Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Rabu, 12 Juni 2019

PANDANGAN ISLAM TENTANG KEPEMIMPINAN SELFLEADERSHIP DAN SUPERLEADERSHIP


Kalau bicara masalah pemimpin dalam Islam tentunya tentunya tak akan jauh  jauh dari junjungan kita, nabi kita Rasullah Muhammad SAW. Beliau adalah sosok pemimpin yang teramat sangat ideal dan tak ada tandingannya di dunia ini. Kalau mau mencari pemimpin, maka lihatlah apakah sifat sifatnya sesuai atau tidak dengan nabi Muhammad SAW. 

Dalam maslah kepemimpinan baik dalam memimpin diri sendiri, keluarga, Negara, maupun agama beliaulah contoh terbaik sepanjang masa. Bahkan sebelum beliau menjadi nabi tanda tanda kepemimpinannya sudah sangat tampak. Ini terlihat pada sat beliau dimintai pendapat oleh para pemuka bangsa Quraisy ketika mereka berselisih tentang siapa yang akan mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya yang semula. Kemudian dengan bijaksana beliau meletakkan Hajar Aswad diatas sorban, kemudian setiap pemuka bangsa Quraisy diminta untuk memegang sisi –sisnya untuk bersama – sama meletakkan kembali Hajar Aswad di tempatnya semula. Dari sini bisa dilihat betapa bijaksananya beliau ketika masih muda sekalipun dan karena peristiwa inilah oleh bangsa Quraisy pada masa itu beliu dijuluki “ Al Amin ” yang artinya orang yang dapat dipercaya.[1]

Begitu banyaknya keteladanan yan dapat diambil dari beliau untuk menjdi seorang pemimpin yang ideal. Oleh karena itulah sangatlah sulit menjadi pemimpin yang ideal dan untuk ukuran manusia saat ini tidakalah mungkin bisa mencontoh sepenuhnya kepemimpinan Rasulullah. Oleh karena itulah dari sifat – sifat rasulullah minimal ada 6 hal yang harus dimilik oleh seorang pemimpin yang ideal.

1.      Kejujuran
Ini dalah modal utama dari seorang pemimpin agar bawahannya percaya sepenuhnya terhadap kepemimpinannya. Ini jugalah modal Rasulullah sehingga dakwahnya diterima oleh orang – orang terdekat beliau karena sejak muda beliau suda mendapat julukan Al Amin. Bila kejujuran merupakan syarat seorang pemimpin yang ideal, pertanyaannya adalah sudah jujurkah kita selama ini? Dalam mengerjakan tugas apakah masih mbacem? Dalam kuis, UTS, UAS masihkah kita menjunjung tinggi yang namanya kejujuran itu ?
Mungkin banyaknya kebobrokan, kebobrokan di negeri adalah hasil dari ketidakjujuran, ketidakjujuran kecil yang lama, kelamaan menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya merugikan bangak orang seperti korupsi, money politik, mark up dan masih banyak lagi yang lainnya. Oleh karena itulah untuk merubah negeri ini rubahlah dulu diri kita agar selalu menjunujung tinggi kejujuran kapanpun dan dimanapun kita berada. Marilah kita mulai untuk menjaga kejujuran itu dari hal kecil dan lakukan mulai dari sekarang.

2.      Cakap dan cerdas
Sebuah keniscayaan bahwa seorang pemimpin haruslah cakap dan cerdas. Sebuah suri tauladan Rasulullah mengenai kecerdasan dan kecakapan beliau ketika berdakwah adalah ketika awal awal menerima wahyu beliau tidak langsung berdakwah kepada orang banyak akan tetapi beliau memulai dakwahnya dari orang - orang terdekat beliau. Inilah bentuk kecerdasan Rasulullah dalam berdakwah, bayangkan saja jikalau Rasulullah setelah menerima wahyu langsung mengumumkan langsung kepada orang banyak bahwa dirinya adalah seoarang nabi pastilah semuanya akan menganggap beliau gila. Akan tetapi beliau tidak begitu, dakwahnya dimulai dari orang orang terdekat dahulu agar pada saat menyampaikan kepada orang orang tidak terlalu mengenal beliau lebih dipercaya karena beliau sudah punya banyak pendukung.

3.      Inovatif dan berwawasan luas
Seorang pemimpin yang ideal haruslah inovatif dan berwawasan luas, ini berarti bahwa seorang pemimpin haruslah punya pandangan yang luas tentang apa yang dipimpinnya ke depannya. Apakah akan lebih baik, sama dengan yang sebelumnya ataukanh akan lebih buruk kondisinya? Karena sesungguhnya apabila hari ini lebih baik dari hari kemarin maka itu adalah suatu keuntungan, dan apabila sama maka adalah kerugian, apalagi jikalau lebih buruk, maka celakalah.

4.      Tegas, tapi rendah hati
Ketegasan haruslah dimiliki oleh seorang pemimpin ideal. Ketegasan di sini haruslah ketegasan yang bijaksana artinya ketegasan haruslah sesuai dengan situasi dan kondisi.

5.      Pemberani tapi bersahaja
Seorang pemimpin haruslah pemberani. Berani disini tidaklah hanya berani untuk melakukan sesuatu akan tetapi juga harus berani menanggung akibat dari apa yang dilakukannya tersebut. 

6.      Punya kondisi fisik yang bagus
Seorang pemimpin tentunya harus punya kondisi fisik yang bagus agar bisa menjalankan fungsi kepemimpinnya secara maksimal. Ini dbutuhkan Karena tidak jarang seorang pemimpin itu harus turun sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh bawahannya. Dari segi pemikiran juga dibutuhkan kondisi fisik yang kuat. Peribahasa mengatakan bahwa “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”.[2]
Mengutip firman Allah SWT surat al-Maidah ayat 55 yang berbunyi:
    
Artinya: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).[3]

Sesuai dengan ayat di atas ada beberapa kriteria seseorang bisa dipilih menjadi pemimpin, antara lain :
a)    Beriman kepada Allah SWT. karena ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rosulullah SAW. Sedangkan rosulullah adalah pelaksana kepemimpinan Alla SWT. Maka yang pertama kali harus dimiliki oleh penerus kepemimpinan beliau adalah keimanan (kepada Allah, Rosulnya dan rukun iman yang lainnya). Tanpa keimanan kepada Allah dan Rasulnya bagaimana mungkin ia dapat diharapkan memimpin umat menempuh jalan Allah dipermukaan bumi ini.
b)   Mendirikan shalat. Shalat adalah ibadah vertikal kepada Allah SWT. Seorang pemipin yang mendirikan shalat diharapkan memiliki hubungan yang baik dengan Allah SWT. Diharapkan nilai-nilai kemulyaan dan kebaikan dalam shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya. Misalnya nilai kejujuran. Apa wudlu seorang imam shalat batal, sekalipun tidak diketahui orang lain dia akan mengundurkan diri dan siap digantikan orang lain, karena dia sadar dia tidak berhak lagi menjadi iman.
c)    Membayar zakat. Zakat adalah ibadah mahdhah yang merupakan simbol kesucian dan kepedulian sosial. Seorang pemimpin yang berzakat ditetapkan diharapkan selalu berusaha menyucikan hati dan hartanya. Ia tidak akan mencari dan menikmati harta dengan cara yang tidak halal. Lebih dari itu ia memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap kaum dhuafa’ dan kaum mustadhafin. Ia akan menjadi pembela orang-orang lemah.
d)   Selalu tunduk patuh kepada Allah SWT. Dalam ayat di atas juga disebutkan pemimpin itu haruslah orang yang ruku’  (wahum rooki’un). Ruku’ adalah simbol kepatuhan kepada Allah dan Rasul Nya yang secara yang secara konkrit dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kaffah (totalitas) baik dalam aspek akidah, ibadah, akhlaq maupun muamalah.[4]

Dalam Islam kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat perhatian yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan untuk memiliki pemimpin, bahkan perkumpulan dalam kecil sekalipun.


[[1]] Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogjakarta: Gajah Mada, 1993), hlm. 102
[[2]] Rivai, Veithzal. Islamic Leadership. (Jakarta: Bumiaksara, 2009), hlm. 86
[[3]] Al Qur’an dan Terjemahannya, Departeman Agama RI (Jakarta 2000) hlm. 455
[[4]] Rivai, Veithzal ,. Islamic Leadership, (jakarta: Bumi Aksara 2009), hlm 12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar