Tafsir
bi al-Ma’tsur
Tafsir bi al-Ma’tsur adalah menafsirkan al-Qur’an
didasarkan penjelasanpenjelasan al Qur’an yang diperoleh melalui
riwayat-riwayat pada sunnah, hadist maupun atsar, bahkan sebuah ayat al Qur’an
dapat dijelaskan dengan ayat-ayat al Qur’an yang lain.
Karena itu Tafsir bi
al-Matsur disebut juga tafsir bi al-Riwayah, karena didasarkan juga pada
periwayatan-periwayatan. Selain hadist Nabi Saw, atsar sahabat dianggap mampu
menjelaskan ayat al Qur’an karena sahabat Nabi Saw dipandang sebagai orang yang
banyak mengetahui al-Qur’an dan bergaul bersama Nabi Saw, demikian juga para
ulama’ di masa tabi’in yang dianggap juga sebagai orang yang bertemu langsung
dan berguru kepada para sahabat.
Karena itu sumber penafsiran bi-alRiwayah ini dipandang
sebagai penafsiran terbaik terhadap al-Qur’an, karena dianggap lebih terjaga
dari kekeliruan dan penyimpangan dalam menafsirkan al Qur’an. Pada pendekatan tafsir bi al-ma’sur terdapat
beberapa cara untuk menafsirkan ayat alQur’an, yaitu;
1) Penafsiran
ayat dengan ayat al-Quran yang lain Suatu ayat dapat ditafsirkan dengan ayat
yang lain, baik ayat itu kelanjutan dari ayat yang ditafsirkan ataupun ayat
yang menafsirkan berada di surat yang lain.
Misalnya pada surat al ikhlas ayat
pertama yang menjelaskan tentang ketauhidan Allah Swt, ditafsirkan oleh ayat
berikutnya, yaitu ayat kedua, ketiga dan keempat. Namun ayat pertama surat al
Ikhlas tentang ketauhidan ini dapat ditafsirkan (dijelaskan) lagi oleh ayat
yang lain yang berada di surat yang lain. Misalnya surat al Hasyr ( QS 59;22-24)
yang menjelaskan sifat-sifat Allah Swt:
Yang
Artinya : Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib
dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang(22) Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia,
Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang
Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala
Keagungan,
Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan(23)Dialah Allah Yang Menciptakan,
Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih
kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana(24).
2) Penafsirat
ayat al Qur’an dengan hadits Nabi Saw Ayat-ayat al Qur’an lebih banyak bersifat
mujmal(global) dan untuk dipahami tidak bisa berdiri sendiri, karena itu di
sinilah fungsi hadits Nabi Saw sebagai tafsir terhadap ayat-ayat al-Qur’an.
Misalnya ayat tentang perintah sholat yang mujmal tidak menjelaskan tatacara
sholat (S. al Baqarah (SQ 43;43)
Yang Artinya Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan
rukuklah bersama orang-orang yang ruku’. Ayat tersebut kemudian ditafsirkan
oleh hadits Nabi Saw;
Yang Artinya: Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku
sholat, maka apabila telah tiba waktu sholat hendaklah salah seorang di antara
kalian mengumandangkan adzan dan orang yang
lebih tua di antara kalian menjadi imam. (HR Bukhori)
3) Penafsirat
ayat al Qur’an dengan keterangan sahabat-sahabat Nabi saw. Untuk mendapatkan informasi lebih luas
perihal maksud-maksud al Qur’an, setelah memahami sunnah Nabi Saw maka
penjelasan para sahabat juga diperlukan, dikarenakan mereka adalah orang-orang
yang dekat bersama Nabi Saw dan sangat memahami situasi dan kondisi bagaimana
al Qur’an itu diturunkan. Contoh tafsir
terhadap Surat al Baqarah )QS 2: 3):
Yang Artinya
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib… Menurut ibnu abbas
sebagaimana diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalhah bahwa tafsir dari kata yukminuuna adalah yushoddiquuna
(membenarkan). Dan menurut Makmar yang diriwayatkan dari az Zuhri yang dimaksud
yukminuuna adalah iman yang disertai mengamalkan.
Sedangkan menurut Abu Jakfar
ar Razi dari Rabi’ bin Anas yang dimaksud dengan yukminuuna adalah yakhsyauna
yang berarti takut.1 Contoh Tafsir bi al ma’tsur adalah kitab Tafsir Jami’
al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karya Ibnu Jarir at-Thabari, Tafsir al-Qur’an
al-Adzim karya Ibnu Katsir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar