GURU DAN KESADARAN GLOBAL (GLOBAL AWARENESS)
A.
Globalisasi dan Kesadaran Global
Mungkin kita sudah sering mendengar istilah global ini,
terutama saat ini kita memasuki era yang sering disebut dengan era globalisasi.
Jadi, apa yang dimaksud dengan global tersebut? Kamus Bahasa Inggris Longman
Dictionary of Contemporary English, mengartikan global dengan concerning the
whole earth”. Sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia, internasional, atau
seluruh alam jagat raya. Sesuatu hal yang dimaksud di sini dapat berupa
masalah, kejadian, kegiatan atau bahkan sikap. Jadi global memiliki pengertian menyeluruh, ketika dunia
ini tidak lagi dibatasi oleh batas negara, wilayah, ras, warna kulit dan
sebagainya.
Selanjutnya apa dimaksud dengan globalisasi? Dari
istilahnya saja kita sebenarnya dapat memahami bahwa globalisasi mengandung pengertian
proses. Istilah globalisasi saat ini menjadi sangat populer karena berkaitan
dengan gerak pembangunan Indonesia, terutama berkaitan dengan sistem ekonomi
terbuka, dan perdagangan bebas. Era globalisasi ditandai dengan adanya
persaingan yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi, dan
keterbukaan.
Tanpa memiliki kemampuan ini maka Indonesia akan
tertinggal jauh dan terseret oleh arus globalisasi yang demikian dahsyat. Sejak
kapankah globalisasi muncul? Tidak ada kepastian tentang hal ini, akan tetapi
isu globalisasi menerpa di segala aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek
kehidupan yang mendapat terpaan globalisasi yang paling kuat adalah aspek
ekonomi (Dollar, David 2007).
Menjelang tahun 1980-an hingga 1990-an, dunia tercengang saat
negara-negara berkembang (China dan India) yang sebelumnya menutup diri dari
dunia luar, justru membuka pintu ekonomi ke dunia luar, yang ditunjukkan dengan
aktivitas ekspor. Globalisasi ekonomi ini terus meluas dan meningkat drastis
dalam kurun 20-30 tahun terakhir, dan terus berkembang berkat kerjasama ekonomi
di antara negara-negara sekawasan seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang
menerapkan sistem pasar tunggal untuk Eropa; North American Free Trade Area
(NAFTA) di kawasan Amerika Utara; ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia
Tenggara; dan Closer Economic Relations (CER) yang merupakan kerja sama ekonomi
antara Australia dan Selandia Baru dan yang lainnya.
Perlahan tapi pasti, semua negara berusaha menghapus
hambatan perdagangan terkait arus modal, barang dan jasa. Mereka berusaha
menghilangkan diskriminasi, menyatukan kebijakan terkait berbagai instrumen,
seperti bea masuk, pajak, mata uang, undang undang, standarisasi dan lain lain.
Dengan kata lain, terjadi integrasi ekonomi global (Ferdiansyah dan Anthonius,
2016).
Hamijoyo (Mimbar, 1990), menjelaskan ciri-ciri yang
berkaitan dengan globalisasi ini seperti berikut:
1.
Globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi,
kecanggihan teknologi, transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan
organisasi dan manajemen yang tangguh.
2.
Globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik.
Batas tersebut saat ini harus tunduk pada kekuatan teknologi, ekonomi, sosial
politik dan sekaligus mempertemukan tatanan yang sebelumnya sulit dipertemukan.
3.
Adanya saling ketergantungan antarnegara.
4.
Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi. Penyebaran
dalam hal gagasan, pembaruan dan inovasi dalam struktur, isi dan metode
pendidikan dan pengajaran sudah lama terjadi yang menunjukkan globalisasi. Ini
telah lama terjadi melalui literatur, atau kontak antar pakar dan mahasiswa.
Globalisasi menunjukkan dunia yang semakin sempit, ketergantungan antara bangsa
semakin besar.
Globalisasi adalah proses penduniaan, artinya segala
aktivitas diperhitungkan untuk kepentingan dunia. Ini disebabkan oleh saat ini
tidak ada lagi suatu bangsa yang homogen dan statis. Setiap bangsa berkembang
berkat interaksi dengan bangsa lainnya. Kita harus terbuka dengan dunia luar,
tetapi kita harus tetap kokoh dengan akar budaya bangsa kita. Globalisasi
mempunyai dampak baik positif maupun negatif.
Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1998) bahwa dampak
positifnya akan menyebabkan munculnya masyarakat megakompetisi, di mana setiap
orang berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula.
Untuk berkompetisi ini diperlukan kualitas yang tinggi. Dalam era globalisasi
adalah era mengejar keunggulan dan kualitas, sehingga masyarakat menjadi
dinamis, aktif dan kreatif. Sebaliknya, globalisasi juga bisa menjadi ancaman
terhadap budaya bangsa.
Globalisasi akan melahirkan budaya global dan akan
menjadi ancaman bagi budaya lokal, atau budaya bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan akan menjadi
salah satu penyebab cepatnya masyarakat terseret oleh arus globalisasi dengan
menghilangkan identitas diri atau bangsa. Sebagai contoh, ”anak remaja” kita
dengan cepat meniru potongan rambut, model pakaian atau perilaku yang tidak
cocok dengan jati diri bangsa kita.
Globalisasi ini dapat melanda berbagai bidang kehidupan,
Emil Salim (Mimbar, 1989) mengemukakan ada empat bidang kekuatan yang membuat
dunia menjadi semakin transparan yaitu perkembangan IPTEK yang semakin tinggi,
perkembangan bidang ekonomi yang mengarah pada perdagangan bebas, lingkungan
hidup, dan politik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Tilaar (1998) Era
globalisasi adalah suatu tatanan kehidupan manusia yang secara global telah melibatkan
seluruh umat manusia. Menurutnya Globalisasi secara khusus memasuki tiga arena
penting dalam kehidupan manusia yaitu ekonomi, politik dan budaya. Hal ini
didukung dua kekuatan yaitu bisnis dan teknologi sebagai tulang punggung
globalisasi, maka ketiga arena bidang kehidupan tersebut menempatkan manusia
dan lembaga-lembaganya dengan berbagai tantangan, kesempatan dan peluang.
Gelombang globalisasi dalam bidang tersebut akan
berdampak terhadap bidang lainnya, yaitu bidang sosial terutama karena didukung
oleh kemajuan dalam teknologi transportasi dan komunikasi modern. Proses globalisasi inilah yang akan melahirkan
kesadaran global ketika manusia saat ini merasa satu dengan lainnya, saling
tergantung dan saling membutuhkan, saling memberi dan saling membantu.
Ini dimungkinkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi yang demikian cepat sehingga dapat menyatukan umat manusia. Sebagai
pendidik, kita memerlukan suatu pendekatan yang akanmenolong siswa untuk
mengarahkannya kehidupan yang sangat kompleksdan menjauhi pengertian yang
sempit tentang ruang, ras, agama, suku,sejarah dan kebudayaan.
Dengan adanya pengertian yang sempit sepertiitulah
menyebabkan munculnya istilah Utara-Selatan, Barat-Timur, Kulit hitam-putih,
DuniaI-DuniaII-Dunia III. Inilah yang menyebabkan dikotomi yang salah, sehingga
timbulnya pertentangan di dunia.
Pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup dan kehidupan
ini untuk kepentingan global yanglebih luas. Dalam cara berpikir seseorang
harus berpikir global, dan dalam bertindak dapat secara lokal (think globally
and act locally) itulah kesadaran global.
Oleh karena itu harus kita camkan betul bahwa yang kita
lakukan dan perbuat akan mempengaruhi dunia secara global. Hal ini harus
ditanamkan pada diri murid bahwa kehidupan kita ini adalah bagian dari
kehidupan dunia. Kita tidak dapat berkembang tanpa adanya hubungan dan komunikasi
dengan dunia luar, kita hidup karena adanya saling ketergantungan. Globalisasi
ditandai dengan cepatnya perubahan, oleh karena itu, kita harus menguasai
IPTEK.
Dalam hal ini Tilaar mengisyaratkan konsep inovasi sebagai kesadaran global yang dituntut yaitu:
a.
Dalam era globalisasi kita berada pada suatu masyarakat
yang terbuka, dan penuh kompetisi. Ini berarti bahwa masyarakat berada dalam
kondisi yang menghasilkan yang terbaik.
b.
Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas
yang tinggi baik dalam jasa, barang, maupun investasi modal. Kualitas berada di
atas kuantitas.
c.
Era globalisasi merupakan suatu era informasi dengan
sarana-sarananya yang dikenal sebagai information superhighway. Oleh sebab itu,
pemanfaatan informasi superhighway merupakan suatu kebutuhan masyarakat modern
dan dengan demikian perlu dikuasai masyarakat.
d.
Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat
cepat dan canggih. Oleh sebab itu, penguasaan terhadap sarana-sarana komunikasi
seperti bahasa, merupakan syarat mutlak.
e.
Era globalisasi ditandai dengan maraknya kehidupan
bisnis. Oleh sebab itu, kemampuan bisnis, manajer, merupakan tuntutan
masyarakat masa depan.
f.
Era globalisasi merupakan era teknologi dan oleh sebab
itu, anggota-anggotanya harus melek digital. Hal tersebut di atas merupakan
karakteristik masyarakat kita masa depan. Kalau karakteristik tersebut tidak
kita miliki, dan kita tidak mempersiapkannya maka globalisasi akan berubah
menjadi hantu yang menakutkan. Untuk itu, maka kita harus meningkatkan kualitas
bangsa kita, sehingga dapat melakukan berbagai perubahan dan inovasi.
Ini menjadi tanggung jawab pendidikan. Pendidikan harus
dengan cepat mengantisipasi gelombang globalisasi ini.
B.
Kesadaran Global Guru Abad 21
Sekarang kita telah mengetahui suatu proses yang amat
cepat, yang perlu diantisipasi oleh kita sebagai pendidik yaitu proses
globalisasi. Namun demikian,
sesungguhnya globalisasi sudah terjadi pada saat perintisan kemerdekaan
bangsa Indonesia, di mana kita dapat melihat bagaimana pengaruh bom di
Hiroshima dan Nagasaki berpengaruh terhadap kemerdekaan Indonesia.
Dikumandangkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928 sangat mempengaruhi dunia untuk melirik Indonesia. Kita bukan saja sebagai
warga negara Indonesia, akan tetapi juga warga dunia. Sebagai warga dunia kita
mau tidak mau harus mempersiapkan diri dengan cara membekali diri melalui
pendidikan. Penguasaan matematika dan bahasa asing merupakan tuntutan yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Kita tidak dapat mengatakan biarlah mereka ikut arus
globalisasi, tetapi ”saya” tetap seperti ini. Tidak mungkin ini dapat
dilakukan. Bagaimanapun kita akan terseret oleh arus globalisasi. Oleh karena
itu, kita harus mempersiapkan diri.
Pendidikan merupakan salah satu modal untuk terjun ke era globalisasi.
Kesadaran global merupakan salah satu yang akan membekali kita dalam memasuki
era globalisasi.
Kita sudah mengetahui tentang globalisasi sehingga
diharapkan dapat mengubah sikap dan pandangan yang semula berpandangan ke-Indonesiaan
menjadi pandangan yang lebih luas yaitu keduniaan. Apabila kita sudah memiliki
wawasan dan pandangan yang demikian luas, maka kita sudah memiliki perspektif
global. Guru harus mampu menangkap trend (kecenderungan) globalisasi yang
demikian hebat.
Kesadaran global membuat kita menjadi guru yang
berupaya mempersiapkan diri sebagai guru
global. Untuk menjadi guru global kita
harus mengetahui istilah lain yaitu pendidikan global. Apa yang dimaksud dengan
pendidikan global? Sebelum kita bahas tentang pendidikan global ini, kita harus memahami betul tentang masalah
global dan globalisasi yang sudah diuraikan sebelumnya. Oleh karena itu,
pelajari berulang-ulang untuk memahaminya.
Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk
membentuk kesadaran, wawasan, dan perspektif peserta didik, karena melalui
Pendidikan Global siswa dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang
berkaitan dengan masalah global. Pendidikan global menawarkan suatu makna bahwa
kita hidup di dalam masyarakat manusia, suatu perkampungan global tempat
manusia dihubungkan; baik suku, maupun bangsa, dan batas negara tidak menjadi
penghalang, merupakan komunalitas dari perbedaan di antara orang-orang yang
berbeda bangsa.
Hoopes (Garcia 1977), mengatakan bahwa pendidikan global
mempersiapkan siswa untuk memahami dan mengatasi adanya ketergantungan global
dan keragaman budaya, yang mencakup hubungan, kejadian dan kekuatan yang tidak
dapat diisikan ke dalam batas-batas negara dan budaya. Selanjutnya Hoopes
(1997) menjelaskan bahwa Pendidikan Global memiliki 3 tujuan yaitu:
1.
Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mengurangi
rasa kedaerahan dan kesukuan. Tujuan ini dapat dicapai melalui mengajarkan
bahan dan menggunakan metode keragaman budaya.
2.
Pendidikan Global memberikan pengalaman yang
mempersiapkan siswa untuk mendekatkan diri dengan keragaman global. Kegunaan
dari tujuan ini adalah untuk mendiskusikan tentang perbedaan budaya dan
keutamaan etika, agama, dan budaya
bangsa. Pendidikan global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk
berpikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai warga suatu negara,
dan sebagai anggota masyarakat dunia (global citizen).
3.
Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan
memberikan keterampilan analisis dan evaluasi yang luas. Keterampilan ini akan
membekali siswa untuk memahami dan memberi reaksi terhadap isu internasional
dan antarbudaya. Pendidikan global juga mengenalkan siswa dengan berbagai
strategi untuk berperan serta secara lokal, nasional dan internasional. Mata
pelajaran harus menyajikan informasi yang relevan untuk meningkatkan kemampuan
terlibat dalam pencaturan kebijakan publik. Oleh karena itu, Pendidikan Global
mengaitkan isu global dengan kepentingan lokal.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Global adalah suatu pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan
kesadaran siswa, bahwa mereka hidup dan berada pada satu area global yang
saling berkaitan. Oleh karena itu, siswa perlu diberikan informasi tentang
keadaan dan sistem global. Disinilah peran Pendidikan agama dan karakter bangsa
menjadi penting.
Karena tanpa bekal Pendidikan agama yang cukup dan
penanaman karakter bangsa, maka siswa bisa jadi akan kehilangan karakter dan
kepribadian baik sebagai muslim atau sebagai warga negara yang baik (good
citizen).
C.
Keterampilan Global Guru Abad 21
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam
masyarakat yang berkembang sangat cepat pada era globalisasi ini, maka individu
perlu belajar berkarya. guru memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat
menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu
mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.
Guru harus memiliki ketrampilan yang mencakup:
1.
Keterampilan Berpikir Kritis;
2.
Kemampuan Menyelesaikan Masalah;
3.
Komunikasi dan Kolaborasi;
4.
Kreativitas dan Inovasi;
5.
Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi.
1.
Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan ini merupakan keterampilan fndamental pada
pembelajaran di abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan
mengakses, menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan,
dilatihkan dan dikuasai (Redecker et. al., 2011).
Keterampilan berpikir kritis juga menggambarkan
keterampilan lainnya seperti keterampilan komunikasi dan informasi, serta
kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi
bukti. Dalam rangka mengetahui bagaimana
mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, Ennis dan Norris
mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis dikelompokan ke dalam 5 langkah
yaitu:
a.
Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi:
memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan),
b.
Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi),
c.
Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan
nilai pertimbangan),
d.
Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan
istilah dan pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi
asumsi),
e.
Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan
tindakan, berinteraksi dengan orang lain). Pada era literasi digital dimana
arus informasi sangat berlimpah, siswa perlu memiliki kemampuan untuk memilih
sumber dan informasi yang relevan, menemukan sumber yang berkualitas dan
melakukan penilaian terhadap sumber dari aspek objektivitas, reliabilitas, dan
kemutahiran.
2.
Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan
lain seperti identifikasi dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi,
mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan
informasi. Seseorang harus mampu mencari berbagai solusi dari sudut pandang
yang berbeda-beda, dalam memecahkan masalah yang kompleks.
Pemecahan masalah memerlukan kerjasama tim, kolaborasi
efektif dan kreatif dari guru dan siswa untuk dapat melibatkan teknologi, dan
menangani berbagai informasi yang sangat besar jumlahnya, dapat mendefinisikan
dan memahami elemen yang terdapat pada pokok permasalahan, mengidentifikasi
sumber informasi dan strategi yang diperlukan dalam mengatasi masalah.
Pemecahan masalah tidak dapat dilepaskan dari
keterampilan berpikir kritis karena keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan fundamental dalam memecahkan masalah. Siswa juga harus mampu
menerapkan alat dan teknik yang tepat secara efektif dan efisien untuk
menyelesaikan permasalahan. Kemampuan
menyelesaikan masalah didasarkan kepada metode pemecahan masalah (problem
solving).
Menurut Wina Sajaya (2006), metode pemecahan masalah
terdiri dari beberapa langkah yaitu:
a.
Merumuskan masalah, yakni kemampuan dalam menentukan masalah
yang akan dipecahkan.
b.
Menganalisis masalah, yakni langkah meninjau masalah
secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.
Merumuskan hipotesis, yakni langkah dalam merumuskan
pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
d.
Mengumpulkan data, yakni langkah untuk mencari informasi
dalam upaya pemecahan masalah.
e.
Pengujian hipotesis, yakni langkah untuk merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f.
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yakni langkah
menggambarkan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan
3.
Komunikasi dan Kolaborasi
Kemampuan komunikasi yang baik merupakan keterampilan
yang sangat berharga di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan
komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan
persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan
kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi
orang lain melalui kemampuan berbicara.
Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui
pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah. Siswa
dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada tugas berbasis proyek yang
autentik dan mengembangkan keterampilannya melalui pembelajaran tutor sebaya
dalam kelompok. Pada dunia kerja di masa depan, keterampilan berkolaborasi juga
harus diterapkan ketika menghadapi rekan kerja yang berada pada lokasi yang
saling berjauhan.
Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang efektif
disertai dengan keterampilan menggunakan teknologi dan sosial media akan
memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan kelompokkelompok internasional. Penguasaan keterampilan Bahasa internasional
terutama Bahasa Inggris menjadi sangat penting bagi guru dalam pembelajaran
abad 21.
Terampil berbahasa asing bisa disebut sebagai
keterampilan komunikasi global (global skills communicating). Rosyada (2017), mengemukakan bahwa salah satu
kompetensi yang harus dicapai melalui pendidikan adalah memiliki kompetensi
dalam komunikasi global, bisa menggunakan bahasa yang bisa difahami oleh
masyarakat dunia, baik komunikasi verbal, maupun tulisan, baik dalam aspek
reading, maupun writing, sehingga bisa
menjadi bagian penting dalam sebuah perusahaan industri, jasa atau lainnya.
4.
Kreativitas dan Inovasi
Pencapaian kesuksesan profesional dan personal, memerlukan
keterampilan berinovasi dan semangat berkreasi. Kreativitas dan inovasi akan
semakin berkembang jika siswa memiliki kesempatan untuk berpikir divergen.
Siswa harus dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara
berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan
solusi-solusi baru, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba
mengajukan dugaan jawaban.
Kesuksesan individu akan didapatkan oleh siswa yang
memiliki keterampilan kreatif. Individu-individu yang sukses akan membuat dunia
ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semuanya. Kreativitas menurur Mulyasa (2005), adalah kemampuan untuk menemukan dan
menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi
siswa dalam proses belajar. Dijelaskan juga,
hal baru itu tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada
sebelumnya, tetapi kreativitas adalah upaya menemukan kombinasi baru, hubungan
baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya.
Jadi, hal baru itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif.
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri
dari orang kreatif antara lain:
a.
Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu
kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang
secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan
bukan kualitas.
b.
Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk
memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang
bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda,
mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang
yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir
lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c.
Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam
mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu
objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d.
Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk
mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli
5.
Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi
Literasi informasi yang mencakup kemampuan mengakses,
mengevaluasi dan menggunakan informasi sangat penting dikuasai pada saat ini.
Literasi informasi memiliki pengaruh yang besar dalam perolehan keterampilan
lain yang diperlukan pada kehidupan abad ke-21. Seseorang yang berkemampuan
literasi media adalah seseorang yang mampu menggunakan keterampilan proses
seperti kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk memahami pesan alami yang
terdapat pada media.
Kerangka literasi media terdiri atas kemampuan untuk
mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam berbagai
bentuk media, menciptakan suatu pemahaman dari peranan media pada masyarakat,
dan membangun keterampilan penting dari informasi hasil penyelidikan dan
ekspresi diri. Literasi media juga mencakup kemampuan untuk menyampaikan pesan
dari diri dan untuk memberikan pengaruh dan informasi kepada orang lain.
Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan mengakses,
mengatur, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui
penggunaan teknologi komunikasi digital. Literasi ICT berpusat pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan informasi, media,
dan teknologi di lingkungan sekitar.
Setiap negara hendaknya menumbuhkan secara luas
keterampilan ICT pada masyarakatnya karena jika tidak, negara tersebut dapat
tertinggal dari perkembangan dan kemajuan pengetahuan ekonomi berbasis
teknologi.
Terdapat beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi
yang meliputi literasi komunikasi informasi, media dan teknologi. Penguasaan
terhadap keterampilan tersebut memungkinkan penguasaan terhadap keterampilan
dan kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan kehidupan di abad ke-21
(Trilling & Fadel, 2009).
SUMBER: PPG.SIAGAPENDIS.DOM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar