RESUME
KB 3 MODUL HADIS
TEMA
: AKHLAK MULIA
Misi
utama dan yang pertama kali ditegakkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah menegakkan
tauhid, mengajak manusia hanya menyembah Allah semata, menghapus kemusyrikan
dengan memberantas paganism, watsniyah atau penyembahan terhadap berhala. Misi berikutnya adalah memperbaiki
akhlak manusia yang telah dirusak oleh permusuhan antar suku, penindasan orang
kuat atas orang lemah, penistaan terhadap perempuan dan sebagainya. Beliau
mengajak mereka untuk saling mengasihi, membina persaudaraan, menghormati hak
hidup manusia apapun jenis kelamin dan kebangsaannya. Sudah barang tentu, misi memperbaiki akhlak
hanya dapat dilakukan oleh orang berakhlak mulia pula. Rasulullah bersabda,
yang artinya : Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya“ (HR. Abu Daud).
Imam
Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang darinya timbul perbuatan
dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dari pengertian akhlak seperti yang
dijelaskan oleh Imam Ghazali di atas dapat dikatakan bahwa apabila seseorang
pada dirinya telah tertanam akhlak yang baik seperti sifat dermawan akan lahir
darinya perbuatan gemar memberi tanpa merasa berat hati. Contoh lain adalah
sifat sabar, akan mudah lahir darinya tindakan memaafkan terhadap orang yang
berbuat jahat sekalipun. Begitu juga dari sifat yang bijak akan lahir darinya
perbuatan mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan kemaslahatan.
Dalam
hadis di atas Rasulullah saw menjelaskan bahwa sebaik-baik orang Muslim adalah
yang baik akhlaknya dan mulia sifatnya. Adapun orang yang jelek akhlaknya dan
buruk sifatnya adalah orang-orang jahat. Meskipun mereka mengerjakan shalat,
puasa dan haji, sesungguhnya shalat mereka tidak khusyu, puasanya karena terpaksa,
dan hajinya karena riya. Seandainya semua ibadah itu dilakukan dengan ikhlas
pasti membuahkan akhlak yang mulia, karena shalat yang benar akan mencegah
perbuatan keji dan mungkar, puasa yang ikhlas akan menghasilkan kesabaran dan
kedermawanan, dan haji yang mabrur akan menumbuhkan sifat sabar dan kebaikan
dalam pergaulan serta kesediaan memberi pertolongan. Jadi pertanda ibadah yang
benar yang dilakukan dengan ikhlas adalah terbentuknya akhlak yang mulia.
Karena
itu kita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan
dirinya. Mereka lebih mementingkan perhiasan lahiriyah dengan penambahan
aksesoris seperti pakaian yang bagus, make up yang mewah, kalung emas, cincin
permata, dan lainnya. Sebaliknya ada pula orang-orang yang lebih berupaya
memperbaiki kualitas akhlaknya. Orang yang demikian tidak mengharapkan pujian
kekaguman manusia, namun karena kesadaran agamanya menghendaki demikian dengan
disertai harapan mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Dan
berikut ini merupakan sekelumit pembahasan betapa dahsyat dan agungnya akhlak
yang haruslah kita amalkan agar menjadi insan yang kamil disisi Allah SWT :
1. Islam
Mengutamakan Akhlak
Kalau seorang Muslim beriman kepada
Allah dan meyakini kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rsul-Nya, maka secara
lahiriyah ucapan dan tindakannya harus sejalan dengan keyakinan batinnya
tersebut. Karena itu marilah kita berintrospeksi dan mengkoreksi diri apakah
akhlak kita sudah sejalan dengan keimanan kita.
2. Akhlak Rasulllah SAW
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
salam, Rasulllah yang mulia mendapat pujian langsung dari Allah karena
ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya.
3. Keutamaan
Akhlak
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang amalan yang
paling banyak membuat orang masuk surga. Beliau menjawab: “Takwa kepada Allah
dan Akhlak yang Baik.” Tatkala Rasulullah saw menasehati sahabatnya, beliau
menyertakan nasehat untuk bertakwa dengan nasehat untuk berakhlak yang baik
kepada manusia sebagaimana hadits dari Abu Dzar, ia berkata bahwa Rashulullah
saw bersabda, yang artinya : “Bertakwalah
kepada Allah dimanapun engkau berada dan iringilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik niscaya, kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah
dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi).
Yang
perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk akhlak bukan ditimbang menurut
selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang
dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai buruk
menurut timbangan syari’at atau sebaliknya. Hal ini berarti bahwa semua yang
dilakukan oleh seorang Muslim harus berpatokan pada syari’at.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar