Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Senin, 01 Juli 2019

DEFINISI HARI AKHIR DAN KIAMAT


DEFINISI HARI AKHIR DAN KIAMAT

Beriman (meyakini) adanya hari akhir adalah bagian dari rukun iman. Syekh Thahir bin Shalih al-Jazairy (w. 1338 H) dalam Al-Jawahir al-Kalamiyah Menyampaikan bahwa rukun iman atau rukun akidah Islam itu meliputi enam hal, yaitu:

Yang artinya :

“Rukun akidah Islamiyah itu ada enam hal, yaitu: (1) iman kepada Allah, (2) iman kepada malaikat Allah, (3) iman kepada kitab-kitab Allah, (4) iman kepada para rasul Allah, (5) iman kepada hari akhir, dan (6) iman kepada qadar (takdir) Allah.” 

Iman kepada hari akhir ini adalah penting sekali. Sedemikian pentingnya maka dalam Al-Qur’an dan hadits keimanan pada hari akhir ini kerap disandingkan dengan keimanan kepada Allah. Dan memang ada dua hal pokok berkaitan dengan keimanan yang banyak dijabarkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu pembuktian tentang keesaan Allah, yang berarti ini tentang iman kepada Allah, dan kedua, uraian atau pembuktian tentang hari akhir. AlQur’an telah memberitakan kepada manusia bahwa alam semesta ini telah diciptakan dan akan sampai pada titik akhirnya (Q.S. al-Mukmin/ 40:59 dan Q.S. al-H{ajj/22:7).

Segala yang berawal maka akan berakhir, baik manusia, tumbuhan, hewan, alam semesta, maupun malaikat semuanya akan mati, hanya Allah saja yang tidak berawal dan tidak berakhir. Waktu yang ditetapkan dimana alam semesta dan segala makhluk di dalamnya mulai dari mikroorganisme sampai makhluk yang paling indah bentuknya yaitu manusia, termasuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi semuanya akan hancur pada hari dan jam yang telah ditentukan oleh sang penciptanya dan hanya Dia yang mengetahuinya. Waktu atau hari tersebut dikenal dengan nama Hari Akhir atau Kiamat. Al-Qur'an menyebut istilah al-yaum al-ākhir, hari akhir, sebanyak 26 kali dan menyebut istilah al-ākhirah, akhirat, sebanyak 115 kali. Istilah ini, al-ākhir, secara kebahasaan, menurut ar-Rāgib al-Asfahānī, mengandung arti akhir atau yang kemudian yang merupakan lawan dari perkataan awal. Istilah al-ākhir biasanya dihubungkan dengan istilah yaum sehingga menjadi al-yaum al-ākhir berarti Hari Akhir atau hari Kiamat.

Sementara itu, istilah al-ākhirah akhirat sering dihubungkan dengan istilah dār yang berarti negeri atau kampong, seperti dalam ungkapan al-dār al-ākhirah, yang berarti negeri akhirat.  Kiamat atau al-yaum al-ākhir (hari akhir) tidaklah seperti hari-hari di dunia yang 1 hari sebanding dengan 24 jam. Hari akhir merupakan hari yang terjadi pada kehidupan akhirat, yang 1 hari jika menggunakan ukuran hari-hari dunia bisa sangat relatif atau tidak terbatas, bisa sebanding dengan 1000 tahun (as-Sajdah/32: 5); bahkan bisa berbanding dengan 50.000 tahun (al-Ma‘ārij/70: 4). Ini wajar saja, sebab ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (nirwaktu). Penyebutan al-yaum al-ākhir, yang dirangkai dengan iman kepada Allah, pada hakikatnya dimaksudkan sebagai hari perhitungan (al-hisāb) dan pembalasan (al-jazā'), sehingga oleh AlQur'an ia dijadikan sebagai sarana yang efektif untuk menumbuhkan kejujuran, ketakwaan, kedermawanan, berani berkorban demi kebenaran dan keadilan, dan sebagainya.

Artinya, seandainya seseorang bersikap jujur, lalu tidak mendapatkan hasil duniawi yang diinginkan, maka keimanan kepada hari akhir itulah yang menjadikan dirinya tetap sabar dan konsisten, sebab ia yakin ganjaran yang sesuai akan diperoleh di hari akhir kelak. Begitu juga, ia bisa dijadikan tameng dari perilakuperilaku buruk, misalnya kemunafikan, ria, dan sebagainya. Sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa firman Allah seperti: “Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. (al-Baqarah/2: 8).

Ayat ini merupakan koreksi terhadap perilaku orang-orang munafik yang mengaku beriman kepada Allah dan hari Akhir, padahal kenyataannya tidak. Mereka mengukur keimanannya melalui ucapan, sedangkan Allah mengukur keimanannya melalui perbuatan. Penggunaan redaksi wa minan-nās, menurut Ibnu ‘Āsyūr menunjuk kepada perilaku buruk. Sedemikian buruknya, sehingga Al-Qur'an merasa “malu” untuk mengungkapkannya secara jelas. Oleh karena itu, ayat ini sekaligus menjadi koreksi bagi siapa saja yang menyatakan beriman kepada Allah dan hari akhir tetapi perbuatannya tidak mencerminkan nilai-nilai keimanan itu sendiri.

Dengan demikian, indikasi seseorang yang beriman kepada hari akhir tentunya bukan terbatas kepada ucapan, sebagaimana hal itu bisa saja dilakukan oleh orangorang munafik, tetapi harus direalisasikan dalam perbuatannya. Bahkan, bukan sekadar perbuatan tetapi perbuatan baik, yang lazim disebut dengan “amal saleh”. Hari Akhir atau Hari Kiamat merupakan tahapan yang harus dilewati menuju Negeri Akhirat. Ungkapan al-dār al-ākhirah merupakan lawan dari al-dār al-dunyā, sebagaimana termaktub di dalam ayat Al-Qur'an sebagai berikut:

Yang artinya :

Dan kehidupan dunia ini hanya senda-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. (al‘Ankabūt/29: 64).  Etimologi kiamat terserap dari kosakata bahasa Arab, qāma – yaqūmu - qiyāman, yang berarti berdiri, berhenti, atau berada di tengah. Kiamat (al-qiyāmah) diartikan sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu dihidupkannya manusia pascakematian. Hari kiamat (yaumulqiyāmah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia) dari kubur.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kiamat diartikan sebagai: (1) hari kebangkitan setelah mati (orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili perbuatannya); (2) hari akhir zaman (dunia seisinya rusak binasa dan lenyap); (3) celaka sekali, bencana besar, rusak binasa; (4) berakhir dan tidak muncul lagi. Sedang dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kiamat diartikan keadaan makhluk dan alam semesta ketika berakhirnya kehidupan mereka di dunia. Dari pengertian ini, ada dua hal pokok terkait makna kiamat, yaitu:

Pertama, kiamat merupakan kebangkitan manusia dari kematian atau dari kuburnya. Maknanya, pada hari itu semua manusia dibangkitkan dari kubur, tempat peristirahatan setelah kematiannya. Selanjutnya, mereka diadili dan diminta pertanggungjawaban atas semua perbuatannya di dunia. Yang banyak kebaikannya akan mendapat ganjaran kenikmatan, dan yang sebaliknya akan mendapat hukuman. Allah Berfirman: “Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Al-Qāri‘ah/101: 6-9).

Kedua, kiamat adalah keadaan akhir zaman. Kiamat merupakan akhir dari alam semesta dan kehidupan semua makhluk. Artinya saat kiamat tiba, seluruh jagat raya beserta isinya, seperti planet, bintang, langit, bumi, manusia, dan semua yang ada, hancur binasa. Kehidupan makhluk pun tidak ada lagi. Ini merupakan bencana besar bagi alam raya dan yang ada di dalamnya. Seluruh kehidupan yang ada menjadi musnah karena hancurnya dunia dan isinya. Allah berfirman, Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan di bongkar. (Al-Infiţār/82: 14).

Dari dua pengertian ini, bisa disusun penjelasan kronologis sebagai berikut. Kiamat merupakan akhir kehidupan dunia. Saat itu, semua yang ada di alam raya ini mati, hancur, rusak, dan binasa. Segala isi jagat raya musnah hingga tidak ada kehidupan lagi. Manusia yang merupakan makhluk utama di bumi juga mati dan musnah. Sebuah bencana besar yang menimpa alam raya.

Setelah itu, manusia akan dibangkitkan dari kematian. Mereka dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya ketika di dunia. Terminologi kiamat terdefinisikan dalam berbagai rumusan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan, kiamat adalah hari akhir atau saat penghabisan dari hari-hari di dunia. Hari tersebut ditandai dengan tiupan sangkakala (terompet) oleh Malaikat Israfil, kemudian bumi bergoyang mengeluarkan segala isinya, lalu lenyap dan diganti dengan bumi yang lain. Sayyid Sābiq dalam al-Aqā’id al-Islāmiyyah menjelaskan, “Hari kiamat adalah suatu keadaan yang didahului dengan musnahnya alam semesta. Saat itu, seluruh makhluk yang masih hidup akan mati. Bumi pun akan berganti, bukannya bumi dan langit yang ada sekarang.” Quraish Shihab dalam Perjalanan Menuju Keabadian menulis, “Para ulama menjelaskan bahwa ada dua macam kiamat: kecil (sughro) dan besar (kubro). Kiamat kecil adalah saat kematian orang per orang, sedang kiamat besar adalah yang bermula dari kehancuran alam raya.”

Sementara itu Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa kiamat diawali dengan tiupan terompet sebagai tanda kehancuran alam. Dari beberapa rumusan tersebut dapat disimpulkan beberapa hal berikut. (1) hari kiamat merupakan akhir kehidupan dunia; (2) kiamat diawali tiupan sangkakala sebagai tanda permulaan hancurnya alam semesta; (3) kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang diawali dengan berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan kematian seluruh makhluk hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di dunia musnah; (4) setelah semuanya hancur dan musnah, bumi, langit, dan lainnya akan diganti dengan yang baru; dan (5) kiamat merupakan awal kehidupan akhirat yang menggantikan kehidupan dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar