Tradisi
dan Seni Budaya Lokal Umat Islam di Nusantara
1.
Tradisi
Lokal
Tradisi adalah kebiasaan atau adat
istiadat yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat. Sebagaimana diketahui
bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Nusantara sudah mengenal berbagai
kepercayaan dan memiliki beragam tradisi lokal. Melalui kehadiran Islam maka
kepercayaan dan tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi
nilai-nilai Islam. Karenanya muncullah tradisi Islam Nusantara sebagai bentuk
akulturasi antara ajaran Islam dengan tradisi lokal Nusantara.
Tradisi Islam di Nusantara digunakan
sebagai metode dakwah para ulama zaman itu. Para ulama tidak memusnahkan secara
total tradisi yang telah ada di masyarakat. Mereka memasukkan ajaranajaran
Islam ke dalam tradisi tersebut, dengan harapan masyarakat tidak merasa
kehilangan adat dan ajaran Islam dapat diterima. Seni budaya, adat, dan tradisi
yang bernapaskan Islam tumbuh dan berkembang di Nusantara. Tradisi ini sangat
bermanfaat bagi penyebaran Islam di Nusantara. Untuk itulah, kita sebagai
generasi muda Islam harus mampu merawat, melestarikan, mengembangkan dan
menghargai hasil karya para ulama terdahulu.
Mengingat zaman modern sekarang ini ada
sebagian kelompok yang mengharamkan dan ada sebagian yang menghalalkan. Mereka
yang mengharamkan beralasan pada zaman Rasulullah saw. tidak pernah ada. Mereka
yang membolehkan dengan dasar bahwa tradisi tersebut digunakan sebagai sarana
dakwah dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kita sebagai generasi
penerus Islam kita harus bijaksana dalam menyikapi tradisi tersebut. Memang
harus diakui ada tradisi-tradisi lokal yang tidak sesuai dengan Islam. Tradisi
seperti ini harus kita tolak, dan buang supaya tidak ditiru oleh generasi
berikutnya.
Para ulama dan wali pada zaman dahulu
tentu telah mempertimbangkan tradisi-tradisi tersebut dengan sangat matang baik
dari segi madharatmafsadat maupun halal-haramnya. Mereka sangat paham hukum
agama, sehingga tidak mungkin mereka menciptakan tradisi tanpa
pertimbanganpertimbangan tersebut. Banyak sekali tradisi atau budaya Islam yang
berkembang hingga saat ini. Semuanya mencerminkan kekhasan daerah atau tempat
masing-masing. Berikut ini adalah beberapa tradisi atau budaya Islam
dimaksud.
Artikel/Jurnal:
http://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98021043410572285
a. Tradisi
Halal Bihalal.
Halal bihalal dilakukan pada Bulan Syawal,
berupa acara saling bermaaf-maafan. Tujuan halal bihalal selain saling
bermaafan adalah untuk menjalin tali silaturahim dan mempererat tali
persaudaraan. Sampai saat ini tradisi ini masih dilakukan di semua lapisan
masyarakat. Mulai keluarga, tingkat RT sampai istana kepresidenan. Bahkan acara
halal bihalal sudah menjadi tradisi nasional yang bernafaskan Islam. Istilah
halal bihalal berasal dari bahasa Arab (halla atau halal) tetapi tradisi halal
bi halal itu sendiri adalah tradisi khas bangsa Indonesia, bukan berasal dari
Timur Tengah. Bahkan bisa jadi ketika arti kata ini ditanyakan kepada orang
Arab, mereka akan kebingungan dalam menjawabnya. Halal bihalal sebagai sebuah
tradisi khas Islam Indonesia lahir dari sebuah proses sejarah. Tradisi ini
digali dari kesadaran batin tokoh-tokoh umat Islam masa lalu untuk membangun
hubungan yang harmonis (silaturahim) antar umat. Dengan acara halal bihalal,
pemimpin agama, tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah akan berkumpul, saling
berinteraksi dan saling bertukar informasi.
b. Tradisi
Tabot atau Tabuik.
Tabot atau Tabuik, adalah upacara
tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian
Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad saw. Kedua cucu
Rasulullah saw. ini gugur dalam peperangan di Karbala, Irak pada tanggal 10
Muharam 61 Hijriah (681 M). Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh
Syaikh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syaikh
Burhanuddin menikah dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya disebut
sebagai keluarga Tabot. Upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram
(berdasar kalendar Islam) setiap tahun. Istilah Tabot berasal dari kata Arab,
“tabut”, yang secara harfah berarti kotak kayu atau peti. Tidak ada catatan
tertulis sejak kapan upacara Tabot mulai dikenal di Bengkulu. Namun, diduga
kuat tradisi ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought
(1718-1719) di Bengkulu. Para tukang bangunan tersebut, didatangkan oleh
Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India.
c. Tradisi
Kupatan (Bakdo Kupat)
Di Pulau Jawa bahkan sudah berkembang ke
daerah-daerah lain terdapat tradisi kupatan. Tradisi membuat kupat ini biasanya
dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Biasanya masyarakat berkumpul
di suatu tempat seperti mushala dan masjid untuk mengadakan selamatan dengan
hidangan yang didominasi kupat (ketupat). Kupat merupakan makanan yang terbuat
dari beras dan dibungkus anyaman (longsong) dari janur kuning (daun kelapa yang
masih muda). Sampai saat ini ketupat menjadi maskot Hari Raya Idul Fitri.
Ketupat memang sebagai makanan khas lebaran. Makanan itu ternyata bukan sekadar
sajian pada hari kemenangan, tetapi punya makna mendalam dalam tradisi Jawa.
Oleh para Wali, tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana untuk syiar
agama. Kupat adalah singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi
simbol untuk saling memaafkan.
d. Tradisi
Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta.
Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun
di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi ini
dilaksanakan dan dilestarikan sebagai wujud mengenang jasa-jasa para Walisongo
yang telah berhasil menyebarkan Islam di tanah Jawa. Peringatan yang lazim
dinamai Maulud Nabi itu, oleh para wali disebut Sekaten, yang berasal dari kata
Syahadatain (dua kalimat Syahadat). Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama
Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan
Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan lagu-lagu yang berisi ajaran agama
Islam serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca
syahadatain. Jadi, Sekaten diadakan untuk melestarikan tradisi para wali dalam
memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw.
e. Tradisi
Grebeg.
Tradisi untuk mengiringi para raja atau
pembesar kerajaan. Grebeg pertama kali diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta
oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1. Grebeg dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat
dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek di Yogyakarta di selenggarakan
3 tahun sekali yaitu: Pertama grebek pasa-syawal diadakan setiap tanggal 1
Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr. Kedua
grebeg besar, diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya
kurban. Ketiga grebeg maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati
hari Maulid Nabi Muhammad saw. Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan
pesta grebeg adalah kota Solo, Cirebon dan Demak.
f.
Tradisi Grebeg Besar di Demak
Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara
tradisional yang setiap tahun dilaksanakan di Kabupaten Demak Jawa Tengah.
Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya
Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban. Tradisi ini cukup menarik karena Demak
merupakan pusat perjuangan Walisongo dalam dakwah. Pada awalnya Grebeg Besar
dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah tahun 1428 Caka dan dimaksudkan sekaligus untuk
memperingati genap 40 hari peresmian penyempurnaan Masjid Agung Demak. Mesjid
ini didirikan oleh Walisongo pada tahun 1399 Caka, bertepatan 1477 Masehi.
Tahun berdirinya masjid ini tertulis pada bagian Candrasengkala “Lawang Trus
Gunaning Janmo”. Pada tahun 1428 tertulis dalam Caka tersebut Sunan Giri
meresmikan penyempurnaan masjid Demak. Tanpa diduga pengunjung yang hadir
sangat banyak. Kesempatan ini kemudian digunakan para Wali untuk melakukan
dakwah Islam. Jadi, tujuan semula Grebeg Besar adalah untuk merayakan Hari Raya
Kurban dan memperingati peresmian Masjid Demak.
g. Tradisi
Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado.
Di kawasan Kedaton Kutai Kartanegara,
Provinsi Kalimantan Timur, juga diselenggarakan tradisi yang dinamakan Kerobok
Maulid. Istilah Kerobok berasal dari Bahasa Kutai yang artinya berkerubun atau
berkerumun oleh orang banyak. Tradisi Kerobok Maulid dipusatkan di halaman
Masjid Jami’ Hasanuddin, Tenggarong. Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka
memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw., tanggal 12 Rabiul Awwal. Kegiatan
Kerobok Maulid ini diawali dengan pembacaan Barzanji di Masjid Jami’ Hasanudin
Tenggarong. Kemudian dari Keraton Sultan Kutai, puluhan prajurit Kesultanan
akan keluar dengan membawa usung-usungan yang berisi kue tradisional, puluhan
bakul Sinto atau bunga rampai dan Astagona. Usung-usungan ini kemudian dibawa
berkeliling antara Keraton dan Kedaton Sultan dan berakhir di Masjid Jami’
Hasanuddin. Kedatangan prajurit keraton dengan membawa Sinto, Astagona dan
kue-kue di Masjid Hasanudin ini akan disambut dengan pembacaan Asrakal yang
kemudian membagi-bagikannya kepada warga masyarakat yang ada di dalam Masjid.
Akhir dari upacara Kerobok ini ditandai dengan penyampaian hikmah maulid oleh
seorang ulama.
h. Tradisi
Rabu Kasan di Bangka.
Tradisi Rabu Kasan dilaksanakan di
Kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya pada hari rabu terakhir bulan Safar.
Hal ini sesuai dengan namanya, yakni Rabu Kasan berasal dari Kara Rabu
Pungkasan (terakhir). Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di
Bangka saja, tetapi juga di daerah lain, seperti di Bogor Jawa Barat dan Gresik
Jawa Timur. Pada dasarnya maksud dari tradisi ini sama, yaitu untuk memohon
kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana). Di Kabupaten
Bangka, tradisi ini dipusatkan di desa Air Anyer, Kecamatan Merawang. Sehari
sebelum upacara Rabu Kasan di Bangka diadakan, semua penduduk telah menyiapkan
segala keperluan upacara tersebut seperti ketupat tolak balak, air wafak, dan
makanan untuk dimakan bersama pada hari Rabu esok hari. Tepat pada hari Rabu
Kasan, kira-kira pukul 07.00 WIB semua penduduk telah hadir di tempat upacara
dengan membawa makanan dan ketupat tolak bala sebanyak jumlah keluarga
masing-masing. Acara diawali dengan berdirinya seseorang di depan pintu masjid
dan menghadap keluar lalu mengumandangkan adzan. Lalu disusul dengan pembacaan
doa bersama-sama. Selesai berdoa semua yang hadir menarik atau melepaskan
anyaman ketupat tolak balak yang telah tersedia tadi, satu persatu menurut
jumlah yang dibawa sambil menyebut nama keluarganya masingmasing. Kemudian
dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah itu, masing-masing pergi
mengambil air wafak yang telah disediakan untuk semua angngota keluarganya.
Setelah selesai acara ini mereka pulang dan bersilahturahmi ke rumah tetangga
atau keluarganya.
i.
Tradisi Dugderan di Semarang.
Tradisi dugderan merupakan tradisi khas
yang dilakukan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Dugderan
dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa. Dugderan biasanya diawali
dengan pemberangkatan peserta karnaval dari Balaikota Semarang. Ritual dugderan
akan dilaksanakan setelah shalat Asar yang diawali dengan musyawarah untuk
menentukan awal bulan Ramadan yang diikuti oleh para ulama. Hasil musyawarah
itu kemudian diumumkan kepada khalayak. Sebagai tanda dimulainya berpuasa
dilakukan pemukulan bedug. Hasil musyawarah ulama yang telah dibacakan itu
kemudian diserahkan kepada Kanjeng Gubernur Jawa Tengah. Setelah itu Kanjeng
Bupati Semarang (Walikota Semarang) dan Gubernur bersama-sama memukul bedug
kemudian diakhiri dengan doa.
j.
Tradisi atau Budaya Tumpeng.
Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta
lauk-pauknya dalam bentuk kerucut. Nasi tumpeng umumnya berupa nasi kuning,
atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi
keturunan Jawa, dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu
kejadian penting. Meskipun demikian, budaya tumpeng sudah menjadi tradisi
nasional bangsa Indonesia. Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah
tradisional) dan dialasi daun pisang. Ada tradisi tidak tertulis yang
menganjurkan bahwa pucuk dari kerucut tumpeng dihidangkan bagi orang yang
dituakan dari orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa
hormat kepada orang tersebut. Saat ini budaya tumpeng sudah menjadi tradisi
nasional bangsa Indonesia.
k. Seni
budaya lokal
Seni adalah penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia. Seni lahir melalui perantaraan alat komunikasi
ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran (seni suara),
maupun indra penglihatan (seni lukis) atau gerak (seni tari, drama, dll).
Sedangkan budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh suatu kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi, termasuk
sistem kehidupan beragama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan dan karya seni.
Kebudayaan adalah alat konseptual untuk
melakukan penafsiran dan analisis (Garna, 2001: 157). Jadi keberadaan
kebudayaan sangatlah penting, karena akan menunjang terhadap pembahasan
mengenai eksistensi suatu masyarakat. Kebudayaan sebagai suatu system budaya,
aktivitas dan hasil karya fisik manusia yang berada dalam suatu masyarakat
dimana kemunculannya itu diperoleh melalui proses belajar, baik itu formal
maupun informal. Hal ini menunjukan bahwa kebudayaan tidak akan hadir dengan
sendirinya, melainkan ada karena adanya manusia dalam komunitas sosial,
sehingga antara manusia, masyarakat dan kebudayaan akan saling mendukung.
Manusia menciptakan kebudayaan sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya di
muka bumi ini, karena dengan kebudayaan manusia akan mampu melaksanakan
tugasnya di muka bumi ini sebagai khalifah.
Dengan kebudayaan pula kehidupan keagamaan
manusia akan nampak, dan ini menjadikan pembeda terhadap jenis makhluk lainnya
yang ada di muka bumi ini. Kebudayaan setiap masyarakat atau suku bangsa
terdiri atas unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian
dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Ada beberapa unsur yang
terdapat dalam kebudayaan, dimana kita sebut sebagai cultural universals, yang
meliputi: peralatan dan perlengkapan hidup manusia, mata pencaharian hidup dan
system-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa (lisan dan tulisan),
kesenian, sistem pengetahuan, dan religi (system kepercayaan) (Soekanto, 1990:
193).
Selanjutnya, ketika memahami unsur-unsur
kebudayaan tersebut, maka kita bisa mengetahui tentang terdapatnya unsur-unsur
kebudayaan yang mudah berubah dan ada pula unsur-unsur kebudayaan yang susah
berubah. Adapun unsur-unsur budaya yang mudah berubah meliputi; seni, bahasa,
teknologi. Sedangkan unsur-unsur budaya yang sulit berubah meliputi: agama
(system kepercayaan), system social, dan system pengetahuan (Kahmad, 2002).
Budaya juga dibedakan menjadi dua, yaitu
budaya kecil (little culture), dan budaya besar (great culture). Budaya kecil
adalah budaya yang berada pada suatu masyarakat yang lingkupnya kecil (dianut
oleh beberapa orang saja) atau juga disebut local culture. Sedangkan budaya
besar adalah budaya yang dianut oleh banyak orang dengan skala kepenganutannya
luas. Ketika budaya kecil dan budaya besar saling berhubungan melalui proses
asimilasi, maka kemungkinannya budaya kecil tersebut akan tersisihkan atau
terkalahkan oleh budaya besar. Hal ini menunjuikan bahwa eksistensi dari budaya
besar tersebut begitu kuat dan luas sehingga dengan mudah dan cepat bisa masuk
kepada budaya kecil yang dianut oleh hanya bebera orang saja, misalkan.
Budaya kecil (budaya local) yang ada pada
suatu masyarakat merupakan budaya yang sudah dibangun sejak adanya umat manusia
di muka bumi ini atau dengan kata lain, keberadaan budaya kecil sebagai bentuk
dari keberhasilan umat manusia didalam mempertahankan hidupnya, karena
bagaimanapun juga budaya kecil itu ada secara turun temurun dari satu generasi
ke generasi selanjutnya. Kehadiran budaya besar, tentunya akan membawa suatu
perubahan yang akan terjadi pada suatu komunitas yang yang memiliki budaya
kecil, sehingga keberadaan budaya besar akan tetap eksis dan dan bisa jadi
keberadaan budaya kecil akan mengalami penyusuitan atau bahkan hilang dari eksistensinya
pada suatu masyarakat.
Artikel/Jurnal:
http://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97874782241969672
Islam sejak kehadiranya dimuka bumi ini,
telah memainkan peranannya sebagai salah satu agama yang menjadi rahmat bagi
semesta alam. Ini, tentunya membawa Islam sbagai bentuk ajaran agama yang mampu
mengayomi keberagaman umat manusia dimuka bumi ini. Islam sebagai agama
universal sangat menghargai akan ada budaya yang ada pada suatu masyarakat,
sehingga kehadiran islam diyengah-tengah masyarakat tidak bertentangan,
melainkan Islam dekat dengan kehidupan masyarakat, disinilah sebenarnya,
bagaimana Islam mampu membuktikan dirinya sebagai ajaran yang flexsibel di
dalam memahami kondisi kehidupan suatu masyarakat. Hal ini pun terjadi di
Indonesia, dimana Islam yang ada di Indonesia merupakan hasil dari proses
dakwah yang dilaksanakan secara cultural, sehingga Islam di Indonesia, mampu
berkembang dan menyebar serta banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia
dalam waktu yang cukup singkat. Karena kehadiran Islam di Indonesia yang pada
saat itu budaya local sudah dianut masyarakat Indonesia mampu masuk secara
halus tanpa kekerasan, hal ini berkat dari ajaran Islam yang sangat menghargai
akan pluralitas suatu masyarakat.
Banyak kajian sejarah dan kajian
kebudayaan yang mengungkap betapa besar peran Islam dalam perkembangan
kebudayaan bangsa Indonesia. Hal ini dapat di pahami, karena Islam merupakan
agama bagi mayoritas penduduk Indonesia. Bahkan dalam perkembangan budaya daerah
terlihat betapa nilainilai budaya Islam telah menyatu dengan nilai-nilai budaya
di sebagian daerah di tanah air, baik dalam wujud seni budaya, tradisi, maupun
peninggalan pisik. Sementara itu dalam pengembangan budaya nasional, peran
Islam dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan bangsa telah dibuktikan
dalam sejarah. Islam dapat menjadi penghubung bagi berbagai kebudayaan daerah
yang sebagian besar masyarakatnya adalah Muslim (Djojonegoro, 1996: 112).
Peran tersebut secara ekplisit dikemukakan
oleh Presiden padaa sambutan Seminar Nasional Budaya Bangsa 10 November 1995,
bahwa “Agama bukan saja telah menghindarkan berkembangnya yang sempit, tetapi
secara tidak langsung juga ikut meletakan dasar-dasar kebudayaan nasional…
Ajaran agama yang di anut oleh bangsa kita telah memberikan motivasi yang kuat
bagi tumbuh dan berkembangnya pergerakan kebangsaan, lancarnya proklamasi
kemerdekaan, gigihnya perjuangan bersenjata mengusir penjajah dan terarahnya
pembangunan nasional. Walaupun pengaruh nilai-nilai Islam telah nyata dalam
perkembangan seni budaya nasional, namun pengaruh tersebut lebih ditekankan
kepada upaya perkembangan budaya nasional dalam makna yang dinamis.
Dengan demikian, bangsa Indonesia yang
terdiri atas berbagai suku bangsa, agama dan kebudayaan lokal, perlu
menumbuhkan dua macam system budaya itu adalah: sistem budaya nasional (supra
etnik) dan sistem budaya daerah (etnik), Sementara itu, bangsa Indonesia yang
terdiri dengan banyak suku bangsa dengan system budaya etnik-lokanya masing-masing.
Sistem-sistem budaya yang otonom itu ditandai oleh pewarisan nilai-nilai
melalui tradisi. Nilai-nilai tersebut telah berakar kuat dalam masyarakat yang
bersangkutan. Seterusnya, dalam masyarakat etnik lokal itu sepanjang waktu
terjadi vitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai budayanya yang khas. Dalam
rangka perkembangan budaya naaasional, kebudayaan etnik lokal itu sering kali
berfungsi sebagai sumber atau sebagai acuan dalam penciptaan-penciptaaan baru
(dalam bahasa, seni, tata masyarakat, teknologi, dan sebagainya) yang kemudian
ditampilkan dalam peri kehidupan lintas budaya. Sistem-sistem budaya etnik
lokal inilah yang pada umumnya memberikan rasa berakar kepada rakyat Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas,
diperlukan strategi untuk mencapai dua tujuan dasar pembinaan kebudayaan,
yaitu: (1) Semakin kuatnya nilai-nilai penghayatan nilai-nilai budaya nasional
agar mampu menyongsong masa depan bangasa yang ditandai oleh semakin canggihnya
prkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin meningkatnya persaingan
ekonomi anter bangsa dan semakin kompleksnya arus informasi dan proses
penduniannya yang lain. (2) Semakin kokohnya kesadaran bangsa akan jati dirinya
yang ditandai oleh pewarisan nilai-nilai luhur, kokohnya kehidupan beragama,
kesadaran sejarah dan daya cipta yang dimiliki (Djojonegoro, 1996: 109-110).
Tradisi Islam ibarat sebuah pohon (QS.
Ibrahim, 24). Akarnya berada pada wahyu, dari akar ini tumbuhlah sekian banyak
cabang dan ranting. Intinya adalah agama dan getahnya mengandung barakah,
kebenaran suci, abadi dan tak tergantikan, kearifan abadi, dan penerapannya
yang terus berkesinambungan sesuai dengan kondisi zaman. Tradisi Islam mencakup
banyak hal, diantaranya meliputi pengetahuan, cara memandang dunia, nilai, dan
jiwa kitab suci (Muhaemin, 2002: 13).
Seni budaya lokal islam adalah penjelmaan
rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia yang bernafaskan islami yang
tumbuh dari lingkungan nusantara. Seni lahir melalui perantaraan alat
komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran (seni
suara), maupun indra penglihatan (seni lukis) atau gerak (seni tari,
drama,dll).
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian
tentang seni seperti Aristoteles, dia mengemukakan seni yaitu kemampuan membuat
sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan oleh gagasan tertentu. Kemudian menurut Ki Hajar Dewantara yang
mengemukan seni itu indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia yang
timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa
perasaan manusia lainnya. Sedangkan menurut Ensiklopedia seni adalah sebuah
penciptaan benda atau segala hal yang karena kendahan bentuknya, orang senang
melihat dan mendengar. Seni bernuansa Islami yang telah digarap dan berkembang
di Indonesia antara lain :
1)
Seni Kaligrafi
Di Indonesia, seni Kaligrafi ini telah
berkembang mulai abad 12 masehi atau semenjak kerajaan Islam muncul dan berdiri
dibeberapa wilayah Indonesia, seperti Aceh, Demak, Ternate, Tidore, Maluku,
Cirebon, Banten, Madura, Nusa Tenggara barat, dan sebagainya. Kaligrafi dengan
gaya kufi (Sumber: ganaislamika.com)
2)
Ornamen Arabeska
Merupakan hiasan yang salin jalin-menjalin
simpai, lilit melilit tumpeng tindih seperti irama huruf arab. Ragam hias ini
mulanya berupa sederetan huruf Arab, tetapi dibentuk seperti bentuk binatang
seperti burung, kuda dan singa. Dapat juga berbentuk manusia, buah-buahan dan
lain sebagainya.
3)
Seni Musik
Disebut juga dengan handasah shawt atau
musik yang berasaldari bahasa Arab yaitu musiqa. Ruang lingkup seni ini
terbatas pada seni pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an. Sehingga tidak bertalian
dengan keberadaan kualitas instrumentalnya atau kualitas vokalisnya.
4)
Seni Arsitektur
Islam hadir mendorong lahirnya seni-seni
baru dalam seni bangunan yang mengikuti kebutuhan masyarakat Islam, seperti
bangunan tempat ibadah sebagai tempat berkumpulnya umat Islam. Beberapa masjid
dengan seni arsitektur yang indah yaitu masjid di Aceh, Demak, Kudus dan di
beberapa daerah lainnya di Nusantara yang menjadi kekayaan seni arsitektur yang
terus berkembang sampai sekarang. Karya seni arsitektur pengaruh Islam juga
tampak dalam bangunan keraton-keraton kerajaan Islam. Disamping itu, seni
arsitektur juga tampak dalam makam-makam para raja kerajaan Islam di Nusantara.
Interior Masjid Merapi (Sumber: kompas.com)
Seni arsitektur menjadi fondasi sekaligus
yang memungkasi sebuah bangunan. Karya seni rancang bangun menempatkan ikon sebagai
penanda dalam setiap perjalanan kebudayaan setempat. Sehingga masing-masing
kawasan memiliki simbolisasi-simbolisasi yang sarat makna dan identik dengan
kearifan lokal di mana sebuah karya seni tata ruang itu lahir. Ia bukanlah
ruang statis, tidak serta merta lahir dari kekosongan historis, melainkan
hasil-olah akumulasi pengalaman, permenungan, imajinasi, serta pembacaan atas
literasi maupun oralitas, yang kemudian tertuang dalam setiap detail tata
ruang, sudut, garis, lengkung, ornamen, dan pewarnaannya. Sehingga menghasilkan
karya inovatif yang mengandung nuansa estetis yang bernilai tinggi.
5)
Seni Tari
Sebagai negara dengan keanekaragaman
budaya, Indonesia memiliki banyak macam tari. Dari Sabang hingga Merauke
memiliki tari daerah masing-masing. Aceh punya tari saman, Jawa Tengah punya
tari serimpi, Papua punya tari selamat datang, dan masih banyak lagi tari-tari
yang bisa dipelajari dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia.
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat
bentuk-bentuk tarian yang berkaitan dengan bacaan shalawat. Misalnya pada seni
rebana diikuti dengan tari-tarian zapin, bacaan shalawat dengan menggunakan
lagu-lagu tertentu. Tari Zapin adalah tari khas Melayu yang dibawa oleh para
pedagang arab yang berasal dari Hadramut, Yaman pada abad ke 16 ke Johor Bahru
yang saat itu sebagai pelabuhan antar bangsa. Kemudian Tari Zapin berkembang
hingga ke Indonesia daerah Sumatra dan
Kalimantan. Tari Zapin berasal dari bahasa
arab “Zaffan” yang berarti pergerakan kaki yang cepat mengikut rentak pukulan. Tari
saman (sumber : detik.com)
Berikutnya terdapat Tari Saman, mulai
dipopulerkan oleh seorang Ulama yang bernama Syekh Saman pada abad 14 di
masyarakat Gayo. Tarian ucapan selamat datang yang berasal dari kota yang dijuluki
serambi mekah ini memiliki keunikannnya tersendiri. Awal mulanya tari saman
adalah sebuah permainan masyarakat Gayo yang bernama Pok Ane, kemudian Islam
mempengaruhi kebudayaan Gayo sehingga permainan Pok Ane berkulturasi yang awal
mulanya nyanyian hanya sebagai pengiring permainan berubah syairnya menjadi
berisi pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tari Saman pada masa Kesultanan Aceh
ditampilkan pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad, kemudian pada
perkembangan selanjutnya Tari Saman ditampilkan pada acara adat ataupun pada
acara penyambutan tamu kehormatan.
6)
Seni Sastra
Seni sastra yang berkembang pada zaman
Islam umumnya berkembang di daerah sekitar Selat Malaka (daerah Melayu) dan di
Jawa. Ditinjau dari corak dan isinya, kesusastraan zaman Islam dibagi menjadi
beberapa jenis, meskipun pembagian itu tidak dapat dilakukan secara tegas sebab
sering terjadi suatu naskah dapat dimasukkan ke dalam dua golongan sekaligus.
Beberapa jenis sastra zaman Islam diantaranya adalah hikayat, babad, dan
suluk .
2.
Pendekatan
seni budaya lokal umat Islam di Nusantara
Seni budaya Islam adalah hasil olah akal,
budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai
tauhid. Hasil olah akal, budi, rasa, dan karsa yang telah terseleksi oleh
nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah
peradaban. Seni Budaya Islam pada dasarnya sudah mulai berkembang seiring
dengan penyebaran agama Islam di wilayah nusantara. Saat itu, para ulama dan
muballigh banyak memanfaatkan berbagai media seni budaya sebagai salah satu
media dakwah, antara lain melalui lantunan syair-syair shalawat yang dapat
membangkitkan ghirah keimanan umat Islam, dengan menggunakan peralatan kesenian
gamelan, pementasan wayang golek dan lain-lain.
Dalam hal dakwah zaman dahulu umat Islam
melakukan beberapa pendekatan dalam menyampaikan ajaran Islam dan juga mengubah
kultur ataupun tradisi di masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Diantara pendekatannya adalah:
a. Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul
bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama,
sehingga budaya-budaya golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya
yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi
unsur-unsur kebudayaan campuran.
Biasanya, masyarakat yang tersangkut dalam
proses asimilasi, terdiri dari golongan mayoritas dan minoritas. Dalam hal ini,
golongan minoritaslah yang mengubah kebudayaan, untuk menyesuaikan dengan
kebudayaan mayoritas, sehingga lambat laun masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
Adapun yang menghambat proses asimilasi ini adalah: (a) Kurang pengetahuan
mengenai kebudayaan yang dihadapi. (b) Sifat takut kepada kekuatan kebudayaan
lain. (c) Perasaan superioritas dari individuindividu terhadap kebudayaan lain.
Contoh pendekatan asimilasi yaitu setelah
Islam datang ke Jawa, dan membawa paham monoteisme, lambat laun mengikis habis
kepercayaan-kepercayaan lokal, yang masih menyakini adanya dewa-dewa dan dayang
desa yang diekspresikan dalam bentuk upacara-upacara keagamaan lokal seperti :
bersi desa, nyadran, tingkepan, dll. Kalaupun upacara itu masih dijalankan,
tetapi isinya sudah hampir semua islam. Kepercayaan-kepercayaan lokal itu,
sekarang sudah di ganti dengan hanya beriman kepada allah yang maha esa,
sehingga upacara-upacara itu telah digantikan dalam bentuk peribadatan menurut
ajaran islam. Proses hilangnya kepercayan-kepercayaan asli tersebut melalui
proses panjan, dengan interaksi yang intensif antara islam dan kebudayaan jawa.
Proses tersebut bahkan sampai sekarang masih terus berlangsung setelah berjalan
enam abad lebih. Upacar sesaji dan slametan sudah jarang dilakukan, diganti
dengan sholat sunat dan ibadah-ibadah lain menurut ajaran Islam (Pokja
Akademik, 2015: 19-20).
Artikel/Jurnal:
http://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97874782241950127
b. Akulturasi
Akulturasi adalah pengambilan atau
penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua
atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu,
unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabakan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Dalam mengkaji proses akulturasi ini,
perlu diperhatikan beberapa hal yang terkait dengan proses tersebut. Menurut
koentjaraningrat (1981) ada lima hal (Pokja Akademik, 2005: 16): (a) Keadaan
masyarakat penerima, sebelum proses akulturasi mulai berjalan. (b)
Individu-individu ysng membawa unsur kebudayaan asing itu. (c) Saluran-saluran
yang dipakai oleh unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima. (d) Bagian-bagian
masyarakat penerima terkena pengaruh unsur kebudayaan asing tadi. (e) Reaksi
dari individu yang terkena kebudayaan asing.
Sedangkan contoh pendekatan akulturasi yaitu, dalam
konsep akulturasi ini Islam di posisikan sebagai kebudayaan asing dam
masyarakat lokal sebagai penerima kebudayaan asing tersebut. Misalnya
masyarakat jawa yang memiliki tradisi “slametan” yang cukup kuat, ketika islam
datang maka tradisi tersebut masih tetap jalan dengan mengambil unsur-unsur
islam terutama dalam do’a-do’a yang dibaca. Wadah slametanya masih ada teapi
isinya mengambil ajaran islam.
Begitu banyaknya seni budaya dan kearifan
lokal islami ini menunjukan bahwa khazanah budaya Islam Indonesia begitu kaya
dan berlimpah. Karena itu, semua pihak perlu berupaya untuk melestarikan
keunikannya melalui berbagai upaya dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kekuatan ukhuwah islamiyah umat Islam nusantara.
3. Nilai-nilai
tradisi umat Islam di Nusantara
Seiring dengan perkembangan era
globalisasi yang terjadi saat ini, ditandai dengan begitu derasnya perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi (TIK), begitu juga dengan berbagai macam
jenis seni dan budaya asing yang masuk ke Indonesia telah mempengaruhi berbagai
prilaku pola pikir masyarakat. Fenomena degradasi moral dan ahlak telah melanda
generasi muda bangsa.
Fenomena tersebut perlu dilakukan
intervensi untuk meminimalisir dampak dengan menanamkan berbagai nilai-nilai
agama melalui pendekatan seni dan budaya Islam. Berbagai langkah dapat
dilakukan melalui berbagai pendekatan seni budaya, antara lain program
“Revitalisasi Seni Budaya Tradisional Islami”. Tujuan utama langkah tersebut
adalah untuk menghidupkan kembali nilainilai seni budaya tradisional Islami di
tengah-tengah masyarakat muslim yang telah digerus oleh budaya pop.
Khazanah Seni budaya Islam nusantara
melambangkan bahwa seni dan budaya Islam yang ada di nusantara ini sangat
melimpah. Hasil-hasil penelitian tentang jumlah kesenian dan kebudayaan
Indonesia menunjukkan negeri ini memiliki lebih dari empat puluh macam seni
budaya tradisional islami. Seni budaya Islam terbagi menjadi beberapa katagori,
antara lain: seni suara, seni tari, drama, seni kaligrafi, seni lukis dan seni
pahat.
Seni suara terdiri dari seni shalawat yang
mempunyai ciri penggunaan rebana/terbang, adanya puji-pujian dalam bahasa arab,
susunan nadanya bernafaskan islam. Selain itu ada seni musik gambus dan rebana
yang mempunyai ciri khas diiringi dengan alat musikseperti, gambus, kecapi
petik, marawis, atau alat musik modern, syair bernafaskan islam, baik berupa
nasihat, shalawat nabi baik dalam bahasa Indonesia, arab maupun daerah.
Disamping itu tentunya ada seni qasidah, hadrah, nasyid, marawis, terbang ampat
dan lain-lain.
Selain itu, seni budaya Islam juga
mempunyai kekayaan seni tari yang sangat banyak antara lain tari saman dari
Aceh yang begitu masyhur didunia internasional, selain itu ada tari zapin
melayu yang diiringi irama gambus, diperagakan oleh laki-laki yang berpasangan
dengan mengenakan sarung, kemeja, kopeah hitam dan songket serta ikat kepala
lacak/destar yang menjadi cirri khasnya. Kemudian tari seudati dari aceh yang
diperankan oleh laki-laki dengan menari dan membuat bunyi tabuhan dengan alat
music tubuh mereka sendiri, sewaktu menepuk tangan,Tari menak yang diciptakan
oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX raja Jogyakarta, tari menak mirip wayang
orang tetapi tari menak diambil dari serat menak. Wayang Golek. Suluk adalah
tulisan dalam bahasa jawa maupun arab yang berisi pandangan hidup orang jawa.
Serat wirid adalah tulisan pujangga jawa yang berisi bacaan-bacaan baik jawa
maupun arab yang dibaca berulang- ulang.
Lebih dari itu, Indonesia juga mempunyai
berbagai macam khazanah budaya tradisional islami yang berasal dari berbagai
kearifan lokal yang ada diberbagai daerah diantara berbagai macam kearifan
lokal tersebut adalah mauludan,yaitu perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw yang
umumnya diisi dengan berbagai acara dan nama tersendiri misal di keraton
Yogyakarta, Surakarta, Cirebon menyelenggarakan sekaten dan grebek mulud yang
diisi dengan mengarak sedekah raja berupa makanan dari kediaman raja ke masjid
Agung lalu diberikan kepada rakyat. Ada pula Batasniah,yaitu pemberian nama
pada anak, Batamat Alquran (Hataman Quran), Batamat Hadist Bukhari (Hataman
Hadist), mamanda, zapin shalawat,berjanji, Membaca mukaddam Alquran, Maulid
Barjanji Sariful anam, Basya'ir, Burdah, Aqikah, hataman al-quran, marawis,
masak bubur asura, dan berbagai kearifan lokal lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar