Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Rabu, 12 Juni 2019

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT MASA KONTEMPORER


A.      Sejarah Perkembangan Filsafat pada Masa Kontemporer

Pada masa ini pembicaraan filsafat lebih banyak mebahas dan membicrakan maslah logocentris (kata/kalimat), inipun terjadi pada filosof-filosuf eropa, lain halnya dengan di Amerika lebih bersifat Pragmatis, artinya mereka akan mengambilnya jika filsafat itu menguntungkan bagi mereka.

Perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. 

Aliran-aliran tersebut antara lain: positivisme ialah Paradigma ilmu pengetahuanyang paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan,[1] fenomenologi yakni hanyalah suatu gaya berfikir, bukan suatu mazhab filsafat. Pendapat lain fenomenologi merupakan suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat.[2]
 
Aliran lainnya ada namanya marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme, sedangkan dalam aliran filsafat pendidikan ada namanya Progresivisme (fleksibel artinya lentur tidak kaku, toleran, terbuka maksudnya ingin mengetahuai dan menyelidiki demi pengembangan ilmu), esensialisme yakni kembali ke kebudayaan lama karena banyak melakukan kebaikan bagi manusia, perennialisme memiliki arti kekal tiada akhir, dan konstruksionalisme yakni berusaha membina suatu consensus untuk tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.[3]
 
Menurut A. Comte (1798-1857),[4] pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis, (2) Metafisis, dan (3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak spekulasi metafisik, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan Fisika Sosial sebelum dikenal sekarang sebagai Sosiologi.

Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah lebih mantap dan mapan, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang sesudahnya. 

Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya : Strukturalisme dan Postmodernisme. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya C. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida.[5]
 
Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research). 

Demikian pula hal ada dan keberadaan (ontologi/metafisika) suatu ilmu/sain berkaitan dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu /sain dan kegunaan/manfaat atau implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga menjadi bahasan dalam filsafat ilmu.



[1] Muslim, Mohammad. Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Belukar, 2006), hlm. 77
[2] Hakim, Atang Abdullah dan Saebanu, Bani Ahmad. 2008. Filsafat Umum. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.  87
[3] Djumransjah, H. M. Filsafat Pendidikan. (Malang: Bayumedia, 2006), hlm 175
[4] Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 21
[5] Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar