A. Sejarah
Perkembangan Filsafat pada Masa Kontemporer
Pada
masa ini pembicaraan filsafat lebih banyak mebahas dan membicrakan maslah logocentris (kata/kalimat), inipun
terjadi pada filosof-filosuf eropa, lain halnya dengan di Amerika lebih
bersifat Pragmatis, artinya mereka akan mengambilnya jika filsafat
itu menguntungkan bagi mereka.
Perkembangan
pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar:
rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah
yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan
belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan
aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu.
Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak
spekulasi filsafati dan otonom.
Aliran-aliran
tersebut antara lain: positivisme
ialah Paradigma ilmu pengetahuanyang paling awal muncul dalam dunia ilmu
pengetahuan,[1] fenomenologi yakni
hanyalah suatu gaya berfikir, bukan suatu mazhab filsafat. Pendapat lain
fenomenologi merupakan suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan dan
memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat.[2]
Aliran lainnya ada namanya marxisme,
eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme,
neo-tomisme, sedangkan dalam
aliran filsafat pendidikan ada namanya Progresivisme (fleksibel artinya
lentur tidak kaku, toleran, terbuka maksudnya ingin mengetahuai dan menyelidiki
demi pengembangan ilmu), esensialisme yakni kembali ke kebudayaan lama
karena banyak melakukan kebaikan bagi manusia, perennialisme memiliki
arti kekal tiada akhir, dan konstruksionalisme yakni berusaha membina suatu
consensus untuk tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.[3]
Menurut
A. Comte (1798-1857),[4]
pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis,
(2) Metafisis, dan (3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia
dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan
metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara
ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang
jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian
Comte menolak spekulasi metafisik, dan oleh karena itu ilmu sosial yang
digagas olehnya ketika itu dinamakan Fisika Sosial sebelum dikenal
sekarang sebagai Sosiologi.
Bisa
dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah
lebih mantap dan mapan, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu
alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang
berkembang sesudahnya.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah
aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat,
misalnya : Strukturalisme dan Postmodernisme. Strukturalisme dengan
tokoh-tokohnya misalnya C. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh
Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida.[5]
Kini
oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam
perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih sistematik
dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain),
sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic
of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain
hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research).
Demikian pula hal ada dan keberadaan
(ontologi/metafisika)
suatu ilmu/sain berkaitan dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu
/sain dan kegunaan/manfaat atau
implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga menjadi
bahasan dalam filsafat ilmu.
[1] Muslim, Mohammad. Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Belukar,
2006), hlm. 77
[2] Hakim, Atang Abdullah dan Saebanu, Bani Ahmad. 2008.
Filsafat Umum. (Bandung: Pustaka
Setia, 2008), hlm. 87
[3] Djumransjah, H.
M. Filsafat Pendidikan. (Malang:
Bayumedia, 2006), hlm 175
[4] Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm. 21
[5] Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm. 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar