Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Minggu, 21 Juli 2019

PERKEMBANGAN ISLAM DI BENUA AMERIKA




 Perkembangan Islam di Amerika

1.      Sejarah masuknya Islam di Amerika

Saat ini jumlah penduduk Amerika sekitar tahun 2019 kurang lebih 270 juta jiwa dengan komposisi penduduk beragama Nasrani 55 %, Yahudi 3 %, Muslim 1.5 % dan selebihnya agama-agama lain yang bermacam-macam. Komposisi penduduk yang beragama Islam sebanyak itu merupakan turunan dari berbagai macam etnis yang melakukan migrasi ke Amerika.

Negara ini telah terlibat dalam beberapa perang dunia yang besar, dari perang 1812 menentang Inggris, dan berpakta pula dengan Inggris sewaktu Peang Dunia I dan Perang Dunia II. Pada era 1960an Amerika terlibat di dalam Perang Dingin menentang kekuatan besar yang lain yaitu Soviet serta pengaruh komunisme. Dalam usaha membendung penularan komunisme di Asia, AS dalam Perang Korea, Vietnam dan terakhir di Afganistan. Selepas kejatuhan dan perpecahan Soviet, AS bangkit menjadi sebuah kekuatan ekonomi dan militer yang terkuat di dunia. Sewaktu tahun 1990-an, AS menobatkan dirinya sebagai polisi dunia dan tentaranya beraksi di Kosovo, Haiti, Somalia dan Liberia dan Perang Teluk Pertama terhadap Irak yang menginvasi Kuwait. Selepas serangan teroris pada 11 September di World Trade Center dan Pentagon, AS melancarkan serangan balasan terhadap Afganistan dan menjatuhkan negara Taliban di sana dan pada tahun 2003 melancarkan Perang Teluk Kedua terhadap Irak untuk menyingkirkan rezim Saddam Husein.

Peranan Amerika sebagai polisi dunia mengundang rasa bermusuhan dengan negara-negara muslim. Bagi kelompok radikal garis keras, peranan Amerika dalam pentas politik dunia sebagai polisi merupakan landasan objektif untuk menyatakan perang dalam bentuk teror. Fakta tersebut sangat beralasan mengingat ajaran Islam dengan sendirinya cukup subur berisi perintah-perintah untuk mempertahankan agama Allah dari serangan dam anjuran untuk berjihad di jalan-Nya. Dendam kesumat umat Islam diawali oleh peranan Amerika dan Sekutu untuk memberi ruang kepada partner stategis mereka Israel. Lebih jauh lagi, keberadaan Amerika selaku sekutu strategis bagi Israel sungguh telah membuahkan sikap yang sangat berhati-hati Amerika terhadap Islam sebagai negara dan sebagai kekuatan politik. 

Menanggapi Islam sebaga kekuatan politik, Amerika setidaknya memiliki tiga landasan gerak dan fikir, yaitu: (1) Amerika tidak ingin terlihat kurang bersahabat dengan negara-negara Islam, karena hal itu akan mengusik Amerika. Para pejabat pemerintah Amerika tidak mau mengulangi kesalahan yang dibuat saat menghadapi revolusi Islam di Iran. (2) Keraguan secara terbuka mendukung kelompok Islam manapun yang kepentingan regional dan sekutunya. (3) Para pembuat kebijakan luar negeri Amerika terdapat sebentuk ketidakyakinan tentang kemungkinan terjadinya hubungan antara negara Islam dan demokrasi. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat sering dibicarakan dalam lingkup ketegangan dialektika antara dua pola yang berlawanan.

Lalu bagaimana perkembangan Islam dan kekuasaannya mengalami perkembangan di Amerika? Perkembangan Islam di Amerika disebabkan dua faktor. Pertama, imperium Persi pada mas-masa terakhir senantiasa dilanda perpecahan. Kedatangan kekuasaan Islam, tidak mencampuri sedikitpun keyakinan keagamaan penduduk dan pernah memaksakan agama Islam untuk dianut. Kedua, imperium Roma itu bertindak memaksakan aliran resmi dari agama Kristen itu kepada aliran-aliran tidak resmi. (Sou’yb, 1996; 437). Menurut Harun Yahya, jumlah umat Islam di dunia mengalami peningkatan kuantitas secara signifikan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlahnya hanya sekitar 500 juta; 20 tahun kemudian sudah mencapai 1,5 miliar (Yahya, 2017). 

Kisah Islam di Amerika bermula sebelum penaklukan benua oleh kekuatan Kristen Eropa yang ditemukan oleh Christopher Columbus. Ada bukti kuat bahwa muslim Andalusia mengunjungi benua Amerika jauh sebelum Columbus, seperti yang dilaporkan oleh Al-Syarif Al-Idrisi di abad 12 M. Lebih jauh, ada bukti yang dapat dipercaya tentang kunjungan-kunjungan ke Karibia dari kerajaan-kerajaan Afrika Barat.Akhirnya fakta yang lebih terkenal menyatakan bahwa para penemu Portugis dan Spanyol dipimpin oleh para pelaut Muslim Andalusia yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang laut bebas. Bagian penemu sendiri adalah orang Morisco, yakni muslim dari Spanyol. Ada beberapa fakta lainnya yang menyatakan bahwa migran Muslim Andalusia dari Al-Ribat dan Sala di Maroko memimpin perte pertempuran melawan kapal-kapal Spayol dan Portugis di Atlantik sampai pantai Karibia (Kettani, 2005: 277). Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai “The New World‟ ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di era ke-emasan, Amerika bukanlah sebuah “Dunia Baru‟. Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika (Amin, 2012: 73-84).
 
Sejarah mencatat, kedatangan umat Islam dari sejumlah catatan sejarah. Berikut jejak sejarah kedatangan Islam di Tanah Amerika:
                          a.       Tahun 999 M: Seorang navigator Muslim dari Dinasti Umayyah di Spanyol bernama Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada Februari 999 M menuju Atlantik. Sang pelaut Muslim itu berlabuh di Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.
                          b.      Tahun 1178 M: Sebuah dokumen dari zaman Dinasti Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi (Amerika).
                          c.       Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali melakukan serangkaian per- jalanan ke dunia baru (benua Amerika).
                          d.      Tahun 1312 M: Seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.
                          e.       Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan, lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Sekitar 30 persen budak dari Afrika itu Islam.
                           f.       Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor, seorang Muslim dari Maroko, mendarat di tanah Florida.
                          g.      Tahun 1732 M: Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri Georgia.
                          h.      Tahun 1790 M: Umat Islam dari Andalusia dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.
                            i.       Tahun 1807 M: Seorang Muslim Afrika dinyatakan bebas di Washington DC setelah Kongres Amerika Serikat melarang impor budak ke Amerika setelah 1 Januari 1808. Ia menjadi salah satu pemegang saham pertama Bank Columbia.
                            j.       Tahun 1839 M: Sayyid Sa'id, seorang penguasa Oman mengutus misi perdagangan dengan menggu- nakan kapal Sultana ke Amerika dan tiba di New York 30 April 1840.
                          k.      Tahun 1856 M: Pasukan kavaleri AS menyewa seorang Muslim bernama Hajji Ali untuk eksperimen pemeriharaan unta di Arizona.

Artikel/Jurnal: http://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952794139

Tak perlu diragukan lagi, secara historis, kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya. Walaupun catatan sejarah berbicara seperti diatas, tetapi masuknya Islam sendiri di Amerika oleh para ahli masih bersifat spekulatif karena tidak ada teori yang tegas menyatakan kedatangan Islam masuk ke Amerika. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa para pelaut muslim adalah orang-orang yang pertama menyebrangi Samudra Atlantik dan tiba di pantai-pantai Amerika. Sebagian lainnya menyakatan seperti hal yang di atas bahwa Christopher Columbus telah membimbing untuk mendarat di Benua Amerika oleh navigator-navigator dan pembantu-pembantu Muslim Andalusia atau Maroko yang jasa-jasanya telah di bayar oleh Colombus (Mulyana, 1988: 13).

Rujukan lain menyebutkan bahwa asal-usul Islam di Amerika adalah sejarah perdagangan budak di Amerika Serikat. Diantara budak-budak yang terhitung dalam American Ethnological Society terdapat budak Muslim yang terpelajar, diantaranya adalah Ayyunb Ibnu Sulaiman Diallo, Pangeran Bundu dari Afrika yang diculik dan di jual sebagai budak pada tahun 1730. Setelah 3 tahun lamanya, ia dimerdekakan sebagai rasa terima kasih atas kepandaian dan kejujuran serta rasa simpatinya terhadap orang kulit putih (Supriyadi, 2008: 316).

Pendapat tersebut bisa saja benar, mengingat secara faktual komunitas muslim yang termasuk kelompok minoritas tersebar di pesisir Amerika Utara dan Selatan termasuk di Suriname. Fakta kedua yang sulit dibantah adalah bahwa pemeluk Islam di kawasan ini adalah orang-orang yang berkulit hitam “black moslem”dan orang-orang imigran dari negara-negara Islam seperti Libanon, Siria, Irak, Pakistan dan sebagainya. Tercatat dalam sejarah Amerika bahwa orang-orang hitam (Afrika) masuk ke Amerika sebagai budak atau sebagai pekerja rendahan. Kenyataan historis seperti ini sangat berpengaruh terhadap sikap orang-orang kulit putih terhadap orang-orang kulit hitam (Negro) dan sekaligus terhadap Islam sebagai suatu sistem kepercayaan yang dianutnya (Mulyana, 1988: 14). Antara tahun 1619-1663 tercatat beberapa budak Afrika yang datang ke Amerika diantara mereka adalah Yarrow Mahmaut dan Muhammad Bah. Sebelumnya pada tahun 1539 seorang muslim dari Maroko ikut bersama putra mahkota New Spain dalam sebuat ekspedisi ke Arezona dan New Mexico. Bahkan pada tahun 1500-an Nazaruddin seseorang yang berasal dari Mesir telah menetap di Cats Kaills, New York yang kemudian di bakar hidup-hidup karena telah membunuh seorang perempuan dari Indian (Supriyadi, 2008: 316).

Dalam salah satu sumber menyebutkan bahwa orang Arab pertama yang menginjakkan kaki ke Amerika adalah keturunan Wahab yang menetap di Ocracode Island dan California Utara pada abad ke-18. Mereka tercatat sebagai budak yang tidak memakan babi dan beriman kepada Allah dan Muhammad. Pada pertengahan abad ke-19, pasukan kavaleri Amerika Serikat mempekerjakan seorang Arab bernama Haji AM dalam rangka melakukan percobaan peternakan unta di Arizona yang kemudian di panggil dengan nama Hi Jolly. Merekalah yang memberikan Inspirasi kepada sejumlah masyarakat Afro Amerika untuk memeluk Islam yang kemudian dikenal dengan black moslem (Supriyadi, 2008: 316).

Abad ke-16 sampai abad ke-18 merupakan waktu kedatangan budak-budak untuk dipekerjakan di perkebunan tebu di Karibia yang memang pada waktu itu sedang memerlukan lebih banyak tenaga kerja manusia. Budak-budak itu, kebanyakan dari Afrika (Sinegal, Guinea, Gambia, dan Mauritania) yang telah beragama Islam (Esposito, 1995: 277-279). 
Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sejak sekitar abad ke 16, di mana Estevánico dari Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Walau begitu, kebanyakan para peneliti dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering disebut “gelombang”, sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang menyebabkan gelombang ini.

Populasi penduduk Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, dimana sebagian besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya. Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16.

tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau sekitar 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada. Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang sudah dipengaruhi oleh Islam. Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875 dan 1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang menjadi Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, di mana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah. Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan memberlakukan “sistem kuota negara asal”. Periode imigrasi ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS, yang kini berasal dari negara-negara di luar Timur Tengah. Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 saat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama. Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul untuk shalat berjamaah pada tahun-tahun pertama era 1900-an. Di Indiana, sebuah pusat kegiatan Islam dimulai sejak 1914; dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi masjid tertua yang masih digunakan hingga sekarang.

Daerborn, Michigan, di pinggiran Detroit, adalah tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-Amerika terbesar di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts, di luar Boston, menyediakan lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun 1800-an. Di New England juga telah dibuat sebuah Islamic Center, yang kini menjadi kompleks masjid besar untuk beribadah bagi para pelaku bisnis, guru, profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir dan muncul selama lebih dari satu abad. Jadi, secara pasti tidak diketahui kapan Islam masuk ke Amerika, namun pendapat yang lebih banyak diungkap bahwa agama Islam masuk ketika terjadi perbudakan. Sedangkan, berdasarkan kedatangan Islam di Amerika Serikat terjadi dua tahap. 

Tahap pertama, jauh sebelum Cristopher Colombus menemukan benua Amerika. Pada tahap ini keberadaan umat Islam sampai abad ke-19 tidak didapatkan sumber yang menjelaskannya. Tahap kedua, pada akhir abad ke-19. Pada tahap ini Islam tumbuh, sebagai awal perkembangan Islam di Amerika Serikat. Dasar utama yang dijadikan sebagai argumen untuk menggambarkan migrasi Muslim ke Amerika. Salah satu sumber semakin menguatkan anggapan ini dengan menyatakan bahwa penduduk Muslim pertamakali bermigrasi ke Amerika sekitar tahun 1875 dan 1912 dari pelosok Suriah (Smith, t.th. 14) Argumen ini juga diperpegangi oleh John L. Esposito dengan menyatakan bahwa awal mula kedatangan migran Muslim pertama di Amerika terjadi ketika para bangsawan Eropa mendatangkan budak dari Afrika. Dari sekian banyak budak yang ada, ternyata seperlima dari mereka adalah beragama Islam, namun sesampai mereka di Amerika sebagian di antara mereka kemudian murtad dari agama asli mereka dan berpindah ke agama Kristen (Esposito (ed), 1995: 121).

Ada yang unik dengan perkembangan Islam di Amerika, hal itu terletak pada ruang lingkup aliran-aliran dalam Islam yang cukup kondusif untuk berkembang. Ini dapat diperhatikan pada aliran Syi’ah yang dewasa ini di samping berkembang secara luas di Iran dan wilayah bagian Timur Tengah.  Syī'ah cukup besar di negara-negara Barat, terutama di Amerika. Menurut yang ditulis John L. Esposito bahwa komunitas Syī'ah memperoleh pengakuan tersendiri dari penduduk muslim dan dapat diterima terindentifikasi dengan masjid-masjid besarnya yang terletak di New York, Detroit, Washingtong, Los Angles, dan Chicago, serta sejumlah kota besar di Kanada. Kelompok Syī'ah lain yang ada di Amerika di samping Syī'ah Istna Asyariah yang dimaksudkan dalam uraian terdahulu, adalah kelompok Syī'ah Isma'iliyah. Kelompok ini membentuk komunitas makmur yang mencakup dari 80 ribu orang pengikut di Kanada, khususnya di Vancouver dan Toronto, serta komunitas kecil yang tersebar di seluruh Amerika Serikat khususnya di New York, dan Kalifornia. Syī'ah Isma'ilyah memberi perhatian yang amat tinggi terhadap pendidikan. Mereka memiliki struktur organisasi yang kuat dan mampu mengembang kan lembaga-lembaga mereka secara efektif di Amerika Serikat (Esposito (ed), 1995: 124). 

2.      Strategi dakwah dan perkembangan Islam di Amerika

Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sejak sekitar abad ke 16, di mana Estevánico dari Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Walau begitu, kebanyakan para peneliti dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering disebut “gelombang”, sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang menyebabkan gelombang ini.  Populasi penduduk Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, di mana sebagian besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak orang dari negara­negara Islam menjadi penduduk AS hampir 96.000 setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya. Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16.

Artikel jurnal: http://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97406410605931583
Video: https://www.youtube.com/watch?v=O2L2zlPCmHY
 Masjid di New York Amerika  (sumber: BSE Sejarah Peradaban Islam Kurikulum 2013, hal. 164)

Sejak tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau sekitar 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada. Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang sudah dipengaruhi oleh Islam. Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875 dan 1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang menjadi Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, di mana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah.

Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan memberlakukan “sistem kuota negara asal”. Periode imigrasi ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS, yang kini berasal dari negara-negara di luar Timur Tengah. Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 saat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama. Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul untuk shalat berjamaah pada tahun-tahun pertama era 1900an. Di Indiana, sebuah pusat kegiatan Islam dimulai sejak 1914; dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi masjid tertua yang masih digunakan hingga sekarang. Daerborn, Michigan, di pinggiran Detroit, adalah tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-Amerika terbesar di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts, di luar Boston, menyediakan lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun 1800-an. Di New England juga telah dibuat sebuah Islamic Center, yang kini menjadi kompleks masjid besar untuk beribadah bagi para pelaku bisnis, guru, profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir dan muncul selama lebih dari satu abad.

Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois, di mana beberapa orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal di sini pada awal 1900-an adalah yang terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah ada di kawasan Chicago. Di Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah ada pusat komunitas Muslim yang besar. Islamic Center di California Selatan adalah salah satu entitas Muslim terbesar di AS. Jumlah Masjid di California juga adalah yang terbanyak di AS, yakni sekitar 227 masjid pada tahun 2001.

Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro-Amerika. Pada tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya. Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR), jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi umum di AS berasaldari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%), Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan Hispanik/Latin (0,6%).

Ada banyak organisasi Islam di AS, yaitu sebagai berikut:
                          a.       Kelompok yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau Masyarakat Muslim Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal sebagai Black Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith Deen Mohammed. Tidak begitu jelas berapa Muslim Amerika yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan kelompok ini juga berbeda dengan kepercayaan Islam pada umumnya, mereka tidak mengenali Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir.
                          b.      Kelompok terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA atau Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi organisasi-organisasi Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam. Kelompok ini dibuat oleh imigran, beberapa etnis Kaukasia dan sekelompok kecil Afro Amerika yang masuk Islam. Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah melampaui ASM. Konvensi tahunan ISNA mungkin adalah pertemuan Muslim paling besar di AS. Organisasi ini telah dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi dan karena memiliki hubungan dengan terorisme.
                          c.       Kelompok terbesar ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau Lingkaran Islam Amerika Utara).
                          d.      Islamic Supreme Council of America (ISCA atau Dewan Tertinggi Muslim Amerika) mewakili banyak Muslim AS. Tujuannya adalah menyediakan solusi-solusi bagi Muslim Amerika, yang berlandaskan hukum Islam.
                          e.       Islamic Assembly of North America (IANA Himpunan Islam Amerika Utara), adalah suatu organisasi Muslim terkemuka di AS.
                           f.       Muslim Students’ Association (MSA atau Asosiasi Pelajar-pelajar Muslim), adalah suatu kelompok yang diperuntukkan bagi pelajar Islam di perguruan tinggi Kanada dan Amerika Serikat. MSA juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti pengumpulan dana untuk tunawisma selama Ramadhan.
                          g.      Islamic Information Center (IIC atau Pusat Informasi Islam) adalah organisasi yang dibentuk untuk memberi informasi kepada publik, sebagian besar melalui media, seputar Islam dan umat Muslim. Organisasi politik Islam di AS berkepentingan untuk mengakomodasi kepentingan Muslim disana. Organisasi seperti American Muslim Council aktif terlibat menegakkan hak asasi dan hak warga negara bagi setiap orang Amerika.
                          h.      Council on American-Islamic Relations (CAIR atau Dewan Hubungan Islam-Amerika), adalah organisasi Islam paling besar yang mengakomodasi kepentingan Muslim di AS.
                            i.       Muslim Public Affair Council (MPAC atau Dewan Permasalahan Masyarakat Islam), adalah suatu jawatan pelayanan bagi masyarakat Muslim Amerika. Berpusat di Los Angeles, California dan memiliki cabang di Washington, DC. MPAC didirikan pada 1988. Tujuan orgaisasi ini adalah untuk memperkenalkan identitas Muslim Amerika, mengembangkan suatu organisasi yang aktif, dan juga pelatihan bagi generasi masa depan baik pria dan wanita untuk berbagai visi.
                            j.       American Islamic Congress, adalah organisasi kecil dan moderat yang memper- kenalkan pluralisme.
                          k.      Free Muslims Coalition, dibentuk untuk menghapus dukungan terhadap Islam radikal dan terorisme serta memperkuat institusi yang demokratis di Timur Tengah dan Dunia Islam dengan mendukung usaha reformasi Islam. 

3.      Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan Islam di Amerika

Gerak dan laju perkembangan Islam di Amerika tidak terlepas dari perjuangan seorang muslim Amerika-Eropa. Adapun tokoh-tokoh Islam di Amerika diantaranya (Supriyadi, 2008: 319-322):

a.    Muhammad Alexander Russel Webb.

Beliau dilahirkan di Hudson, Columbia, New York dan belajar di Hudson dan New York. Beliau terkenal dengan tulisan cerita pendeknya. Kemudian beliau bekerja sebagai Pemimpin Redaksi Majalah “St. Joseph Gazette” dan “Missouri Republican.” Pada tahun 1887 diangkat menjadi konsul Amerika Serikat di Manila. Selama menjalankan tugas itulah beliau mempelajari Islam dan menggabungkan dirinya dalam lingkungan kaum muslimin. Setelah menjadi muslim, beliau mengadakan perjalanan keliling dunia Islam, dan sampai akhir hayatnya beliau mencurahkan waktu untuk melaksanakan misi Islam, dan duduk sebagai pimpinan Islamic Propaganda Mission di Amerika Serikat. Meninggal dunia pada awal Oktober tahun 1916 (Mohammad, 2017: 213).

Gerak dan laju perkembangan Islam di Amerika tidak terlepas dari perjuangan seorang Muslim Alexsander Russel Webb, beliau berusaha secara langsung dan sungguh-sungguh untuk menarik orangorang Amerika agar memeluk Islam.Untuk merealisasikan tujuannya, pada tahun 1843 Ia mendirikan organisasi American Islamic Propagation Movment dan mendirikan penerbit The Moeslem World serta memberikan kuliah di beberapa kota. Ia menjadi kritis dan bersemangat terhadap greja Kristen serta membela Islam dengan sangat tinggi. Kapasitasnya sebagai penyiar Islam, ia telah menulis tiga buah buku termasuk buku pedoman shalat bergambar. Menjelang kematiannya pada tahun 1916 Webb telah berhasil mendirikan tujuh cabang Moslem Brotherhhood atau American Islamic Propaganda diberbagai kota dipantai timur dan kota-kota pedalaman Amerika. Meskipun organisasinya menjadi bubar, namun tidak dapat diragukan bahwa para anggotanya telah mempengaruhi upaya-upaya selanjutnya dalam membina Islam di Amerika serikat (Mohammad, 2017: 213).

b.      Noble Drew Ali.

Noble Draw Ali lahir di negara bagian North Carolina pada tanggal 8 Januari 1886, dia merupakan anak dari mantan budak yang diadopsi oleh suku Cherokee dan diberi nama Kristen Thimotheus Amerika. Ayahnya berasal dari Maroko yang menganut Islam. Ia merupakan salah satu pemimpin spiritual pertama yang menyebarkan ajaran Islam kepada warga kulit hitam Amerika. Bermarkas di Newark, New Jersey, dari tempat ibadahnya (Moorish Science Temple), Ali mencoba membangkitkan harga diri para pengikutnya dengan memberi keyakinan bahwa mereka adalah Asiatics, dan mewajibkan mereka memiliki kartu identitas dan kebangsaan. Kartu itu menunjukkan bahwa pemegangnya adalah seorang pengikut "semua Nabi termasuk Yesus, Muhammad, Budha, dan Confusius." Para pengikutnya juga tidak mengenalnya sebagai seorang Negro atau orang Afrika, tetapi sebagai Amerika Moor.(Supriyadi, 2008;322)

Drew sebenarnya bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, tetapi ia mempunyai pengetahuan tentang Islam yang diangapnya sebagai kunci yang telah lima tahun kemudian yang dinamakan Black Libration. Misi utamanya adalah membangkitakan kesadaran orang Afrika-Amerika tentang Islam. Untuk tujuan ini, pada tahun 1913 ia mendirikan Mourish Science Temple di New York, New Jersey. Dengan usahanya ini, gerakan Draw meluas ke Pitsburgh, Detroid, Chicago, dan beberapa kota lain di daerah selatan. Gerakan yang dilancarkan Drew menggunakan simbol-simbol Islam, seperti kitab suci Al-qur‟an, memakai peci, memakai nama-nama Muslim, dan penolakan terhadap kepercayaan tertentu dari agama Kristen, akan tetapi gerakan ini merupakan campuran dari nasionalisme hitam dan kebangkitan Kristen dengan campuran yang menggabungkan dari ajaran-ajaran Islam. Ajaran ini bukan ajaran Islam sejati, tetapi suatu penemuan penting bagi kesadaran Islam.

c.       Elijah Muhammad

Elijah Muhammad (1897-1975) adalah pimpinan kelompok the Nation of Islam (yang juga popular dengan sebutan “Black Muslims” pada masa perkembangan mereka yang pesat di Amerika, pertengahan abad ke-20. Ia juga seorang pengacara independen terkemuka, pemimpin pengelola bisnis yang didukung kelompok kulit hitam, pemimpin berbagai yayasan, dan organisasi keagamaan. Elijah Muhammad terlahir sebagai Elijah (atau Robert) Poole pada 7 Oktober 1897, di Sandersville, Georgia. Orang tuanya adalah buruh kasar yang bekerja sebagai petani penggarap di perkebunan kapas. Sebagaimana remaja lain di kampungnya, Elijah bekerja di ladang terkadang ikut bekerja membangun rel kereta api. Ia pergi meninggalkan rumah pada usia 16 tahun dan berkelana bersama rombongan para pekerja kasar. Ia kemudian menetap di Detroit tahun 1923, bekerja sebagai buruh di pabrik mobil Chevrolet. 

Poole dan kedua saudaranya adalah pengikut pertama dari W.D. Fard, pendiri the Nation of Islam. Fard, berlatar belakang misterius, datang ke Detroit pada 1930, sebagai penjual barang-barang sutera sambil menyampaikan ajarannya kepada para langganannya kaum kulit hitam Detroit dan bercerita tentang negeri “asli” leluhur mereka di seberang lautan. Kemudian Fard juga mulai menyelenggarakan berbagai pertemuan di rumahnya, dan terkadang menyewa hall (aula), ia menyampaikan kepada pendengarnya tentang leluhur kulit hitam mereka yang memiliki kemuliaan dan martabat yang berada di benua lain. Ia mengajak mereka untuk mengikuti jejak saudara-saudaranya itu dengan cara hidup, cara makan, dan cara berpakaian.
 
Dengan menetap di Chicago, terpisah dari kelompok Muslim cabang Detroit, Elijah Muhammad mendirikan markas gerakan yang kemudian menjadi pusat pergerakan terpenting. Di Chicago ia bukan hanya mendirikan masjid (yang mereka sebut The Temple of Islam), tetapi juga sebuah surat kabar, Muhammad Speaks, juga Universitas Islam (yang sesungguhnya hanya memberi kurikulum untuk tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat lanjutan atas), serta membangun gedung-gedung apartemen yang dimiliki oleh yayasan yang dipimpinnya, pusat-pusat perbelanjaan, dan banyak restoran. Masjid-masjid juga didirikan di kota-kota lain, banyak pula tanah-tanah pertanian serta peternakan yang dibeli sehingga mereka bisa menyediakan dan memproduksi makanan halal bagi para pengikut mereka. Kelompok ini dikenal memiliki cara hidup yang disiplin. 

Elijah Muhammad meninggal pada 25 February 1975. Semenjak kematiannya, kepemimpinan gerakannya dilanjutkan oleh anaknya, Wallace (atau Warith) Deen Muhammad. Elijah junior menamakan gerakannya the World Community of Islam in The West, kemudian berubah menjadi The American Muslim Mission; terkadang ia juga menyebut sebagai “Bilalians,” merujuk kepada Bilal, seorang pengikut Nabi Muhammad yang berasal dari keturunan Afrika. Warith Muhammad melonggarkan tata cara berpakaian, serta meninggalkan pelarangan mengikuti wajib militer, juga menganjurkan anggotanya mengikuti pemilu dan menghormati bendera negara, bahkan membuka keanggotaan gerakannya bagi bangsa kulit putih. Secara umum, ia membuat kelompok gerakan pada aturan Islam yang lebih moderat. 

Banyak anggota merasa tak nyaman dengan berbagai pembaruan tersebut, dan beralih kepada kelompok yang masih mempertahankan tradisionalismenya. Yang paling penting adalah mereka tetap mempertahankan salah satu nama lama mereka, The Nation of Islam, yang dipimpin oleh Louis Farrakhan (terlahir sebagai Louis Eugene Walcott keturunan Indian-Inggris tahun 1934). Farrakhan pada dasarnya tetap mempertahankan tata-cara yang diterapkan Elijah Muhammad, di antaranya penerapan ketat terhadap cara hidup mereka.

d.      Bampett Muhammad

 Ia adalah satu dari anggota pasukan di bawah komando Jenderal George Washington, yang turut serta dalam Perang Revolusi AS, tepatnya tergabung dalam pasukan Virginia Line pada 1775 dan 1783. Bampett menjadi satu dari banyak tentara AS yang gugur membela negara itu. Selain Bampett Muhammad terdapat nama Yusuf Ben Ali yang juga merupakan pejuang AS berkebangsaan Arab dari Afrika Utara. Di periode yang sama, saat perang masih berkecamuk di AS, ada juga nama Peter Buckminster. Peter Buckminster disebut sebagai seorang tentara Muslim yang menembak mati Mayor Jenderal Inggris John Pitcairn saat pertempuran di Bunker Hill. Peter Buckminster kemudian bergabung di Pertempuran Saratoga yang legendaris. Buckminster kemudian mengubah namanya menjadi Salem or Salaam yang berarti damai. George Washington, yang kemudian hari menjadi Presiden pertama AS tak memersoalkan keyakinan yang berbeda bergabung dalam tentara nasional AS.

e.       Fazlur Rahman Khan

Pria keturunan Bangladesh AS ini adalah insinyur dan pelopor pembangunan struktur gedung pencakar langit AS. Inovasinya dalam sistem pembangunan gedung telah diaplikasikan di banyak gedung AS, dari gedung World Trade Center sampai gedung-gedung hotel milik Trump.

f.        Ayub Ommaya

Dokter muslim yang satu ini berjasa atas penemuannya di bidang medis pada 1963, yaitu sistem kateter yang dapat digunakan untuk mengeluarkan cairan dan memasukkan obat, ke luar dan dalam otak. Nantinya ini sangat berguna untuk kemoterapi bagi penderita kanker otak (Vania, 2018). Selain Muhammad Alexander Russel Webb, Noble Drew Ali, Elijah Muhammad, Bampett Muhammad dan lainnya, ternyata masih ada banyak tokoh lain yang juga ikut andil dalam perkembangan Islam di Amerika Serikat. Diantaranya W.D Fard, Elijah Muhammad, Job Ibnu Dijallo, Malcom X dll. Jumlah persis kaum Muslimin di Amerika dewasa ini sulit diketahui, karena identitas agama tidak dicantumkan dalam sensus penduduk, dinas Imigrasi pun tidak mencatat para imigran yang memeluk Islam (Supriyadi, 2008: 322). 

Dunia Islam terjaga dari tidurnya yang nyenyak dan muncul kesadaran bahwa mereka telah mundur dan jauh ditinggalkan Eropa. Muncullah kemudian ulama dan pemikir-pemikir Islam dengan ide-ide yang bertujuan memajukan dunia Islam dan mengejar ketertinggalan dari Barat sampai sekarang. Apa yang dimaksud dengan teologi modernisme adalah mainstrem pemikiran paradigmatik manusia modern yang menjadi landasan tegaknya sejarah peradaban modern. Atas nama teologi deisme dan agnotisisme menjadi dasar mainstrem modernisme tersebut. Teologi ini muncul bersamaan dengan renaisance sebagai antitesa dari era scholastik dengan teologi klasiknya yang membelenggu. (Arif, 2017;193)

4.      Pusat-pusat peradaban Islam di Amerika

Pada awalnya agama Islam dianggap sebagai agama para imigran Timur-Tengah atau Pakistan yang menetap dan bertempat tinggal di beberapa kota di Amerika (Usman, 2003;57). Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois, di mana beberapa orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal di sini pada awal 1900-an adalah yang terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah ada di kawasan Chicago. Di Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah ada pusat komunitas Muslim yang besar. Islamic Center di California Selatan adalah salah satu entitas Muslim terbesar di AS. Jumlah Masjid di California juga adalah yang terbanyak di AS, yakni sekitar 227 masjid pada tahun 2001. 

Gedung Pusat Peradaban Islam di New York (sumber: BSE Sejarah Peradaban Islam Kurikulum 2013, hal. 170)

Kemudian terus menerus mengalami berkembangan sehingga muncul suatu kekuatan Islam yang disebut “black moslem”.
Elijah Muhammad, Chicago, 1963.(sumber: www.theseamericans.com)

Black moslem didirikan oleh Elijah Muhamad di Chicago. Sesuai dengan namanya Black Moslem mendapat banyak pengikut terutama dari orang-orang yang berkulit hitam. Black Moslem didukung oleh orang-orang berkulit hitam dan berjuang menuntut persamaan hak. Elijah Muhamad dalam organisasinya mengambil prinsip-prinsip ajaran agama Islam yang tidak membedakan warna kulit Umat Islam yang masih terhitung sebagai minoritas yang relatif baru di Amerika Serikat. Jumlah yang terus tumbuh pesat sekitar tahun 1970-1980 ketika perang dan perselisihan merebak di Turki, Afganistan, Levant, dan Anak Benua India serta gelombang besar Imigran berdatangan. Lebih dari separuh Muslim Amerika (56%) adalah perantau dan sebagian lagi merupakan penduduk tetap yang telah lama menetap di Amerika (Lebor, 1998;303-304) 

Keminoritasan tersebut tidak membuat Islam di Amerika menjadi asing, karena berdasarkan sejarah dari sekian banyak budak Afrika Barat yang dibawa ke Amerika adalah muslim. Yarrow Mahmaut yang merupakan seorang budak Afrika yang dibebaskan pada tahun 1807. Ia kemudian menjadi salah satu pemegang saham di bank pembiayaan Amerika yang ke dua, Columbia Bank. Setengah abad kemudia kaveleri Amerika serikat merekrut seseorang yang seagama dengannya Haji Ali, untuk peternakan di Arizona. Pada tahun 1865, pada akhir perang sipil, pustakawan di Universitas Alabama menyimpan satu buku dari serangan pasukan Yankee yang akan menghancurkan perpustakaan itu. Buku itu adalah salinan terjemahan al-Qur’an (Lebor, 1998; 303-304). 

Dibalik perkembangan Islam di Amerika serikat, para pemberi kebijakan di Amerika, masih ragu-ragu dalam mengambil posisi yang pasti terhadap kebangkitan Islam di Amerika Serikat. Keraguan tersebut berakar dari ketidakmampuan Washington dalam memprediksi dan mengukur dampak-dampak kebijakan luar negeri pada negara-negara Islam pada saat mereka memegang kekuasaan. Dalam perkembangannya Islam di kawasan Amerika ini mengalami kendala historis yang sangat serius. Bangsa Amerika mengenal Islam itu sendiri dari orang-orang yang mereka pekerjakan sebagai budak, dan para budak-budak tersebut selalu memegang teguh keimanannya dan agama Islam yang mereka anut, mereka tidak mau memakan daging daging babi, dan percaya kepada Allah dan Muhammad serta selau bersikap jujur dan amanah. Sikap dan prilaku kebiasaan para budak tersebutlah, dipandang sebagai sistem kepercayaan baru bagi mereka (Supriyadi, 2008; 317-318). 

Pendidikan multicultural sekarang sudah mengalami perkembangan baik teoritis maupun praktek sejak konsep paling awal muncul tahun 1960-an yang pertama kali dikemukakan oleh Banks. Pada saat itu, konsep pendidikan multikultural lebih pada supremasi kulit putih di Amerika Serikat dan diskriminasi yang dialami kulit hitam. Pendidikan multikultural yang berkembang di kalangan masyarakat Amerika bersifat antarbudaya etnis yang besar, yaitu budaya antarbangsa. Pendidikan di Amerika Serikat pada mulanya hanya dibatasi pada migran berkulit putih. Sejak didirikan sekolah rendah pertama tahun 1633 oleh imigran Belanda dan berdirinya Universitas Harvard di Cambridge, Boston tahun 1636. Baru tahun 1934 dikeluarkan Undang Undang Indian Reservation Reorganization Act di daerah reservasi suku Indian. Tujuan pendidikannya adalah proses Amerikanisasi. Suatu kelompok   etnis   atau   etnisitas   adalah   populasi   manusia   yang anggotanya saling mengidentifikasi satu dengan yang lain, biasanya berdasarkan keturunan. Pengakuan sebagai kelompok etnis oleh orang lain seringkali merupakan faktor yang berkontribusi untuk mengembangkan ikatan identifikasi ini. Kelompok etnis seringkali disatukan oleh ciri budaya, perilaku, bahasa, ritual, atau agama.

Pendidikan Multikultural berkembang di dalam masyarakat multikultural Amerika yang bersifat antarbudaya etnis yang besar yaitu budaya antarbangsa. Ada upaya untuk mengubah Pendidikan Multikultural dari yang bersifat asimilasi yaitu berupa penambahan materi multikultural menuju ke arah yang lebih radikal berupa Aksi Sosial. Berkaitan dengan nilai-nilai kebudayaan yang perlu diwariskan dan dikembangkan melalui sistem pendidikan pada suatu masyarakat, maka Amerika Serikat memakai sistem demokrasi dalam pendidikan yang dipelopori oleh John Dewey. Intinya adalah toleransi tidak hanya diperuntukkan bagi kepentingan bersama, akan tetapi juga menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat.

Islam berkembang sejalan dengan perkembangan kaum muslimin di berbagai kawasan Amerika, sebagaimana yang tampak dari sejumlah peribadatan dan pusat kegiatan keagamaan Islam dibeberapa kota besar dan kecil. Seperti di Cicago, terdapat perguruan tinggi American Islam College, di North California berdiri American Muslem School, di samping banyak Universitas-universitas yang menyelanggarakan program Islamic Studies seperti Universitas Chicago, Universitas Cholumbia, Universitas Harvard, Universitas California di Berckley, Universitas New York di Banghamtem, Universitas Michigan, Universitas Texas di Australia, Universitas Utah di Salthake City, Universitas Temple di Philadelpia, dan Universitas Mc. Gill di Monteral Canada. (Supriyadi, 2008;317-318) 

The monumental main building (1922) and the subsequent additions (1955) were both designed by Barry Byrne (1883-1967), a Chicago native and one of Franklin Lloyd Wright’s four best known students (sumber: http://www.aicusa.edu)

Dengan adanya pusat-pusat studi Islam, pemahaman bangsa Amerika terutama di kalangan intelektual terhadap Islam semakin baik, dibandingkan dengan sebelumnya yang sangat negatif.Keilmuan yang berkembangan tidak serta-merta berpengaruh secara simetris terhadap perkembangan keilmuan dan kemajuan intelektualitas Islam abad pertengahan. Hal inilah yang mempengaruhi terhadap kebudayaan sesudahnya, baik dalam konteks dunia Islam (Timur) maupun Barat (Hak: 2010). Sekitar akhir abad ke-13M seluruh ilmu pengetahuan dari Islam bisa dikatakan telah selesai ditransmisikan ke Barat (Suriana: 2013).

Perkembangan pemikiran dan peradaban Islam ini karena didukung oleh para khalifah yang cinta ilmu pengetahuan dengan fasilitas dan dana secara maksimal, stabilitas politik dan ekonomi yang mapan. Hal ini seiring dengan tingginya semangat para ulama dan intelektual muslim dalam melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan agama, humaniora dan eksakta melalui gerakan penelitian, penerjemahan dan penulisan karya ilmiah di berbagai bidang keilmuan (Hasssanuddin: 2014). Masuknya Islam di Barat hingga bercampur-baur, dengan membawa hasil hasil peradaban dan cara hidup, secara langsung, atau tidak langsung berpengaruh terhadap masyarakat Barat dari segi keilmuan. Pengaruh ini terlihat hampir pada seluruh aspek kehidupan masyarakat Islam di Barat (Mugiyono: 2013). 

Selanjutnya pada abad ke-9 dan ke-10 adalah saat pusat pusat Islam di Spanyol sedang berada di puncak kecemerlangannya. Pusat-pusat intelektual di Barat hanya berupa benteng-benteng yang dihuni oleh para bangsawan yang dirinya merasa bangga atas ketidakmampuan membaca mereka (Ubadah: 2008). Sesudah melalui sejarah yang panjang proses transformasi dan penyerapan Peradaban Islam ke dalam Kebudayaan Barat, para Ilmuwan Barat, di bawah kepemimpinan para Pendeta Kristen, mulai mengembangkan keilmuan mereka (Zarkasyi: 2013: 186).

Seorang penulis muslim, Ali M. Kertani seperti yang dikutib oleh Mukti Ali mengemukakan bahwa konversi agama di Amerika Serikat terjadi 3-4% setiap tahun dari penduduk muslim Amerika. Selanjutnya, ia menerangkan bahwasanya ada dua faktor yang menyebabkan meningkatnya konversi agama, yaitu meningkatnya kelahiran yang alami dan meningkatnya imigrasi dari negara-negara Islam. Terutama dikalangan mahasiswa yang jumlahnya sangat besar datang ke Amerika (Fauzi, 2002: 295).

Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro-Amerika. Pada tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya. Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR), jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%), Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan Hispanik/Latin (0,6%). 

Pasca peristiwa pengeboman WTC tahun 2001, umat Islam di Amerika berada dalam ambang toleransi dan menerima perlakuan yang kurang terpuji dari pemerintah dan penduduk setempat. Namun lambat laun perlakuan serupa berkurang seiring dengan tingkat keingintahuan masyarakat Amerika terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Konon buku terlaris di Amerika saat ini adalah Alquran dan pemicu dari semua itu adalah informasi sepihak pemerintah serta keinginan mendiskreditkan Islam, maka lahirlah generasi-generasi penasaran terhadap Islam kemudian menjadikan Islam sebagai agama alternatif. Perlakuan Amerika terhadap dunia Islam masih sangat beragam, mulai dari status sebagai musuh bebuyutan hingga sekutu strategis. Ini menandakan bahwa peluang Islam untuk tetap maju di Amerika juga masih sangat besar.

Islam menjunjung tinggi toleransi. Namun toleransi apa dulu yang dimaksud. Toleransi yang dimaksud adalah bila kita memiliki tetangga atau teman Nashrani, maka biarkan ia merayakan hari besar mereka tanpa perlu kita mengusiknya. Namun tinggalkan segala kegiatan agamanya, karena menurut syariat Islam, segala praktek ibadah mereka adalah menyimpang dari ajaran Islam alias bentuk kekufuran. Dalam realitanya, makna Islam rahmatan lil ‘alamin sudah mengalami penyempitan makna, akibat dari pemahaman yang tidak utuh.  Sebagian memahami dengan Islam yang lembut dan damai. Sehingga ketika ada saja sedikit reaksi perlawanan dari umat Islam terhadap penjajahan barat, baik secara non fisik, apalagi fisik, maka langsung dicap Islam yang tidak rahmatan lil ‘alamin. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Maka kita seorang mukmin mukminat bersama jujung toleransi, tolong menolong, berlomba dalam kebaikan guna mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan orang lain yang bersama kita merasa nyaman dan tenang.

Sumber : ppg.siagapendis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar