Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Kamis, 18 Juli 2019

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN BANI UMAYYAH DI ANDALUSIA




Perkembangan kebudayaan pada masa Bani Ummayah di Andalusia

Bani Umayyah di Andalusia adalah kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di Semenanjung Iberia dalam rentang waktu antara abad ke-8 sampai abad ke-12. Ada 2 faktor utama yang diidentifikasi menjadi sebab masuknya Islam di Andalusia. Pertama, faktor internal, yakni kemauan kuat para penguasa Islam untuk mengembangkan dan membebaskan menjadi wilayah Islam. Andalusia atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal termasuk selatan Perancis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M). Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif bin Malik, Tariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad menjadi jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan tersebut. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa bin Nushair berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth lainnya, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Tariq bin Ziyad di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.


Kedua, faktor eksternal, yakni suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Sejarah panjang umat Islam di Spanyol terbagi pada enam periode, yaitu:

1.     Periode Pertama (711 -755 M) 
Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang diangkat Khalifah di Damaskus. Pada masa ini masih terdapat gangguan dari dalam, antara lain antar elit penguasa akibat perbedaan etnis dan golongan. Antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara di Kairawan saling mengklaim paling berhak menguasai Spanyol, hingga terjadi pergantian Gubernur sebanyak 30 kali dalam waktu singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan Arab menimbulkan konflik politik sehingga tidak ditemukan figur yang tangguh. Gangguan dari luar datang dari sisa musuh-musuh Islam yang terus memperkuat diri dan tidak pernah tunduk pada pemerintahan Islam. Gangguan ini menyebabkan belum terwujudnya peradaban dan periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil tahun 138 H/755 M.
 
2.     Periode Kedua (755-912 M) 
Spanyol di bawah pemerintahan Amir namun tidak tunduk pada pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang Khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama Abdurrahman I (ad-Dakhil) keturunan Bani Umayyah yang lolos dari kejaran Bani Abbasiyah. Penguasa Spanyol periode ini: 1) Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah. 2) Hisyam I, berhasil menegakkan hukum Islam. 3) Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer. 4) Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu. 5) Muhammad bin Abdurrahman 6) Munzir bin Muhammad 7) Abdullah bin Muhammad 

Pada abad ke-9, stabilitas negara terganggu akibat gerakan Martyrdom Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun pihak Gereja tidak mendukung gerakan itu karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Pemerintah menyediakan peradilan hukum khusus Kristen dan tidak dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan juga timbul akibat pemberontak di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin Hafshun yang berpusat di pegunungan dekat Malaga, serta perselisihan orang Barbar dan Arab.


3.     Periode Ketiga (912-1013 M) 
Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir, Spanyol di bawah pemerintahan bergelar Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula dari berita terbunuhnya Khalifah al-Muqtadir oleh pengawalnya sendiri, menurutnya ini saat yang tepat untuk memakai gelar Khalifah setelah 150 tahun lebih hilang dari kekuasaan Bani Umayyah. Khalifah yang memerintah pada periode ini antara lain:

a.   Abdurrahman al-Nashir (912-961 M) 
Abdur Rahman menggantikan kedudukan ayahnya pada usia 21 tahun. Penobatannya disambut dan diterima segenap kalangan. Pada tahun 301 H/913 M, Abdur Rahman mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Pihak perusuh dan pihak musuh gentar dengan kekuatan militer Abdur Rahman III. Dengan demikian tanpa perlawanan ia menaklukkan kota-kota besar di belahan utara Spanyol, kemudian Saville. Suku Berber dan umat Kristen Spanyol yang selama ini menjadi perintang,  tunduk kepada Abdur Rahman III. Hanya masyarakat Toledo yang berusaha melawan sang Sultan, namun segera dapat ditundukkan. Selanjutnya Abdur Rahman mengerahkan pasukannya ke belahan utara Spanyol untuk menundukkan umat Kristen wilayah ini yang senantiasa berusaha menghancurkan kekuatan Muslim.

Dua tahun dari masa penobatan Abdur Rahman III, Ordano II, kepala suku Leon, datang menyerbu beberapa wilayah lslam. Pada saat itu Abdur Rahman sedang terlibat perselisihan dengan Khalifah Fatimiyah di Mesir. Ahmad lbn Abu Abda ditunjuk memimpin pasukan untuk menghadapi pasukan Ordano II. Setelah terdesak, Ordano ll kemudian bersekutu dengan Sancho, kepala suku Navarre. Suku Leon dan suku Navarre dihancurkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Abdur Rahman sendiri, bersamaan dengan terbunuhnya Ordano ll dan Sancho. Penguasa Muslim Spanyol selama ini berkedudukan sebagai Amir atau Sultan. Abdur Rahman merupakan orang pertama yang mengklaim kedudukannya sebagai khalifah dengan gelar an-Nasir Li Dinillah (penegak agama Allah), setelah ia berhasil dalam perjuangan menumpas pemberontakan Kristen suku Leon dan Navarre serta mencapai puncak kemajuan menyaingi kemajuan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad. Dengan demikian pada masa ini terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam: Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah Umayyah dispanyol, dan seorang khalifah Syi’ah Fatimiyah Afrika Utara.



b.   Hakam II (961-976 M) 
Hakam II menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman.Masyarakat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran karena pembangunan yang berlangsung cepat. Pada masa ini, pimpinan suku Navarre, yang semula telah mengakui otoritas pemerintahan Islam semasa Abdur Rahman III, berusaha melepaskan diri dengan anggapan bahwa Hakam yang terkenal suka perdamaian dan terpelajar tersebut tidak akan menuntut ketentuan dalam perjanjian sebelumnya, dan seandainya dia memilih jalan perang niscaya kekuatan Hakam tidak sekuat kecakapan militer ayahnya. Tapi ternyata bahwa Hakam membuktikan dirinya tidak hanya sebagai orang terpelajar melainkan juga pemimpin militer yang cakap. Sancho, pimpinan Kristen suku Leo, dan pimpinan Kristen lainnya ditundukkan ketika melancarkan pemberontakan. Ia juga mengerahkan pasukannya yang dipimpin Ghalib ke Atrika untuk menekan kekuatan Fatimiyah. Ghalib mencapai sukses menegakkan kekuasaan Umayyah Spanyol di Afrika Barat. Suku Berber di Maghrawa, Mikansa, dan Zenate mengakui kepemimpinan Hakam.

Setelah berhasil mengamankan situasi politik dalam negeri, Hakam selanjutnya menunjukkan jati dirinya dalam gerakan pendidikan. la mengungguli seluruh penguasa sebelumnya dalam kegiatan intelektual. Ia mengirimkan sejumlah utusan ke seluruh wilayah timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip, atau harus menyalinnya jika sebuah buku tidak terbeli sekalipun dengan harga mahal untuk dibawa pulang ke Cordoba. Dalam gerakan ini ia berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 100.000 buku dalam perpustakaan negara di Cordoba. Katalog perpustakaan ini terdiri 44 jilid. Para ilmuan, filosof dan ulama dapat secara bebas memasukinya. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya, ia mendirikan sejumlah sekolah di ibukota. Hasilnya, seluruh rakyat Spanyol mengenal baca tulis. Sementara itu umat Kristen Eropa, kecuali-para pendeta, tetap dalam kebodohan. Universitas Cordoba merupakan universitas termasyhur di dunia pada saat itu. Dengan meninggalnya Hakam pada tahun 366 H/976 M, masa kejayaan Dinasti Umayyah di Spanyol berakhir.




c.   Hisyam II (976-1009 M) 
Hakam mewariskan kedudukannya kepada Hisyam II, anaknya yang baru berusia sebelas tahun. Karena usianya yang terlalu belia, ibunya yang bernama Sulthana Subh dan seorang yang bernama Muhammad bin Abi Amir mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Muhammad bin Abi Amir seorang yang sangat ambisius. Setelah berhasil merebut jabatan perdana menteri, ia menggelari namanya sebagai Hajib al-Manshur. Ia merekrut militer dari kalangan suku Berber menggantikan militer Arab. Dengan kekuatan militer Berber inilah berhasil menundukkan kekuatan Kristen di wilayah utara Spanyol, dan berhasil memperluas pengaruh Bani Umayyah di Barat Laut Afrika. Ia akhirnya memegang seluruh cabang kekuasaan negara, sementara sang khalifah tidak lebih sebagai boneka mainannya. Surat resmi dan maklumat negari diterbitkan atas namanya.

Hajib Al Manshur meninggal tahun 393 H/1002 M di Madinaceli. Ia merupakan negarawan dan jenderal Arab yang terbesar di Spanyol. Ia merupakan seorang jenderal yang paling berjasa yang pernah hidup di Spanyol. Pada masa ini, rakyat lebih makmur daripada masa sebelumnya. Ia digantikan oleh anaknya yang bernama al-Muzaffar yang berhasil mempertahankan kondisi ini selama enam tahun. Sepeninggal al-Muzaffar, Spanyol dilanda berbagai kerusuhan. Muzaffar mewariskan jabatan Hajib kepada saudaranya yang bernama Abdur Rahman yang mendapat julukan “Sanchol”. Ia lebih ambisius daripada pendahulunya, lantaran ia menginginkan jabatan sebagai khalifah Cordoba. Ketika ia sedang melancarkan ekspedisi ke wilayah utara, timbul gerakan pemberontakan di Cardoba yang dipimpin oleh Muhammad. Sang pemberontak berhasil menghancurkan pertahanan khalifah Spanyol dan menurunkan Hisyam dari jabatan khalifah dan menduduki jabatan ini dengan gelar al-Mahdi. Sanchol ditangkap dan dipenjarakan. Tidak lama setelah berhasil merebut jabatan khalifah, Muhammad al-Mahdi meninggal.

d.   Sulaiman
Muhammad al-Mahdi digantikan tokoh Umayyah lainnya yang bernama Sulaiman. Semenjak masa ini proses kemunduran dan kejatuhan kekhalifahan Spanyol berlangsung secara cepat. Tidak beberapa lama Hisyam II merebut jabatan khalifah untuk kedua kalinya. Bersamaan dengan ini Cordoba, pusat kekhalifahan Spanyol, dilanda kekacauan politik. Akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri yang memerintah Cordoba menghapuskan jabatan khalifah. Pada saat itu kekuatan Muslim Spanyol terpecah dalam banyak negara kecil di bawah pimpinan raja-raja atau muluk al Thawaif. Tercatat lebih tiga puluh negara kecil yang berpusat di Seville, Cordoba, Toledo dan lain-lain. Kekuatan Kristen wilayah utara Spanyol bergerak untuk bangkit. Kekacauan pemerintahan pusat dimanfaatkan mereka sebaik-baiknya. Alfonso VI, penguasa Castille yang menjabat sejak tahun 486 H/1065 M. berhasil menyatukan tiga basis kekuatan Kristen: Castile, Leon, dan Navarre, menjadi sebuah kekuatan militer hebat untuk menyerbu Toledo.

4.     Periode Keempat (1013-1086 M) 
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan al-Muluk athThawaif (raja-raja golongan) berpusat di Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Konflik internal antar raja terjadi dan mereka yang bertikai sering meminta bantuan raja-raja Kristen. Orang-orang Kristen yang melihat kelemahan ini pun memulai inisiatif penyerangan. Meski situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban terus berkembang karena para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana ke istana lain.

5.     Periode Kelima (1086-1248 M) 
Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat kekuatan dominan yaitu Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara, memasuki Spanyol tahun 1086 M dengan mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan Muslim menyebabkan Yusuf bin Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun 1143 M kekuasaannya berakhir karena para penggantinya lemah dan diganti DInasti Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart tahun 1146 M. Untuk beberapa dekade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami kemunduran akibat serangan tentara Kristen di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova 1238 M, dan Seville 1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.

6.     Periode Keenam (1248-1492 M) 
Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan mengalami kemajuan peradaban seperti masa Abdurrahman al-Nashir. Namun secara politik mereka lemah karena perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak senang pada ayahnya yang menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja. Ayahnya terbunuh dan diganti Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah pun meminta bantuan Raja Ferdinand dan Isabella yang akhirnya ia naik tahta. Namun Ferdinand dan Isabella ingin merebut kekuasaan Islam dan dengan terus menyerang kekuasaan Islam. Abu Abdullah menyerah dan hijrah ke Afrika Utara. Umat Islam dihadapkan dua pilihan, yakni masuk Kristen atau pergi dari Spanyol. Tahun 1609 M tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

Kebudayaan Islam masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang sangat mengesankan dan mengagumkan pada periode pemerintahan Abdurrahman III an-Nashir (300-350 H/912-961 M). Di bawah khalifah ‘Abd al-Rahmân III dan penerusnya, al-Hakam II dan al-Manshûr, Andalusia benarbenar mencapai puncak kejayaannya dalam bidang keagamaan maupun kebudayaan. Kota Kordova berkembang menjadi pusat kebudayaan yang sebanding dengan Kairawan, Damaskus, atau Baghdad. Menurut satu laporan pada pengujung abad ke 4/10 kota Kordova saja memiliki 1.600 masjid, 900 pemandian umum, 60.300 villa, 213.077 rumah, dan 80.455 toko. Kemegahan dan kemeriahan kota Kordova juga dimiliki oleh kota-kota lain di Andalusia. Ibn Hawqal yang mengunjungi Andalusia pada pertengahan abad ke 4/10 melaporkan bahwa semua kota di wilayah tersebut besar dan ramai, memiliki fasilitas perkotaan yang sangat lengkap: jalan-jalan yang lapang dan bersih, pemandian, dan penginapan. Pada saat yang sama dia juga mencatat bahwa Andalusia masih memiliki sejumlah wilayah pedesaan yang kurang berkembang, biasanya dihuni oleh penduduk beragama Kristen. 

Menurut analisis Chejne, laporan tentang banyaknya pemandian umum dapat digunakan sebagai indikasi tingkat Islamisasi yang telah terjadi di kota-kota Andalusia. Sebab, pemandian umum adalah sebuah fitur budaya yang tidak dikenal di Andalusia sebelum masuknya Islam. Lagi pula pemandian umum pada masa tersebut lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan keagamaan. Karena itu pula (asosiasi pemandian umum dengan agama Islam) penduduk Kristen Andalusia pada umumnya tidak menyukai pemandian umum, sama seperti mereka tidak menyukai adanya masjid dalam jumlah besar.

Pada masa kejayaan ini, ketergantungan kultural Andalusia kepada Dunia Islam Timur sudah berakhir, dan Andalusia mulai mengembangkan kebudayaannya sendiri dengan identitasnya yang khas Andalusia. Islam dan bahasa Arab jelas merupakan faktor terpenting dan sekaligus menjadi identitas dalam kemajuan budaya Andalusia saat itu, sama dengan di berbagai belahan dunia Islam lainnya. Akan tetapi, kini Andalusia mulai membangun identitas sosio kulturalnya sendiri. Sekadar contoh, jika di berbagai tempat lain pendidikan anak dimulai dengan menghapal al-Qur’an, di Andalusia pendidikan anak dimulai dengan pelajaran membaca dan menulis menggunakan ayat-ayat al-Qur’an sebagai materi. Dengan cara itu mereka dapat menguasai keterampilan membaca, menulis dan penguasaan kitab suci pada saat yang bersamaan. Contoh lain adalah penggunaan penanggalan non-hijri oleh sementara penulis Muslim di Andalusia. Bukan hal yang aneh jika seorang penulis Muslim di Andalusia menggunakan secara paralel penanggalan hijri (Islam), penanggalan Romawi (Masehi), dan penanggalan Koptik. Praktik ini misalnya dapat dilihat dalam karya-karya Ibn al-Banna’ al-Marakkusyi, Ibn al-Idzari, dan Ibn al-Khathib. Di sisi lain hal yang sama juga dilakukan oleh beberapa penulis beragama Kristen.

Pada masa keemasan ini Islamisasi Andalusia benar-benar mengalami kemajuan. Kemajuan ini tentu saja dimungkinkan karena tersedianya stabilitas dan kemapanan sosial politik yang diupayakan oleh para penguasanya. Dalam iklim yang mendukung inilah kemudian tercapai berbagai pencapaian spektakuler pada berbagai bidang. Ilmu-ilmu keagamaan berkembang sedemikian rupa mengimbangi perkembangan yang terjadi di lingkup dinasti Abbasiyah. Lembaga pendidikan madrasah juga berkembang dengan baik dan menjadi wadah pengembangan ilmu-ilmu keislaman secara umum. Ibn Rusyd dikenal sebagai seorang penulis besar di bidang fikih, terutama sekali karena karyanya Bidâyah al-Mujtahid. Perkembangan di bidang ini dapat juga diapresiasi secara umum melalui berbagai karya yang merekam biografi para ulama, di bidang fikih khususnya.

Sebuah observasi menarik disampaikan oleh Watt dan Cachia tentang dominannya paham dan pengamalan mazhab Maliki di Andalusia berbanding dengan mazhab-mazhab fikih lainnya yang lebih popular di bagian dunia Islam lainnya. Menurut mereka, kuatnya akar Helenisme di provinsi-provinsi Islam Timur menjadi landasan bagi populernya mazhab Hanafi dan Syafi‘i yang lebih rasionalistik di lingkungan dinasti Abbasiyah. Sementara itu di Andalusia, agama dan kebudayaan Islam dapat dikatakan sepenuhnya ditafsirkan dan diamalkan sesuai dengan selera asli orang Arab pendatang, dan karenanya menjadi lebih cenderung kepada penafsiran imam Malik yang lebih literalistik dan berbasis pada pengalaman umat Islam Hijaz. Dengan kata lain Islam Andalusia tidak bersentuhan secara intens dengan Helenisme.
Ibn Rusyd juga dikenal luas berkat pemikiran-pemikiran filsafatnya yang kemudian menjadi sebuah paham tersendiri, lumrah dikenal sebagai Averroisme. Masih dalam kelompok filsafat dan sains terdapat nama-nama popular semacam Ibn Bajah atau Ibn Thufayl. Tetapi ada juga Ibn Barghut, Ibn Khayrah al-‘Attar, Ibn Ahmad al-Sarqasti, atau Muhammad ibn al-Layth. Pada bidang bahasa dan sastra Arab, zaman keemasan Andalusia juga melahirkan sejumlah besar nama-nama cemerlang, seperti Ibn Syahr al-Ra‘ini, dan Yahya ibn Hisyâm al-Qarsyi. 

Perkembangan syair yang ditorehkan oleh umat Islam di Andalusia, nantinya berpengaruh cukup signifikan terhadap perkembangan puisi di kalangan bangsa-bangsa Eropa. Jelaslah dengan demikian bahwa pada penghujung abad ke 4/10 Andalusia telah mengalami perkembangan peradaban yang sangat tinggi, dan dalam perkembangan ini Islam dan bahasa Arab jelas merupakan unsur pembentuk yang sangat penting. Di antara kemajuan yang bahkan memengaruhi Eropa yaitu:

a.      Kemajuan Intelektual Filsafat
Dikembangkan abad ke-9 selama pemerintahan Muhammad bin Abdurrahman. Tokohnya adalah: Abu Bakar Muhammad bin al-Sayigh (Ibn Bajjah). Masalah yang dikemukakan bersifat etis dan eskatologis. Magnum Opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid Abu Bakar bin Thufail. Ibn Rusyd menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dengan cermat dan hati-hati dalam menyelaraskan antara filsafat dan agama. Abbas bin Farnas, ahli kimia dan astronomi, menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim al-Naqqash, ahli astronomi, dapat menentukan waktu gerhana matahari, membuat teropong, dan dapat menentuklan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad bin Ibas dari Cordova merupakan ahli farmasi. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz, dua ahli kedokteran dari kalangan wanita. Ibn Jubair, menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterranea dan Sicilia. Ibn Batutah, menulis tentang negeri Samudera Pasai dan Cina. Ibn Khaldun, perumus filsafat sejarah. Ziyad bin Abdurrahman yang memperkenalkan mazhab Maliki. Ibn Yahya yang menjadi Qadhi. Musik dan Seni, al-Hasan bin Nafi, sang penggubah lagu yang dijuluki Zaryab. Bahasa dan Sastra Ibn Sayyidih Ibn Malik (pengarang Alfiyah), Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu Hasan bin Usfur, Abu Hayyan al-Gharnathi.

Ibn Rusyd yang dianggap sebagai “Avicenna dari Barat”, mencurahkan tenaganya pada filsafat, matematika, kedokteran, astronomi, logika, dan hukum Islam. Adapun karya filosofinya yang utama adalah “Tahafut al-Tahafut.” Mempelajari filsafat mulai dikembangkan pada abad ke 9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, yakni Muhammad Ibn al-Rahman (832-886). Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad bin alSayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay bin Yaqzhan.

Pada akhir abad ke-12 M, muncullah seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fikih dengan karyanya Bidayatul Mujtahid. Dari berbagai tokoh cendekiawan muslim di atas ternyata mereka mencoba berfikir keras dan mendalam. Maka bisa dikatakan bahwa kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik. Islam telah membuktikan pada masa lalu bahwa dengan kemajuan intelektual, khususnya ilmu filsafat, kejayaan dan keemasan akan diraih dan dirasakan.

b.     Kemajuan Pembangunan
1) Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa Muslim, kota ini dibangun, diperindah untuk nantinya dijadikan pusat kota juga pusat pemerintahan Andalusia. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Masjid-masjid hingga taman-taman tak luput dibangun untuk peribadahan umat muslim juga menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu.

Video: https://www.youtube.com/watch?v=jyzqwZMVQKM
Masjid Cordoba di Spanyol (sumber: www.republika.co.id) 
  
 
Masjid Cordoba yang beralih fungsi menjadi Gereja Kathedral.(sumber: www.republika.co.id)

Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan. Setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova.

Posisi Cordova diambil alih Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitekturarsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-Gazar, dan menara Girilda. 

Reruntuhan Istana Az-Zahra di Cordoba, Spanyol (sumber: www.republika.co.id)

1)    Perdagangan: pembangunan jalan raya dan pasar
Di Cordoba juga dibangun sebuah istana yang indah, Az-Zahra, yang dianggap sebagai suatu keajaiban kesenian Islam. Istana kerajaan ini memiliki 400 kamar yang konon dapat menampung ribuan budak dan pegawai. Istana Az-Zahra terbuat dari pualam putih yang didatangkan dari Nurmidia dan Carthago. Penerangan dilakukan di jalan Cordoba sepanjang 16 kilometer dengan cahaya yang begitu terang. Padahal, jalan-jalan yang bagus di Inggris dan Prancis pada saat itu masih langka.

Untuk melancarkan aktivititas perniagaan dan perdagangan, peranan sebuah pasar amatlah penting. Pasar-pasar sebagai tempat berniaga akan memudahkan segala aktivitas jual beli berbagai barang. Pada zaman pemerintahan Bani Umayyah di Andalus, terdapat banyak pasar yang didirikan untuk menjadi pusat kegiatan perdagangan dan memudahkan rakyat mendapatkan barangan keperluan mereka. Pasar-pasar yang terdapat di Andalus, antara lain: al-qaysariyyah (special market) dan pasarpasar biasa (common market). Penduduk di Andalus juga menjalankan sistem pemusatan pasaran (centralization of market) yang terdiri suq al-itr (pasar minyak wangi), suq al-attarin (pasar rempah ratus), al-bazzazin (pasar pakaian), al-qarraqin (pasar kasut), suq al-zayyatin (pasar minyak zaitun) dan banyak lagi (Yusuf dan Ezad Azraai Jamsari, 2012: 68).

3) Pertanian: sistem irigasi 
Sektor pertanian telah memanfaatkan dam untuk mengecek curah air, waduk untuk konservasi, dan pengaturan hidrolik dengan water wheel (roda air). Tanaman lain yang turut dihasilkan di Andalus ialah buah zaitun, buah anggur, sayur-sayuran dan beberapa jenis buah-buahan yang lain. Hasil pertanian ini penting untuk memenuhi keperluan penduduk di Andalus. Selain tanaman untuk dimakan, Andalus juga menghasilkan tanaman, seperti kapas dan linen, untuk diproses dan dijadikan pakaian mereka sehari-hari. Tanaman kapas dan linen ini kebanyakannya terdapat di wilayah Jativa. Di samping itu, Andalus turut menghasilkan produk-produk hutan, seperti kayu-kayuan bermutu tinggi. Di wilayah Carthago Nova, sejenis spesis tumbuhan liar yang dikenali sebagai esparto dalam bahasa Sepanyol tumbuh dengan banyak. Tumbuhan ini digunakan oleh orang Rum untuk membuat tali dan tikar.
Artikel/Jurnal: http://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952783010
c.      Kemajaun sains dan teknologi

1) Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang cukup menonjol. Spanyol yang membentuk sebuah unit kebudayaan, juga melahirkan ahli kedokteran, seperti Ibn Rusyd dan Ibn Juljul. Ibn Juljul disamping sebagai dokter juga dikenal sebagai filosof. Abu Qasim al-Zanrawi yang namanya dilatinkan sebagai Abulcasim of the west adalah figure seorang ahli bedah yang besar. Dia mengembangkan ilmunya di masa pemerintahan Abdurrahman al-Nasir. Dia dikenal sebagai perintis ilmu pengenalan penyakit diagnotic, cara penyembuhan dan pembedahan. Dia juga seorang dokter gigi. Ibnu Khatib dan Ibn Khatima, keduanya ahli dalam penyakit kolera dan mata. Tokoh lain dalam ilmu kedokteran adalah Ibn Wafid (Abu Guefit) yang terkenal dalam metode rasional di dalam makanan. Ahmad Ibnu Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dari berbagai cendekiawan muslim di atas terutama dibagian kedokteran, merupakan dasar pengembangan ilmu kedokteran zaman sekarang, baik itu metode kedokterannya hingga peralatan yang dibutuhkannya.

2) Astronomi
Dalam bidang astronomi dapat disebutkan tokohnya adalah Abu Ma’syar alias Albumasar. Ia dikenal sebagai seorang astronomi yang sangat terkenal. Dia mempunyai kepercayaan tentang adanya pengaruh bintang dalam pokok-pokok kehidupan manusia, tentang lahir maupun matinya. Al-Majriti juga salah seorang ahli astronomi, disamping ahli hitung, kedokteran dan kimia. Sedang Al-Zarqali adalah seorang ahli astronomi dan juga ahli nujum yang terkenal pada masanya. Dia juga mengemukakan perkiraan gerak matahari dengan melihat posisi bintang-bintang. Ibrahim bin Yahya al- Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.

3) Matematika
Dalam bidang matematika yang berkembang pada masa itu adalah perhitungan. Terkadang kita berfikir nilai nol tidak begitu penting, tetapi cendekiawan muslim matematika angka nol merupakan bagian dari angka, sehingga mereka menemukan angka nol dalam perhitungan. Hal ini dikemukakan oleh seorang ahli matematika bahwa dengan angka nol akan mempermudah dalam penggunaan bilangan bila dibandingkan dengan angka romawi yang dipakai di dunia Kristen ketika itu. 

d.     Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni, pada masa Bani Umayyah juga telah mengalami pengembangan hingga mencapai puncak kecemerlangan dengan tokohnya, al-Hasan Ibn Nafi, yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan perjamuan, Zaryab selalu menampilkan kebolehannya menggubah lagu. Keahliannya itu diwariskan kepada anak-anaknya dan juga kepada budak-budak sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

e.      Bahasa dan Sastra
Bahasa dan sastra telah menjadi bahasa administrasi pemerintahan Islam di Spanyol, khususnya di Cordova. Hal ini dapat diterima oleh orang-orang muslim dan non muslim. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik, pengarang Alfiyah, Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al’Iqd al-Farid karya Ibnu Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibnu Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath bin Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

f.       Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibnu Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar