Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni “faktor intern siswa dan faktor
ekstern siswa”.[1]
1.
Faktor
intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
a. yang bersifat kognitif (ranah
cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siwa;
b. yang bersifat afektif (ranah rasa),
antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c. yang bersifat psikomotor (ranah
karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan
pendengar (mata dan telinga).
2.
Faktor
ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi.
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/ masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan
kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak
gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat
belajar yang berkualitas rendah.
3.
Faktor
Specific (khusus)
Adapun ada faktor khusus yang ikut
mempengaruhi kesulitan belajar siswa. Faktor khusus atau dapat dikatakan
sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar).
Yang menurut Reber. Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang
muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan
belajar itu terdiri atas:[2]
a.
Disleksia (dyslexia), yakni
ketidakmampuan belajar membaca.
b. Disgrafia (dysgraphia), yakni
ketidakmampuan belajar menulis.
c.
Diskalkulia (dyscalculia),
yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Perlu
diketahui, bahwasannya siswa yang mengalami sindrom ini memiliki potensi IQ
yang normal. Selain itu siswa yang mengalami sindrom bahkan mempunyai IQ diatas
rata-rata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar