa belajar tambahan di rumah dan sekolah dapat
mengontrol belajarnya secara sistematis, atau
b. TPACK
sebagai model global yang bisa diakses oleh semua orang untuk belajar. Ruangguru.com
adalah salah satu contoh yang mengaplikasikan TPACK dalam dimensi pendidikan
yang global tanpa terikat dengan lembaga pendidikan tertentu. Situs ini
mengambil ruang bimbel online dengan pola bisnis adsense.
C.
Implementasi
TPACK di Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi
(PT) memiliki perbedaan filosofis dengan Dikdasmen. Perbedaan itu
diejawantahkan dalam Tridarma PT yang berisi pendidikan dan pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk strategi pendidikan dan
pengajaran, TPACK dapat tidak memiliki perbedaan yang mencolok dari Dikdasmen.
Perbedaan yang penting adalah kontens blog, wiki, podcast atau aplikasinya
saja. Penyesuaian isi tentu disesuaikan dengan model pembelaran yang bukan
hanya menggunakan ilmu pedagogi tapi menambahkan dengan pendekatan andragogi.
Ada beberapa
strategi yang bisa dilakukan PT baik oleh dosen sebagai pengajar dan peneliti
atau lembaga sebagai sistem yang melakukan tugas pendidikan, penelitian dan
pengabdian. Untuk para dosen yang menggunakan TPACK sebagai instrument dosen
professional maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.
1. Dalam
konteks pembelajaran, langkahnya adalah menggunakan TPACK sebagai media
pembelajaran seperti yang dilakukan oleh guru di Dikdasmen. Perbedaannya adalah
bagaimana sistem SKS dalam kurikulum KKNI disiasati dengan menggunakan TPACK.
Sebagaimana diketahui bahwa satu SKS adalah 50 menit tatap muka, 50 menit tugas
mandiri dan 50 menit tugas terstruktur. Maka apabila 2 SKS, ada 10 SKS yang
bisa menggunakan TPACK di luar lecture di kelas. Pemanfaatan TPACK di luar
kelas akan memenuhi standar SKS dalam KKNI. Caranya? Gunakan sistem penugasana
seperti reading report, chapter report, book review, mini research, research
project dan semuanya harus dilakukan dengan menggunakan sistem online. Web yang
didesain oleh dosen harus mengadopsi kebutuhan mahasiswa dalam belajar terutama
prinsip tugas mandiri dan terstruktur.
2. Dalam
konteks penelitian, dosen bisa menggunakan TPACK dengan menggunakan sistem OJS
individu atau menggunakan OJS public seperti academia.edu atau researchgate.com.
Tujuan penggunaan OJS adalah untuk mempermudah indeksasi tulisan dosen dimana
OJS adalah sebuah ekosistem jurnal ilmiah. OJS pribadi semacam subdomain dari
web pribadi dalam web-based learning dalam pembelajaran bisa dibuat secara
mudah dan cepat. Adapun OJS dengan menggunakan subdomain kampus masing-masing
semisal jurnalpai.uinsby.ac.id; journal.ugm.ac.id.; journal.upi.edu.; dan
seterusnya.
3. Dalam
konteks pengabdian kepada masyarakat, dosen bisa menggunakan TPACK sebagai alat
untuk menunjukan portofolio pengabdian kepada masyarakat. Dokumen pengabdian
seperti laporan pengabdian atau foto surat tugas atau dokumentasi kegiatan bisa
dikumpulkan dalam TPACK dalam bentuk online. Pendek kata, semua dokumen yang
dimiliki dosen dapat dikumpulkan secara sistemik di ruang online yang dibuat
oleh dosen.
D.
Implementasi
TPACK dalam Pembelajaran PAI
Kemajuan teknologi
informasi yang sedemikian pesatnya, menuntut guru harus menguasai teknologi
untuk kemudian digunakan sebagai media pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa contoh penerapan teknologi dalam
pembelajaran adalah seperti gagasan yang ditawarkan oleh NACOL (North American
Council for Online Learning), yaitu model pembelajaran campuran (blended
learning). Pada model ini pembelajaran
tidak terfokus pada kegiatan tatap muka di kelas (face to face), tetapi
menggunakan juga teknologi berbasis web (online learning) untuk
Kemampuan
teknologi, pedagogi, dan konten/ materi pengetahuan, memang seharusnya
terkumpul dalam diri seorang guru, sebagaimana gagasan Mishra dan Koehler
(2006) tentang TPACK. Namun sepertinya ada yang kurang lengkap dari gagasan
tersebut, yaitu kepribadian yang santun (good personality) yang harus dimiliki
seorang guru. Kenakalan peserta didik,
pergaulan bebas, hingga kasus kriminal yang dilakukan oleh peserta didik, sudah
mirip deret hitung yang setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan
pesat.
Oleh karenanya
diperlukan kesadaran kolektif guru dalam mencermati masalah serius ini. Dampak kemajuan teknologi informasi, pengaruh
lingkungan tempat tinggal atau latar belakang keluarga, diyakini sebagai
instrument yang paling bertanggungjawab terhadap merosotnya moral di kalangan
pelajar. Implementasi kurikulum nasional
(K-13) yang telah banyak diterapkan oleh satuan pendidikan, dari tingkat SD
hingga SMA, memberikan amanat yang besar dalam membentuk sikap dan karakter
peserta didik untuk menjadi insan berakhlak mulia. Pembentukan sikap tidak
hanya tanggungjawab guru-guru agama ataupun guruguru budi pekerti.
Salah satu
sebabnya adalah alokasi jam materi PAI hanya 3 sks/ 3 jam per minggu. Dalam
standar nasional PAI di Perguruan Tinggi disebutkan bahwa pembelajaran PAI
merupakan upaya sadar dan terencana dalam mengembangkan pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam dari sumber utamanya secara tekstual
dan kontekstual melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, latihan, dan pengalaman
yang disampaikan secara dialogis, komprehensif, dan multiperspektif.
Visi PAI adalah
“menjadikan ajaran Islam sebagai sumber nilai dan pedoman yang mengantarkan
mahasiswa dalam pengembangan profesi dan kepribadian Islami.” Sementara misi
PAI adalah terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertakwa, berilmu dan
berakhlak mulia, serta menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan berperilaku
dalam pengembangan keilmuan dan profesi, serta kehidupan bermasyarakat (Tim
Diktis, 2010: 5).
Untuk mencapai
visi dan misi diatas, dirumuskan tujuan PAI sebagai berikut:
1. Meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan mahasiswa kepada Allah SWT,
2. Memperkokoh
karakter muslim dalam diri mahasiswa,
3. Mengembangkan
pemikiran dan akhlak yang selaras dengan keyakinan Islam dalam kehidupan,
4. Mengantarkan
mahasiswa mampu bersikap rasional dan dinamis dalam mengembangkan dan
memanfaatkan IPTEKS sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi kepentingan bangsa dan
umat manusia, dan
5. Membimbing
mahasiswa untuk mengembangkan penalaran yang benar dan baik, serta berpikir
kritis dalam memahami berbagai masalah aktual dan menyikapinya dengan perspektif
Islam.
Dalam rangka
mewujudkan visi, misi, dan tujuan PAI, buku teks PAI dengan pendekatan
saintifik perlu diarahkan pada substansi materi sebagai berikut:
a. Mengapa
dan bagaimana mempelajari Islam di sekolah untuk mengembangkan manusia
seutuhnya, dan sebagai sarjana muslim yang profesional;
b. Bagaimana
esensi dan urgensi bertuhan sebagai determinan dalam pembangunan manusia
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT yang bersumber dari al-Quran dan
as-Sunnah;
c. Bagaimana
agama Islam dapat menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat, dalam konteks
kehidupan modern yang cenderung pada kehidupan materialistik dan hedonistik;
d. Bagaimana
mengintegrasikan iman, Islam dan ihsan dalam membentuk manusia seutuhnya (insan
kamil);
e. Bagaimana
membangun paradigma Qurani dalam menghadapi perkembangan sains dan teknologi
modern yang sangat maju;
f. Bagaimana
membumikan Islam di Indonesia agar Islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup,
bukan sebagai beban hidup dan kewajiban;
g. Bagaimana
Islam membangun persatuan dalam keberagamaan yang dinamis dan kompleks dalam
kontek kehidupan sosial budaya Indonesia yang plural;
h. Bagaimana
Islam menghadapi tantangan modernisasi, untuk menunjukkan kompatibilitas Islam
dengan dunia modern saat ini;
i. Bagaimana
kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia yang damai, bersahabat, dan
sejahtera lahir dan batin secara bersama sama;
j. Bagaimana
peran masjid dalam membangun umat yang religius-spritualistis, sehat rohani dan
jasmani, cerdas (emosional, intelektual, dan spiritual) dan sejahtera;
k. Bagaimana
implementasi Islam yang raḫmatan lil ‘alamīn, sebagai rangkuman dan evaluasi
keseluruhan proses pembelajaran PAI.
Diantara upaya
untuk mengatasi masalah pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik adalah
melalui penerapan TPACK. TPACK memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara
langsung dan tidak langsung. Peserta didik tidak hanya bisa belajar melalui
tatap muka, tetapi juga bisa belajar di mana saja melalui fasilitas teknologi
yang memadai. Dalam rangka mengajarkan materi-materi yang gaib dalam bidang
PAI, maka focus yang dipelajari bisa merujuk pada objek-objek yang dapat
dikaitkan dengan keberadaan yang gaib itu. Misalnya, mengajar materi tema Tuhan
(Allah), maka pendekatannya tidak langsung menghadirkan Allah secara empirik,
tetapi bisa membuat analogi-analogi yang bisa dikaitkan dengan keberadaan
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar