Berdasarkan
pada beberapa pengertian manajemen mutu terpadu tersebut, maka dapat dijelaskan
beberapa karakteristik atau unsur utama manajemen mutu terpadu sebagai berikut
di bawah ini.
a. Berfokus pada yang dilayani. Karakteristik
ini pada mulanya menekankan bahwa bagi organisasi non profit keberhasilan akan
terlihat dari organisasi tersebut dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam memberikan
pelayanan umum dan melaksa-nakan pembangunan yang dapt diukur dengan mengacu
pada suatu standar tertentu yang telah ditetapkan. Tolak ukur itu ternyata
tidak seluruhnya benar.
Dalam
kenyataannya standar tertentu itu mungkin cocok untuk satu lingkungan
msyarakat, namun tidak cocok untuk lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya
dalam pelaksanan wajib belajar, di masyarakat elite yang cukup terdidik
terutama di perkotaan, pelayanan cukup dilakukan di sekolah, karena anggota
masyarakat selalu berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya dengan memilih
sekolah yang kualitasnya sesuai dengan keinginan dan harapannya. Berbeda dengan
daerah pedesaan yang terpencil dan terasing termasuk desa tertinggal di
perkotaan, pemberian pelayanan umum harus dilakukan dengan mendatangi anggota
masyarakat agar menyekolahkan anak-anaknya.
b.
Obsesi pada
kualitas. Dalam orgnisasi yang menerapkan manajemen mutu terpadu, pelanggan
internal dan ekternal yang menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang
telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level harus
berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan persepektif
”bagai-mana kita dapat melakukannya dengan lebih baik.
Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka
berlaku prinsip good enough is never good
enough. Karakteristik ini harus
diwujudkan oleh pemimpin atau manajer dalam semua fungsi manajemen mulai dari
aktif dalam merumuskan perencanaan yang berorientasi pada kualitas, kemudian
aktif pula membagi pembidangan kerja dan mengatur penempatan personel agar
pelaksanaan pekerjaan mampu menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
c.
Pendekatan ilmiah. Pendekatn ilmiah sangat diperlukan
dalam penerapan manajemen mutu terpadu, terutama untuk merancang pekerjaan dan
dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang dirancang tersebut. Misalnya dalam mengolah data dilakukan
penghitungan dengan statistik, demikian pula dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan menggunakan media dan sarana bertehnologi tinggi.
d. Komitmen
jangka panjang. Manajemen mutu
terpadu merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka
panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan
manajemen mutu terpadu dapat berjalan dengan sukses.
Dalam
organisasi pendidikan manajemen mutu terpadu konsep peningkatan kualitas
melalui kreativitas, inisiatif dan inovasi dalam pembelajaran sangat penting
dalam jangka panjang. Dengan demikian komitmen jangka panjang adalah merupakan
karakter yang harus diimplementasikan dalam lingkungan organisasi pendidikan
atau sekolah.
e. Kerjasama tim. Pemberdayaan sumberdaya manusia dapat
dilakukan melalui penggunaan dan
pengembangan cara bekerja dalam kelompok, agar antar personal dengan personal
yang lainnya bekerja dengan cara saling menunjang, saling isi mengisi atau
saling melengkapi kekurangan atau kelemahan-kelemahan masing-masing. Dengan
bekerja di dalam tim kerja secara efektif, berarti produktifitas dan kualitas
kerja dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan cara dan hasil
kerja individual.
f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memnafaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang
ada perlu diperbaiki secar terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat
makin meningkat.
g. Pendidikan dan pelatihan. Dalam organisasi
yang menerapkan manajemen mutu terpadu pendidikan dan pelatihan merupakan
faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus
belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang
tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang
dalam perusahaan dapat meningkatkan keteram-pilan teknis dan keahlian
profesionalnya.
h. Kebebasan yang terkendali. Dalam manajemen
mutu terpadu keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
unsur tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab karyawan
terhadap keputusan yang telah dibuat.
i.
Kesatuan
Tujuan. Supaya manajemen mutu terpadu dapat diterapkan dengan baik, maka
perusahaan harus memiliki kesatuan
tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan kepada tujuan
yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada
persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya
mengenai upah dan kondisi kerja.
j.
Adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
merupakan hal yang penting dalam penerapan manjemen mutu terpadu. Keterlibtan
karyawan membawa dua manfaat utama. Pertama akan memungkinkan meningkatkan
hasil. Kedua keterlibatan karyawan juga meningkatkan rasa memiliki dan
tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya.
Dikaitkan
dalam dunia pendidika, maka sisini Sekolah diibaratkan sebagai perusahaan yang memiliki
pelanggan primer, sekunder, dan tertier. Pelanggan primer sekolah adalah adalah
siswa, pelanggar sekunder adalah orang tua, dan pelanggar tertier adalah pemerintah
dan masyarakat (Usman. 2006).[1]
Kebutuhan pelanggan harus dipuaskan dari segala aspek, termasuk juga harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu
aktivitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas
yang dihasilkan oleh suatu peruasahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam
rangka peningkatan kualitas hidup pelanggan, semakin tinggi nilai yang
diberikan maka semakin besar pula kepuasan pelanggan
[1] Usman, H. Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar