Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Senin, 10 Juni 2019

LANGKAH LANGKAH DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR


Sebelum adanya suatu pemecahan masalah kesulitan belajar, perlu diadakannya identifikasi. Upaya ini disebut dengan diagnostik. Ada banyak langkah-langkah diagnostik, salahsatunya adalah prosedur Weerner dan Senf,[1] diantaranya:
1.         Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
Dengan cara menandai siapa siswa yang diduga mengalami kesulitan. Contohnya di dalam kelas guru sudah menandai Ojan misalnya sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Diantaranya dapat dilihat dari :
a.      Hasil belajar Sejarah yang dicapai  Ojan lebih rendah dibawah rata-rata.
b.     Hasil belajar Sejarah yang dicapai Ojan sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya.
c.      Hasil belajar Sejarah yang dicapai oleh Ojan tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
d.     Lambatnya Ojan dalam melakukan tugas-tugas belajar.
e.      Ojan menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
f.      Ojan menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
g.     Ojan menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
2.      Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Berkaitan dengan mengidentifikasi secara fisik. Dimana guru juga harus peka akan hal ini. Karena pada dasarnya setiap siswa memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda dalam penglihatan dan pendengarannya dalam proses pembelajaran. Contohnya siswa Ojan diidentifikasi penglihatan dan pendengarannya oleh gurunya di kelas, daranya dengan:
a.   Identifikasi penglihatan: Guru melakukan pengujian penglihatan kepada Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk duduk dari jajaran paling depan sampai jajaran paling belakang.
b.     Identifikasi pendengaran: Guru melakukan pengujian pendengaran kepada Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk duduk dari jajaran paling depan sampai jajaran paling belakang. Serta guru harus menyesuaikan volume suaranya.
3.    Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
Hal itu berkaitan dengan latar belakang dan faktor penyebab. Menurut Umar dan Sartono,[2] mengungkapkan latar belakang kesulitan, dengan cara :
a.      Menganalisis dokomen-dokumen tentang siswa yang bersangkutan yang mencakup : identitas pribadi, riwayat pendidikan, prestasi belajar, latar belakang kehidupan keluarga, bakat dan minatnya, kecerdasan, cita-citanya, pribadi serta lingkungannya ( social dan kulturalnya), kesehatan dan hobinya dst.
b.     Melakukan wawancara dengan siswa, orang tua siswa yang bersangkutan, dst.
1.      Memeberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
Tes dalam bidang tertentu misalnya dalam bidang mata pelajaran Sejarah dengan materi Hindu-Budha yang diberikan kepada Ojan berupa soal-soal Pilihan Ganda dan soal Esay
2.      Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Biasanya dalam sekolah mengadakan tes psikologi yang dibantu oleh klinik psikologi dalam mengukur kemampuan intelegensi (IQ) siswa termasuk Ojan. Selain itu juga bisa dilakukan sendiri-sendiri, sesuai dengan pernyataan bahwa “untuk keperluan tes IQ, guru dan orangtua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi”. Dari hasil tes tersebut dapat ditindak lanjuti berkaitan pemecahan masalah sesuai dengan kesulitan belajar siswa.[3] 
Adapun langkah-langkah yang lainnya dalam diagnosis kesulitan belajar siswa dan pembelajaran remedial dalam materi operasi pada pecahan bentuk Aljabar sebagai berikut, dalam hal ini mungkin tidak menutup kemungkinan digunakan dalam diagnosis kesulitan belajar siswa dan pembelajaran remedial dalam pelajaran yang lainnya :
a.       Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
b.      Melakolisasi letak kesulitan (permasalahan).
c.       Identifikasi penyebab kesulitan belajar.
d.      Menentukan bantuan dengan pembelajaran remedial.
e.       Tindak lanjut dari pembelajaran remedial.


[1] Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 187
[2] Umar, HM dan Sartono.  Bimbingan dan Penyuluhan. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 55
[3] Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 175

Tidak ada komentar:

Posting Komentar