Rajin
Menurut bahasa
rajin berarti suka bekerja, getol (sungguh-sungguh bekerja), giat berusaha dan
kerapkali; terus-menerus. Kata rajin sangat terkenal dengan sebuah peribahasa
“rajin pangkal pandai” Sifat rajin dapat difahami sebagai kondisi jiwa yang
dapat mendorong kesungguhan untuk melakukan kegiatan tertentu secara
terus-menerus dalam mencapai suatu tujuan.
Kebalikannya
adalah sifat malas, sifat yang melekat dengan kuat di dalam sudah yang
mendorong seseorang tidak mau, segan atau tidak berminat melakukan sesuatu.
Perlu difahami bahwa perubahan kondisi dalam hidup kita sangat ditentukan
dengan tingkat keseriusan dan kerja keras yang kita lakukan.
Allah Swt. tidak
akan pernah mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu berusaha untuk mengubah
apa yang ada di dalam dirinya. Allah Swt. berfirman sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum, sehingga mereka mau merubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra’du/13: 11)
Merubah sesuatu
yang ada di dalam diri mereka (manusia) yang dimaksud adalah merubah akhlaknya.
Terutama dalam hal ini merubah sifat-sifat yang membangun seperti sifat malas
menjadi rajin, boros/pelit menjadi hemat dan lain-lain. Siapa yang bau berubah
nasibnya menjadi lebih baik maka ia harus merubah sifat-sifat destruktif
menjadi sifat-sifat yang konstruktif.
Keberhasilan tak
akan pernah datang hanya dengan mengkhayal. Sunnatullah dalam kehidupan ini
menegaskan bahwa tidak mungkin kita kenyang hanya dengan mengkhayal, tetapi
rasa kenyang akan datang setelah kita makan, begitu pun juga kesulitan hanya
akan dapat diatasi ketika kita melakukan usaha untuk mengatasinya. Rezeki akan
datang ketika kita berusaha untuk menjemputnya, dan tidak akan pernah datang
hanya dengan bermimpi.
Pentingnya usaha
atau ikhtiar yang kita keluarkan dalam mencapai suatu tujuan yang kita harapkan
itu menjadi landasan penting dari kesungguhan kita dalam bertawakal kepada
Allah Swt. Bertawakal bukanlah berpasrah tanpa usaha, tawakkal ialah upaya yang
diawali kebulatan tekad, menyusun rencana yang matang berdasarkan kemampuan dan
ilmu yang kita miliki.
Jihad juga jangan
hanya dimaknai sebatas mengangkat senjata, tapi pelajaran penting dari jihad
adalah bagaimana pentingnya motivasi untuk berusaha. Pergi ke medan perang
membutuhkan kekuatan lahir dan batin, butuh kekuatan untuk mengusir rasa malas
dan rasa takut. Mungkin kita harus merenungkan pula, jika saja para sesepuh dan
tokoh bangsa ini di masa lalu tak mampu mengusir rasa malasnya, nikmat
kemerdekaan negara ini belum tentu sebaik seperti yang kita rasakan.
Terkait dengan
sifat malas sebagai penyakit yang harus diperangi, Rasulullah Saw. mengajarkan
kepada kita sebuah doa yang sering beliau panjatkan kepada Allah Swt. seperti
diriwayatkan dari Anas ra. sebagai berikut:
Artinya Dari Anas
berkata, dalu Rasulullah Saw. mohon perlindungan kepada Allah dengan
kalimat-kalimat ini. Beliau berdoa, “Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu
dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut dan
kikir, aku berlindung kepada-Mu dari tekanan utang dan kezaliman manusia.” (HR
Baihaqi)
Ingatlah bahwa
surga Allah Swt. tak akan dapat kita raih hanya melalui lamunan dan angan-angan,
tapi harus diraih dengan semangat yang tinggi untuk konsisten dalam jalan hidup
yang diridai Allah Swt. Seorang muslim harus rajin dalam segala hal; rajin
beramal, belajar, bekerja, dan berbagai usaha untuk memperbaiki kualitas diri
sehingga menjadi orang yang terbaik, sukses hidupnya dunia akhirat.
@MENZOUR_ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar