INTEGRASI ILMU PENGETAHUAN DI DALAM AL-QUR’AN
A.
Konsep Integrasi
Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an
Al Qur’an
membicarakan semesta alam; langit, bumi, hewan, tumbuhan yang semua diciptakan
untuk manusia maka manusia diperintahkan untuk menjaga, mengelola dan
memanfaatkannya dengan baik. Mengenai cara dan tekhnik mengelola atau
memanfaatkannya diserahkan kepada manusia sendiri. Karena itu al Qur’an tidak
membicarakan secara spesifik bagaimana cara mengelola dan alat apa yang
digunakannya, demikian itu supaya manusia berfikir karena sudah diberi potensi
akal untuk dikembangkan afala ta’qilun
(tidakkah kalian menggunakan akal), ini artinya manusia diperintah untuk
mengembangkan tekhnologi.
Manusia dapat
mengembangkan tekhnologi apapun dalam rangka mendukung dan menunjang proses
kekhalifahannya di muka bumi. Namun al Qur’an memberikan rambu-rambu atau
asas-asas yang dapat dijadikan sebagai petunjuk melaksanakannya, agar tidak
menyalahi dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt.
Adapun asas-asas
tersebut adalah : Asas tauhid, Asas manfaat, Asas kemudahan, Asas keindahan,
dan Asas keadilan;
1.
Asas Tauhid
Di dalam al
Qur’an tidaklah diperkenankan segala apapun berdampak kepada penyekutuan
terhadap Allah Swt dan sehala apaun yang dilakukan semata-mata karena mengabdi
kepada Allah Swt secara tulus. Hal ini sesuai dengan QS. An Nisa: 48. dan Al-Bayyinah
: 5.
2.
Asas manfaat
Al Qur’an sangat
menganjurkan agar segala upaya dan kreasi manusia dilakukan dengan mempertimbangkan sisi
kemanfaatannya. Hal ini sesuai dengan QS. al Ro’du, 13:17, juga Hadis Dari Abu
Hurairah ra.
3.
Asas Kemudahan
Allah Swt Yang
Maha Pengasih menginginkan agar manusia
dalam menjalankan tugasnya tidak mengalami kesulitan, karena itu Allah
Swt menganjurkan agar manusia dapat melakukan hal-hal yang dapat memudahkan dan
meringankannya. Senada dengan QS. Al Baqarah, 2: 185 dan QS. An Nisa’, 4: 28.
4.
Asas Keindahan
Ayat-ayat al
Qur’an banyak sekali menyampaikan secara tersirat tentang keindahan,
misalnya penciptaan manusia yang dengan
sebaik-baik bentuk, penciptaan binatang , penciptaan langit
(badi’ussamaawaati), dst. Keindahan yang dimaksud oleh al Qur’an bukan hanya
indah dari segi lahiriyah yang tampak oleh mata, namun keindahan yang disertai
dengan keseimbangan dan keharmonisan, keindahan yang seimbang antara yang
lahir dan yang bathin.
5.
Asas Keadilan
Allah Swt
memerintahkan secara tegas diperbagai ayat al Qur’an agar keadilan selalu
ditegakkan diperbagai aspek kehidupan, termasuk bidang tekhnologi. Penggunaan
tekhnologi hendaknya juga dalam rangka penegakan keadilan. Firman Allah SWT
dalam Q.S An-Nisa: 135
B.
Manganalisis
Karakteristik Ulul Albab.
Siapakah ulul
albab tersebut ? Seseorang disebut Ulul albab pada QS. Ali Imran : 190-191
tersebut harus memiliki dua syarat, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya;
syarat pertama yaitu dimensi dzikir (mengingat Allah Swt) dalam kondisi apapun.
Syarat kedua yaitu dimensi kedua adalah bertafakkur (melakukan renungan)
terhadap ciptaan Allah Swt yang tersebar di semesta.
Dan pada seorang
ululalbab memahami bahwa segala apa yang Allah ciptakakan memberikan manfaat
yang besar terhadap kehidupan dan tidak ada yang sia-sia. Dalam konteks saat ini seorang ulul albab
memiliki sifat dan sikap seperti kritis,
mau berusaha dan berkreasi untuk
kemanfaatan, kemaslahatan dan kelestarian kehidupan. Sifat dan sikap tersebut
dapat dijelaskan berikut ini:
1.
Memiliki sikap kritis kalau di rinci rinci lagi ada tiga
cirri utama; yaitu berdzikir,
memikirkan atau mengamati fenomena alam
dan berkreasi. Dari uraian tersebut
dapat dipahami bahwa berfikir
kritis memiliki tiga tuntutan besar:
a.
Berdzikir.
Seorang yang
berfikir kritis dan cerdas, ciri pertama adalah selalu berdzikir kepada Allah
swt baik siang dan malam, pada saat berdiri, duduk dan berbaring. Maknanya
tiada waktu tanpa berdzikir, segala waktu diisi dengan dzikir baik dalam shalat
maupun di luar shalat. Berdzikir bukan saja hanya ingat tetapi juga membaca
kitab Allah, memahami isinya, menyebar luaskan dan mengamalkan isi
kandungannya. Membelajari kitab suci dalam rangka memahami , menyebar luaskan
dan menerapkan nilai-nilainya di tengah-tengah masyarakat yang sangat beragam
kebutuhan dan problemanya.
b.
Berfikir Kritis.
Berfikir kritis
berarti mengamati, meneliti,
menyimpulkan dan membuktikan kebenarannya. Mengamati ayat-ayat Tuhan di alam raya ini baik dalam diri manusia secara perorangan maupun berkelompok, di samping juga mengamati
fenomena alam. Mereka berfikir tentang
ciptaan langit dan bumi.
2.
Berusaha dan
berkreasi dapat berarti melakukan upaya-upaya kreatifitas pada
hasilhasil penemuan ilmiah dan teknologi.
Keindahan alam
dan keberhasilan sains dan tekhnologi yang dihasilkan dari proses berfikir dan
berdzikir itu memperkuat keimanan kepada
Allah swt dan dalam meningkatkan
kepatuhannya kepada Sang Pencipta. Pemahaman terhadap penciptaan semesta yang
agung disertai dengan selalu berdzikir menimbulkan sebuah kemampuan pada
dirinya untuk melihat sebuah tanda wujudnya Allah Swt, keagungan-Nya dan
kemahabesaran-Nya, sehingga terlontar dari dirinya ucapan subhaanak ( maha suci
Engkau ya Allah). Penjelasan seperti ini
tergambar pada ayat 191.
Maka seorang
ulul albab mengkhawatirkan terjadi suatu kezhaliman (pengrusakan) terhadap
segala ciptaan Allah Swt dan tata aturan-Nya yang Maha Indah yang mungkin
kezholiman itu dilakukan oleh dirinya maupun orang lain, di mana kezholiman itu
dapat membawa masuk ke dalam api neraka.
Bagi seorang
ulul albab ilmu pengetahuan apapun yang berhubungan dengan alam semesta ini
hakekatnya adalah ciptaan-ciptaan Allah Swt yang tunduk kepada sitem aturan
yang telah dibuat-Nya. Sehingga semua ilmu itu hakekatnya hanya satu yaitu ilmu
Allah Swt, dan manusia hanya diberi sedikit ilmu dari Allah Swt.
Dapat dipahami
juga bahwa Allah Swt yang maha agung memilki ilmu yang maha luas, di mana
untuk mendapatkan pemahaman tentang
Allah Swt atau dengan kata lain memahami tanda ( dalam ayat al qur’an
disebut ayat ) diperlukan ilmu Allah,
karena itu belajar suatu ilmu adalah untuk lebih mengetahui tentang Allah
Swt dan agar mampu lebih banyak
melakukan kemaslahatan dan kemanfaatan
dalam kehdupan sesuai petunjuknya, sehingga semakin bertambah ilmu
seseorang akan menambah juga kedekatannya kepada Allah Swt dan kebaikannya dalam
kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar