Sebelum
adanya suatu pemecahan masalah kesulitan belajar, perlu diadakannya
identifikasi. Upaya ini disebut dengan diagnostik. Ada banyak langkah-langkah
diagnostik, salahsatunya adalah prosedur Weerner dan Senf,[1]
diantaranya:
1.
Melakukan
observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
Dengan
cara menandai siapa siswa yang diduga mengalami kesulitan. Contohnya di dalam
kelas guru sudah menandai Ojan misalnya sebagai siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Diantaranya dapat dilihat dari :
a. Hasil belajar Sejarah yang
dicapai Ojan lebih rendah dibawah rata-rata.
b. Hasil belajar
Sejarah yang dicapai Ojan sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya.
c. Hasil belajar
Sejarah yang dicapai oleh Ojan tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan.
d. Lambatnya Ojan
dalam melakukan tugas-tugas belajar.
e. Ojan
menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar
dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
f. Ojan
menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang
sebelum waktunya, dst.
g. Ojan
menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung,
suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa
khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Berkaitan
dengan mengidentifikasi secara fisik. Dimana guru juga harus peka akan hal ini.
Karena pada dasarnya setiap siswa memiliki kelebihan dan kelemahan yang
berbeda-beda dalam penglihatan dan pendengarannya dalam proses pembelajaran.
Contohnya siswa Ojan diidentifikasi penglihatan dan pendengarannya oleh gurunya
di kelas, daranya dengan:
a. Identifikasi penglihatan: Guru
melakukan pengujian penglihatan kepada Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk
duduk dari jajaran paling depan sampai jajaran paling belakang.
b. Identifikasi pendengaran: Guru
melakukan pengujian pendengaran kepada Ojan dengan cara memindahkan Ojan untuk
duduk dari jajaran paling depan sampai jajaran paling belakang. Serta guru
harus menyesuaikan volume suaranya.
3. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk
mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
Hal itu
berkaitan dengan latar belakang dan faktor penyebab. Menurut Umar dan Sartono,[2]
mengungkapkan latar belakang kesulitan, dengan cara :
a. Menganalisis dokomen-dokumen tentang
siswa yang bersangkutan yang mencakup : identitas pribadi, riwayat pendidikan,
prestasi belajar, latar belakang kehidupan keluarga, bakat dan minatnya,
kecerdasan, cita-citanya, pribadi serta lingkungannya ( social dan
kulturalnya), kesehatan dan hobinya dst.
b. Melakukan wawancara dengan siswa,
orang tua siswa yang bersangkutan, dst.
1.
Memeberikan
tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan
belajar yang dialami siswa.
Tes dalam
bidang tertentu misalnya dalam bidang mata pelajaran Sejarah dengan materi
Hindu-Budha yang diberikan kepada Ojan berupa soal-soal Pilihan Ganda dan soal
Esay
2. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya
kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Biasanya
dalam sekolah mengadakan tes psikologi yang dibantu oleh klinik psikologi dalam
mengukur kemampuan intelegensi (IQ) siswa termasuk Ojan. Selain itu juga bisa
dilakukan sendiri-sendiri, sesuai dengan pernyataan bahwa “untuk keperluan tes
IQ, guru dan orangtua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi”. Dari
hasil tes tersebut dapat ditindak lanjuti berkaitan pemecahan masalah sesuai
dengan kesulitan belajar siswa.[3]
Adapun
langkah-langkah yang lainnya dalam diagnosis kesulitan belajar siswa dan
pembelajaran remedial dalam materi operasi pada pecahan bentuk Aljabar sebagai
berikut, dalam hal ini mungkin tidak menutup kemungkinan digunakan dalam
diagnosis kesulitan belajar siswa dan pembelajaran remedial dalam pelajaran
yang lainnya :
a.
Identifikasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
b. Melakolisasi letak kesulitan
(permasalahan).
c.
Identifikasi penyebab kesulitan
belajar.
d. Menentukan bantuan dengan
pembelajaran remedial.
e.
Tindak lanjut dari pembelajaran
remedial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar