Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Sabtu, 29 Juni 2019

MUNAFIK

SEKILAS TENTANG MUNAFIK


Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda bahwa pada hakekatnya takwa itu berada di dalam hati. Meskipun demikian takwa itu harus diimplementasikan atau diwujudkan dalam perbuatan lahiriyah. Orang yang dalam hatinya ada keimanan dan ketakwaan dan telah bersaksi akan kebenaran ajaran Islam tetapi tidak mengamalkannya disebut Fasiq. Sebaliknya orang yang secara lahiriyah memperlihatkan ketaatan dengan mengaku beriman secara lisan dan mengamalkan ibadah, tetapi dalam hati dia mengingkari semua itu. 


Secara harfiah, kata munafiq berasal dari kata NAFAKA yang salah satu artinya adalah lubang tikus di dalam tanah, yang memilki dua pintu, pintu pertama terlihat, sedang pintu kedua tidak terlihat. Tikus itu bisa masuk dari pintu yang terlihat lalu keluar dari pintu yang tidak terlihat. Begitu pula seorang munafik seolah-olah masuk ke dalam Islam, tetapi dia keluar dari Islam melalui pintu yang tersembunyi. Secara etimologi atau istilah, munafik adalah orang yang menyembunyikan akidah kekafirannya dan menampakkan keimanannya secara lahiriyah dengan kata-kata.


Orang-orang munafik sangat dibenci oleh Allah dan Rasulullah, karena merupakan musuh dalam selimut bagi kaum Muslimin. Mereka berpura-pura menjadi pengikut Rasulullah tetapi tidak mau berjuang bersamanya, bahkan bersekutu dengan musuh dan memberi informasi-informasi rahasia kaum Muslimin kepada musuh. Orangorang munafik diancam akan disiksa di dasar neraka. Berikut ini kita akan pelajari hadis Rasulullah terkait dengan ciri-ciri atau tandatanda orang munafik.


Terjemahnya Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya dia berkhianat (HR. Muslim)


Penjelasan Hadis  Sebagian ulama menganggap bahwa hadis ini musykil, sulit untuk dijelaskan, karena sifat-sifat dusta, ingkar janji, atau khiyanat mungkin saja ada pada diri seorang Muslim. Namun demikian para ulama bersepakat bahwa orang yang membenarkan ajaran Islam dengan hati dan lisannya, tetapi melakukan perbuatan-perbuatan tersebut tidak dinyatakan sebagai kafir ataupun munafik yang akan dihukum kekal di neraka.  Meskipun demikian para ulama berbeda pendapat megenai makna hadis ini. Sebagian besar berpendapat bahwa sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat orang munafik, siapapun yang memiliki sifat demikian, dia menyerupai seorang munafik dan berakhlak dengan akhlak seorang munafik, karena sesungguhnya kemunafikan adalah menampakan apa yang berbeda dari apa yang disembunyikan. Dan hal itu ada pada orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.


Maka kemunafikannya dirasakan oleh orang yang mengajaknya berbicara, diberi janji olehnya, dan yang memberinya amanat. Kemunafikan seperti ini adalah munafik perbuatan bukan munafik dalam hal akidah. Kemunafikan seperti ini tidak diancam dengan kekal berada di dasar api neraka. Mengenai jumlah sifat-sifat munafik yang berbeda pada dua hadis di atas, hal itu tidak menjadi persoalan, karena suatu sifat bisa melahirkan sifat-sifat lainnya. Seperti sifat ingkar janji, dapat terbentuk darinya sifat menghindar dari kesepakatan yang telah dibuat.  Sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang dari segi perbuatan-perbuatannya disebut munafik adalah orang yang sebagian besar perbuatannya berupa dusta, ingkar janji, dan khiyanat. Adapun orang yang hanya sesekali melakukan perbuatan tersebut tidak termasuk munafik.


Menurut al-Turmudzi, orang-orang munafik pada zaman Rasulullah menyatakan keimanan mereka tetapi mereka berdusta, mereka diberi amanat untuk menjalankan agama tetapi mereka mengkhiyanatinya, dan mereka berjanji untuk menolong agama tetapi mereka mengingkarinya. Karena itu al-Khattaby mengatakan bahwa hadis ini merupakan peringatan atas kaum Muslimin agar tidak terbiasa mengamalkan sifat-sifat tersebut yang dikhawatirkan akan menyeretnya kepada kemunafikan yang sebenarnya.2 Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita dengar kata munafik.


Kata munafik mungkin kita anggap tidak begitu kasar di telinga kita, karena kata itu jarang dipublikasikan di media massa. Namun sebenarnya munafik adalah suatu sifat seseorang yang sangat buruk yang bisa menyebabkan orang itu dikucilkan dalam masyarakat. Hadits Nabi Muhammad saw diatas menegaskan bahwa tanda-tanda munafik adalah: 

1.   Dusta

Berdusta adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Berdasarkan hadis di atas, apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita telah memiliki satu ciri orang yang munafik. Contoh berdusta dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti saat menerima telepon lalu kita katakan kepada si penelpon bahwa orang yang dicarinya tidak ada, padahal sesungguhnya orang itu ada. Kebiasaan dusta seperti ini meskipun tampak ringan akibatnya, tetapi kalau dibiasakan akan merembet kepada dusta-dusta atas perkara penting dan berakibat pada bahaya besar. Pepatah mengatakan  رأس الذنوب الكذب pangkal dari dosa-dosa adalah dusta. Karena itu Rasulullah saw memperingatkan umatnya untuk menjauhi dusta, karena dusta akan membawa pelakunya kepada perbuatanperbuatan fujur (dosa), dan perbuatan-perbuatan fujur itu akan membawa ke neraka (Hadis Riwayat Muslim).

2.   Ingkar Janji

Perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain terkadang harus kita lakukan. Apabila janji yang telah disepakati tidak kita penuhi tanpa alasan yang dapat dibenarkan, maka kita telah ingkat janji. Kemajuan di bidang ekonomi yang telah diraih oleh negara-negara maju, antara lain didukung oleh komitmen yang tinggi dari warganya untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang telah disepakati. Sebaiknya bangsa-bangsa yang rendah komitmennya untuk menepati perjanjian atau kesepakatan kerja akan jatuh sebagai bangsa yang terbelakang.

3.   Khianat

Di antara ketiga sifat munafik yang tersebut dalam hadis di atas, khianat dapat dikatakan paling berat akibat buruknya dibandingkan dengan sifat dusta dan tukang ingkar janji. Orang yang berkhianat akan dihukum oleh masyarakat dengan dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan lagi, bahkan bisa dikenai hukuman penjara, apabila pengkhianatannya menimbulkan kerugian atau bahaya pada negara seperti menjadi mata-mata bagi pihak asing, atau seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatanya untuk menyelewengkan uang pajak. 

4.   Melampaui batas

Permusuhan atau persengketaan mungkin saja terjadi antara sesama Muslim atau antara Muslim dan non Muslim. Bila hal itu terjadi seorang Muslim yang sedang terlibat permusuhan atau persengketaan dengan orang lain dan sedang memendam amarah kepadanya tetap diharuska berlaku adil terhadap musuhnya. Dia tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas seperti menyebar fitnah atasnya, membeberkan aib atau keburukan orang yang sedang menjadi musuhnya itu kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Kalau hal itu dia lakukan, dia telah berbuat kemunafikan.   


Patut kita renungkan salah ayat dalam surat al-Maidah yang berbunyi:

Artinya: Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwaah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Maidah:8) Begitulah akhlak seorang Muslim, meskipun terhadap musuh, dia harus berlaku adil, dia tidak boleh melakukan apa-apa tidak relevan dengan pokok permasalahan yang menyebabkan permusuhannya dengan orang lain. 


Cercaan Terhadap Orang Munafik Dalam al-Qur’an terdapat satu surat yang dinamai al-Munafiqun. Dinamai demikian karena surat yang hanya terdiri dari 11 ayat itu, 8 ayat diantaranya membicarakan sikap dan perilaku orang-orang munafik. Pada ayat pertama Allah swt mengungkap kebohongan orang-orang munafik berpura-pura mengakui kerasulan Muhammad saw. Dalam ayat itu dikatakan: Apabila orang-orang munafik datang


kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Ayat ini menunjukan bahwa orang-orang munafik hanya berolok-olok tentang Islam, karena apa yang mereka katakana melalui lidah mereka berkebalikan dengan keyakinan mereka yang tersembunyi di dalam hati mereka.


Ayat kedua menjelaskan kelicikan mereka, mengapa mau memberikan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah Rasululah. Dalam ayat tersebut dikatakan “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan“. Yang dimaksud perisai adalah sumpah mereka bahwa mereka beriman hanyalah siasat untuk menjaga harta dan diri mereka supaya tidak dibunuh atau ditawan atau dirampas harta mereka. Kemudian al-Qura’an menggambarkan hati orang-orang munafik yang teah terkunci sehingga mereka tidak dapat menangkap kebenaran dan mengimaninya. AlQur’an berujar: “Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti“.


Lalu al-Qur’an mengingatkan orang-orang yang beriman agar tidak terjebak oleh pesona lahiriyah orang-orang munafik, dengan mengatakan “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Padahal mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka.


Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?“ Yang dimaksud bahwa mereka seolah-olah kayu yang tersandar adalah meskipun tubuh-tubuh mereka bagus akan tetapi jiwa dan otak mereka kosong sehingga tidak dapat memahami kebenaran. Sebagai bukti ketidakmampuan mereka memahami kebenaran diungkap dalam ayat berikutnya. “Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri“.


Maka sebagai akibatnya, Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan memberi petunjuk kepada mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. “Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik“. Kemudian digambarkan kebusukan sikap orang-orang munafik ketika mereka mencoba memecah persatuan umat Islam, dan berusaha menjauhkan umat Islam dari Rasulullah saw. “Mereka adalah orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)."


Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.  Setelah terungkap kebusukan sikap mereka terhadap Rasulullah dan umat Islam, akibatnya mereka sendiri merasa ketakutan “Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Dan kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.“


Keburukan sikap orang-orang munafik juga diceritakan dalam sebuah hadis berikut ini:

Artinya: Diceritakan oleh Abu Said al-Khudry, bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah saw. selalu tidak ikut serta bila Nabi saw. pergi berperang. Mereka bergembira-ria dengan ketidakikutsertaan mereka bersama Rasulullah saw. Lalu apabila Nabi saw. telah kembali, mereka mengemukakan alasan kepada beliau sambil bersumpah dan berharap mendapatkan pujian dengan apa yang tidak mereka perbuat.


Maka turunlah (ayat 188 surat Ali Imron): Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang bergembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamum menyangka mereka akan lepas dari siksa. (HR Muslim)   Keburukan-keburukan sifat orang-orang munafik juga disebutkan dalam surat alBaqarah ayat 8 sampai 20.


Dalam ayat-ayat tersebut antara lain disebutkan bahwa orangorang munafik adalah orang-orang yang dalam hati mereka ada penyakit, lalu penyakit itu terus bertambah. Mereka adalah orang-orang yang membuat kerusakan di tengah masyarakat, tetapi mereka tidak mengakuinya. Mereka memperolok-olok kaum Muslimin dengan menganggap mereka sebagai orang-orang bodoh, padahal merekalah yang dibiarkan oleh Allah terombang-ambing dalam kesesatan. 


Mereka diibaratkan sebagai orang yang menyalakan api untuk penerangan, tetapi kemudian api itu dipadamkan oleh Allah sehingga mereka tidak dapat melihat karena gelap. Mereka diibaratkan pula sebagai orang yang tuli, bisu dan buta sehingga mereka sama sekali tidak mampu berkomunikasi dengan lain karena ketiga alat komunikasi itu telah dimatikan, dan akibatnya mereka tidak menemukan kebenaran. 


@menzour_id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar