DEFINISI HARI
AKHIR DAN KIAMAT
Beriman (meyakini)
adanya hari akhir adalah bagian dari rukun iman. Syekh Thahir bin Shalih
al-Jazairy (w. 1338 H) dalam Al-Jawahir al-Kalamiyah Menyampaikan bahwa rukun
iman atau rukun akidah Islam itu meliputi enam hal, yaitu:
Yang
artinya :
“Rukun
akidah Islamiyah itu ada enam hal, yaitu: (1) iman kepada Allah, (2) iman
kepada malaikat Allah, (3) iman kepada kitab-kitab Allah, (4) iman kepada para
rasul Allah, (5) iman kepada hari akhir, dan (6) iman kepada qadar (takdir)
Allah.”
Iman
kepada hari akhir ini adalah penting sekali. Sedemikian pentingnya maka dalam
Al-Qur’an dan hadits keimanan pada hari akhir ini kerap disandingkan dengan
keimanan kepada Allah. Dan memang ada dua hal pokok berkaitan dengan keimanan
yang banyak dijabarkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu pembuktian tentang
keesaan Allah, yang berarti ini tentang iman kepada Allah, dan kedua, uraian
atau pembuktian tentang hari akhir. AlQur’an telah memberitakan kepada manusia
bahwa alam semesta ini telah diciptakan dan akan sampai pada titik akhirnya
(Q.S. al-Mukmin/ 40:59 dan Q.S. al-H{ajj/22:7).
Segala
yang berawal maka akan berakhir, baik manusia, tumbuhan, hewan, alam semesta,
maupun malaikat semuanya akan mati, hanya Allah saja yang tidak berawal dan
tidak berakhir. Waktu yang ditetapkan dimana alam semesta dan segala makhluk di
dalamnya mulai dari mikroorganisme sampai makhluk yang paling indah bentuknya
yaitu manusia, termasuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi semuanya akan
hancur pada hari dan jam yang telah ditentukan oleh sang penciptanya dan hanya
Dia yang mengetahuinya. Waktu atau hari tersebut dikenal dengan nama Hari Akhir
atau Kiamat. Al-Qur'an menyebut istilah al-yaum
al-ākhir, hari akhir, sebanyak 26 kali dan menyebut istilah al-ākhirah, akhirat, sebanyak 115 kali.
Istilah ini, al-ākhir, secara kebahasaan, menurut ar-Rāgib al-Asfahānī,
mengandung arti akhir atau yang kemudian yang merupakan lawan dari perkataan
awal. Istilah al-ākhir biasanya dihubungkan dengan istilah yaum sehingga menjadi al-yaum
al-ākhir berarti Hari Akhir atau hari Kiamat.
Sementara
itu, istilah al-ākhirah akhirat
sering dihubungkan dengan istilah dār yang berarti negeri atau kampong, seperti
dalam ungkapan al-dār al-ākhirah, yang berarti negeri akhirat. Kiamat atau al-yaum al-ākhir (hari akhir)
tidaklah seperti hari-hari di dunia yang 1 hari sebanding dengan 24 jam. Hari
akhir merupakan hari yang terjadi pada kehidupan akhirat, yang 1 hari jika
menggunakan ukuran hari-hari dunia bisa sangat relatif atau tidak terbatas,
bisa sebanding dengan 1000 tahun (as-Sajdah/32: 5); bahkan bisa berbanding dengan
50.000 tahun (al-Ma‘ārij/70: 4). Ini wajar saja, sebab ia tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu (nirwaktu). Penyebutan al-yaum al-ākhir, yang dirangkai dengan
iman kepada Allah, pada hakikatnya dimaksudkan sebagai hari perhitungan
(al-hisāb) dan pembalasan (al-jazā'), sehingga oleh AlQur'an ia dijadikan
sebagai sarana yang efektif untuk menumbuhkan kejujuran, ketakwaan,
kedermawanan, berani berkorban demi kebenaran dan keadilan, dan sebagainya.
Artinya,
seandainya seseorang bersikap jujur, lalu tidak mendapatkan hasil duniawi yang
diinginkan, maka keimanan kepada hari akhir itulah yang menjadikan dirinya
tetap sabar dan konsisten, sebab ia yakin ganjaran yang sesuai akan diperoleh
di hari akhir kelak. Begitu juga, ia bisa dijadikan tameng dari perilakuperilaku
buruk, misalnya kemunafikan, ria, dan sebagainya. Sebagaimana yang disebutkan
dalam beberapa firman Allah seperti: “Dan di antara manusia ada yang berkata,
“Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu
bukanlah orang-orang yang beriman. (al-Baqarah/2: 8).
Ayat
ini merupakan koreksi terhadap perilaku orang-orang munafik yang mengaku
beriman kepada Allah dan hari Akhir, padahal kenyataannya tidak. Mereka
mengukur keimanannya melalui ucapan, sedangkan Allah mengukur keimanannya
melalui perbuatan. Penggunaan redaksi wa minan-nās, menurut Ibnu ‘Āsyūr
menunjuk kepada perilaku buruk. Sedemikian buruknya, sehingga Al-Qur'an merasa
“malu” untuk mengungkapkannya secara jelas. Oleh karena itu, ayat ini sekaligus
menjadi koreksi bagi siapa saja yang menyatakan beriman kepada Allah dan hari
akhir tetapi perbuatannya tidak mencerminkan nilai-nilai keimanan itu sendiri.
Dengan
demikian, indikasi seseorang yang beriman kepada hari akhir tentunya bukan
terbatas kepada ucapan, sebagaimana hal itu bisa saja dilakukan oleh orangorang
munafik, tetapi harus direalisasikan dalam perbuatannya. Bahkan, bukan sekadar
perbuatan tetapi perbuatan baik, yang lazim disebut dengan “amal saleh”. Hari
Akhir atau Hari Kiamat merupakan tahapan yang harus dilewati menuju Negeri
Akhirat. Ungkapan al-dār al-ākhirah merupakan lawan dari al-dār al-dunyā,
sebagaimana termaktub di dalam ayat Al-Qur'an sebagai berikut:
Yang
artinya :
Dan
kehidupan dunia ini hanya senda-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat
itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. (al‘Ankabūt/29:
64). Etimologi kiamat terserap dari
kosakata bahasa Arab, qāma – yaqūmu - qiyāman, yang berarti berdiri, berhenti,
atau berada di tengah. Kiamat (al-qiyāmah) diartikan sebagai kebangkitan dari
kematian, yaitu dihidupkannya manusia pascakematian. Hari kiamat
(yaumulqiyāmah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia) dari
kubur. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kiamat diartikan sebagai: (1) hari kebangkitan setelah mati (orang
yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili perbuatannya); (2) hari
akhir zaman (dunia seisinya rusak binasa dan lenyap); (3) celaka sekali,
bencana besar, rusak binasa; (4) berakhir dan tidak muncul lagi. Sedang dalam
Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kiamat diartikan keadaan makhluk dan alam semesta
ketika berakhirnya kehidupan mereka di dunia. Dari pengertian ini, ada dua hal
pokok terkait makna kiamat, yaitu:
Pertama, kiamat merupakan
kebangkitan manusia dari kematian atau dari kuburnya. Maknanya, pada hari itu
semua manusia dibangkitkan dari kubur, tempat peristirahatan setelah
kematiannya. Selanjutnya, mereka diadili dan diminta pertanggungjawaban atas
semua perbuatannya di dunia. Yang banyak kebaikannya akan mendapat ganjaran
kenikmatan, dan yang sebaliknya akan mendapat hukuman. Allah Berfirman: “Maka
adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan
(kebaikan)-nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Al-Qāri‘ah/101:
6-9).
Kedua, kiamat adalah
keadaan akhir zaman. Kiamat merupakan akhir dari alam semesta dan kehidupan
semua makhluk. Artinya saat kiamat tiba, seluruh jagat raya beserta isinya,
seperti planet, bintang, langit, bumi, manusia, dan semua yang ada, hancur
binasa. Kehidupan makhluk pun tidak ada lagi. Ini merupakan bencana besar bagi
alam raya dan yang ada di dalamnya. Seluruh kehidupan yang ada menjadi musnah
karena hancurnya dunia dan isinya. Allah berfirman, Apabila langit terbelah,
dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan
meluap, dan apabila kuburan-kuburan di bongkar. (Al-Infiţār/82: 14).
Dari
dua pengertian ini, bisa disusun penjelasan kronologis sebagai berikut. Kiamat
merupakan akhir kehidupan dunia. Saat itu, semua yang ada di alam raya ini
mati, hancur, rusak, dan binasa. Segala isi jagat raya musnah hingga tidak ada
kehidupan lagi. Manusia yang merupakan makhluk utama di bumi juga mati dan
musnah. Sebuah bencana besar yang menimpa alam raya.
Setelah
itu, manusia akan dibangkitkan dari kematian. Mereka dihidupkan kembali untuk
mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya ketika di dunia. Terminologi
kiamat terdefinisikan dalam berbagai rumusan yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan, kiamat adalah hari akhir atau saat
penghabisan dari hari-hari di dunia. Hari tersebut ditandai dengan tiupan
sangkakala (terompet) oleh Malaikat Israfil, kemudian bumi bergoyang
mengeluarkan segala isinya, lalu lenyap dan diganti dengan bumi yang lain.
Sayyid Sābiq dalam al-Aqā’id al-Islāmiyyah menjelaskan, “Hari kiamat adalah
suatu keadaan yang didahului dengan musnahnya alam semesta. Saat itu, seluruh
makhluk yang masih hidup akan mati. Bumi pun akan berganti, bukannya bumi dan
langit yang ada sekarang.” Quraish Shihab dalam Perjalanan Menuju Keabadian
menulis, “Para ulama menjelaskan bahwa ada dua macam kiamat: kecil (sughro) dan
besar (kubro). Kiamat kecil adalah saat kematian orang per orang, sedang kiamat
besar adalah yang bermula dari kehancuran alam raya.”
Sementara
itu Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa kiamat diawali dengan tiupan terompet
sebagai tanda kehancuran alam. Dari beberapa rumusan tersebut dapat disimpulkan
beberapa hal berikut. (1) hari kiamat merupakan akhir kehidupan dunia; (2)
kiamat diawali tiupan sangkakala sebagai tanda permulaan hancurnya alam
semesta; (3) kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang diawali dengan
berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan kematian seluruh makhluk
hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di dunia musnah; (4) setelah
semuanya hancur dan musnah, bumi, langit, dan lainnya akan diganti dengan yang
baru; dan (5) kiamat merupakan awal kehidupan akhirat yang menggantikan kehidupan
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar