Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Selasa, 11 Juni 2019

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


a.      Pengertian Kepemimpinan
Menurut pendapat Yukl[1] ”Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.”
Dalam kepemimpinan ini mencakup upaya yang tidak hanya mempengaruhi dan memfasilitasi pekerjaan kelompok atau organisasi yang sekarang tetapi dapat juga digunakan untuk memastikan bahwa semuanya dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan.
Menurut Adair[2]” Kepemimpinan adalah seni memengaruhi sekelompok orang untuk mengikuti suatu alur kegiatan, seni mengendalikan mereka, mengarahkan mereka, dan membuat mereka mengeluarkan potensi terbaik.” Kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi bawahan dan berkaitan dengan manajem untuk menggerakkan orang-orang agar dapat bekerja dengan segenap potensi yang dimiliki dalam mencapai tujuan organisisi.
Menurut Robbins[3] ”Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok untuk mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan tertentu.” Selanjutnya menurut Hampton[4] menegaskan bahwa ”Kepemimpinan merupakan kreativitas kesanggupan mempengaruhi dan memotivasi pihak lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam kreativitas seni pemimpin adalah seni membangun lembaga, mengerjakan orang dan teknologi, mengatur serta mempertahankannya.”
Maka kaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah di sini adalah kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi, memotivasi, memberikan contoh dan teladan terhadap guru dalam mencapai tujuan pendidikan.
Yang perlu diingat bahwa pemimpin menjadi pemberi inspirasi, motivasi, dorongan, penggerak dan semangat serta gagasan baru, hal ini sependapat dengan Wirawan[5] bahwa ” Inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan ide-ide baru untuk memecahkan masalah yang dihadapi mencapai peluang atau memproduksi produk baru.” Untuk mencapai tujuan, pemimpin mengadakan dan memanfaatkan hal-hal yang dapat membantu bawahan. Hal-hal tersebut adalah dapat berupa sarana bendawi seperti alatalat, modal, tanah, kendaraan, gedung dapat pula berupa sarana non bendawi seperti peraturan, cita-cita yang dicanangkan, instruksi yang dikeluarkan dan lain-lain.
Menurut pendapat Sanusi[6] ”Kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan.”
Dalam perkembangan sekarang, keberhasilan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orangorang yang diangkat atau diserahi tanggung jawab sebagai pemimpin dimasyarakat atau dalam suatu organisasi. Para pemimpin harus memiliki keterampilan dan sifat-sifat yang baik sebagai syarat bagi seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
Selanjutnya menurut Syafaruddin[7] “ Pemimpin adalah seorang yang dipercaya dengan kemampuannya diakui sebagai pemimpin ditengahtengah masyarakat.” Berarti dalam setiap situasi yang bagaimanapun, proses kepemimpinan atau aktivitas pemimpin dapat berlangsung di industri, organisasi pemerintah, organisasi politik, bisnis maupun pada kegiatan pendidikan di sekolah.
Menurut Siagian[8] menjelaskan bahwa “Kepemimpinan merupakan penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita, dan semangat kebangsaan dalam mengatur, mengendalikan, dan mengelola sebuah organisasi.”
Sedangkan menurut Sudarman Danin[9] “Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
 Sebagai pemimpin lembaga organisasi sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola, dimana dalam mengelola organisasi sekolah membutuhkan keterampilan kepemimpinan. Kemampuan mengelola dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna[10] merumuskan kemampuan mengelola sebagai ”Proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.”
Menurut Soepardi[11] kemampuan mengelola sebagai ”Kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efesien” .
Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengelola sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristik, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi, oleh sebab itu peran kepala sekolah dalam kepemimpinannya harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, hal tersebut sesuai dengan pandangan Wirawan[12] ”Bahwa pada prakteknya seorang pemimpin seperti kepala sekolah merupakan orang yang komunikatif dan menganggap komunikasi sangat menentukan keberhasilan kepemimpinannya”.
 Beberapa ahli dalam mengemukakan pendapatnya bahwa kepemimpinan memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan keahlian dibidangnya masing-masing. Seperti yang dikemukakan oleh Mardjin Syam[13]
Kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah keseluruhan tindakantindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau pendapat yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian bimbingan (pimpinan) atau teladan dan pemberian jalan yang mudah (fasilitas) dari pada pekerjaan orang-orang yang terorganisisr formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat pakar di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Kepemimpinan adalah Proses untuk mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi orang lain untuk memahami tugas yang dilakukan serta memfasilitasi upaya individu dan kolektif dalam mencapai tujuan.
2.      Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi bawahan dan untuk mengikuti suatu alur kegiatan, seni mengendalikan dan seni mengarahkan sesuai dengan potensi yang dimiliki serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan.
b.    Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan menurut Soekarto Indrafachrudi[14] ”Adalah tiaptiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan.” Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin, yang mengemban kewenangan profesi dimana selaku pimpinan bertugas untuk mengarahkan dan membimbing tenaga-tenaga kependidikan.
Dengan demikian kepala sekolah tidak terlepas dari tuntutan penguasaan kemampuan kepemimpinan profesional dibidang pendidakan. Potensi kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki gagasan yang dapat dihormati guru dan tata usaha.
Menurut Soetopo dan Soemanto yang dikutif Syafaruddin menjelaskan :
Kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela”. Didalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan oleh para pemimpin (Rektor, dekan, direktur, kepala sekolah/madrasah, pimpinan pesanteren). Harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi pendidikan, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya[15].

 Sebagai pemimpin pendidikan, maka kepala sekolah adalah tergolong pemimpin resmi (formal leader) atau pemimpin sebagai kedudukan (status leader). Dalam kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan yang resmi sehingga dia bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan, kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan serta hubungan dengan masyarakat, disamping tugasnya dalam supervisi pendidikan dan pengajaran.
Menurut Dirawat yang dikutif syafaruddin, ”Kepemimpinan pendidikan adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agar supaya tercapai tujuan secara efektif dan efisien.”[16]
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan yang dijalankan oleh kepala sekolah atau pimpinan lembaga pendidikan lainnya mengandung unsur-unsur yaitu :1) proses mempengaruhi para guru, pegawai dan murid-murid serta pihak terkait, (komite sekolah dan orang tua murid), 2) pengaruh yang diberikan dimaksudkan agar orang lain melakukan tindakan yang diinginkan, 3) berlangsung dalam organisasi sekolah untuk mengelola aktifitas belajar dan mengajar, 4) kepala sekolah yang diangkat secara formal oleh pejabat kependidikan atau yayasan bidang pendidikan, 5) tujuan yang akan dicapai melalui proses kepemimpinannya yaitu tercapainya tujuan pendidikan lulusan berkepribadian baik dan berkualitas tinggi, 6) aktivitas kepemimpinan lebih banyak orientasi hubungan manusia dari pada mengatur sumber daya material.
Kepemimpinan kepala sekolah berarti proses membina hubungan timbal balik antara pemimpin dengan yang dipimpin dengan mengandalkan kemampuan komunikasi interpersonal sehingga terjalin hubungan pengertian dan kerja sama antara personil sesuai dengan tugas yang ditetapkan di sekolah. Peranan interpersonal ini sejalan dengan berfungsinya peranan pengambilan keputusan dalam kegiatan seorang kepala sekolah disamping peranan informasional kepada para anggota organisasi.
c.  Kualitas Kepemimpinan
Istilah kualitas atau mutu merupakan terjemahan yang sama dari kata quality. Pengertian kualitas terus berubah dari waktu kewaktu sejalan dengan tuntutan perubahan itu sendiri, sehingga konsep kualitas sering disebut sebagai konsep yang dinamis. Apa yang kita pahami sebagai konsep kualitas yang berlaku sekarang belum tentu tepat untuk lima tahun atau sepuluh tahun mendatang. Oleh karena itu merumuskan tentang konsep kualitas sebaiknya selalu ditinjau ulang dari waktu kewaktu.
Menurut Depdiknas[17] “ Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. “ Sedangkan menurut Sallis[18] “Konsep kualitas dapat dipahami dari tiga sisi yakni (1) mutu sebagai sebuah konsep yang absolut, (2) konsep relatif tentang mutu, (3) definisi mutu menurut pelanggan.” Kualitas sebagai konsep absolut sering banyak digunakan orang dalam percakapan sehari- hari.
Seseorang sering menggunakan konsep tersebut untuk menjelaskan barang-barang yang mahal, mewah yang tiada tandingannya, misalnya restoran yang mahal, mobil mewah dan sebagainya. Sebagai suatu konsep yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat kebaikan, keindahan, kecantikan dan kebenaran, merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan.
Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu bagian dari standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal, produk-produk tersebut dapat dinilai serta membuat puas dan bangga para pemiliknya.
Kualitas juga dapat digunakan sebagai suatu konsep yang relatif, dimana pemahaman konsep kualitas ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan, tetapi suatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut.
Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standat atau belum. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal dan ekslusif. Misalnya untuk produk-produk atau karya seni lukis, tari, sastra dan sebagainya.
Namun demikian pada saat sekarang konsep kualitas lebih banyak dirumuskan berdasarkan tuntutan pasar, sehingga harapan dan keinginan konsumen menjadi dasar penentu dalam merancang konsep kualitas. Pandangan yang demikian, mendefinisikan konsep kualitas sebagai pelayan terbaik yang memberi kepuasan terhadap keinginan konsumen.
Dalam praktek organisasi, konsep kualitas pada umumnya bermuara pada kepuasan konsumen, namun demikian untuk memberikan pelayanan yang memuaskan tersebut ditempuh melalui suatu input, proses dan out put, dimana ketiga elemen tersebut mendapat perhatian yang proporsional dan seimbang. Dengan demikian kualitas kepemimpinan dalam konteks organisasi merupakan kualitas pelayanan kepemimpinan sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam proses organisasi sebagai suatu sistem.
Pada masa sekarang kualitas kepemimpinan menjadi kebutuhan yang mendesak bagi organisasi. Oleh karena itu berbagai kajian terus dilakukan guna mendapatkan formula kualitas kepemimpinan yang tepat. Usaha membangun bangsa tidak dapat diwujudkan tanpa diserta usaha meningkatkan kualitas kepemimpinan pada semua bidang dan tingkatan. Dengan kepemimpinan yang mampu mengajak dan mendorong seluruh lapisan masyarakat ikut membangun, berarti cita-cita mewujudkan kehidupan yang berkualitas akan semakin baik, akan dinikmati secara merata oleh rakyat Indonesia.
Menurut Sallis[19] “Menjelaskan bahwa fungsi pemimpin dalam mengembangkan budaya mutu, adalah sebagai berikut :
1.      Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi
2.      Memiliki kometmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
3.      Mengkomunikasikan pesan mutu
4.      Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi
5.      Mengarahkan perkembangan karyawan
6.      Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan muncul tanpa bukti-bukti yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf
7.      Memimpin inovasi dalam institusi
8.      Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat
9.      Memiliki kometmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural
10.  Membangkitkan tim yang efektif
11.  Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.

Robets berpendapat sebagaimana dikutif oleh Sadler “Mengatakn bahwa kualitas kepemimpinan meliputi 17 kualitas yakni antara lain : memiliki keberanian, memiliki hasrat yang kuat untuk memimpin, memiliki kestabilan emosi, memiliki stamina fisik, empati, memilki ketegasan, antisivasi, kompetitif, percaya diri, akuntabilitas, tanggungjawab, kridibilitas, kegigihan, handal, melayani dan memiki loyalitas yang tinggi.”[20]
Burnham[21] “menyebutkan bahwa kualitas kepemimpinan haruslah visioner, agar kepemimpinannya bisa terarah dan terkendali. Visi merupakan gambaran tentang masa depan suatu organisasi, yang berisi tentang tujuan, nilai-nilai dan pemikiran-pemikiran masa depan organisasi. Oleh karena itu visi dapat berperan sebagai pemandu arah perjalanan organisasi. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki visi yang jelas, sehingga sikap perilaku dan kemampuannya sejalan dengan harapan-harapan organisasi.
Menutut Law dan Glover mengutif pendapat Adair yang  “Menerangkan bahwa terdapat lima ciri kepemimpinan yang efektif : 1) Gives direction, 2) Offers inspiration, 3) Builds teamwork, 4) Set an example, 5) Gains acceptance.[22] Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mengarahkan, memberikan insfirasi, mampu membangun tim kerja yang kuat, mampu memberikan keteladanan dan memperoleh dukungan.
Pemimpin yang baik senantiasa dituntut memiliki ciri-ciri sifat yang sesuai dengan tuntutan tugas, memiliki kestabilan emosi, memilki kemampuan dan keahlian sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Sifat-sifat seseorang seperti ketegasan, keterbukaan, tenggang rasa dan sebagainya adalah gambaran tentang ciri-ciri kepribadiannya. Dalam situasi dan kondisi tertentu diperlukan figure pemimpin yang memiliki sifat-sifat tertentu agar kepemimpinannya berjalan efektif. Disinilah ciri-ciri kepribadian mempunyai arti penting dalam kepemimpinan.
Seorang pemimpin sering juga ditegaskan sebagai seorang yang memiliki kecerdasan dan ketrampilan yang tinggi, misalnya mampu mengambil keputusan dengan singkat dan tepat, mamapu membangun tim kerja yang kuat dan sebagainya. Ini mengindikasi bahwa pemimpin yang demikian memiliki kecerdasan dan ketrampilan yang mampu membaha perubahan organisasi yang dipimpinnya.
Peningkatan kualitas kepemimpinan berarti suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan, kualifikasi dan kompetensi seseorang dalam memimpin suatu organisasi. Sebagai seorang pemimpin ia harus memahami bahwa eksistensi dirinya sangat dibutuhkan oleh orang lain, sehingga ia harus berusaha menyesuaikan dirinya dengan tuntutan organisasi yang semakin dinamis dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya. Dalam hal ini pemimpinlah harus memiliki keinginan untuk memperbaiki diri dan mau belajar untuk mengembangkan diri.
Untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, mengingat kondisi kehidupan masyarakat yang semakin dinamis dan maju. Usaha itu harus dimulai dari pengembangan kemampuan berpikirnya, agar berlangsung sebagai proses yang efektif dalam membuat keputusan yang akan mengawali aktivitas kepemimpinan dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpin. Selanjutnya keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan yang telah dibuat itulah diperlukan juga usaha meningkatkan kemampuan mengkomunikasi berbagai keputusan dan kebijakan tersebut.
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa kualitas kepemimpinan dapat digali dari sisi internal seorang pemimpin. Bagaimana kualitas kepemimpinan merupakan kemampuan potensial dan kemampuan actual yang ditunjang sifat-sifat kepribadiannya. Kemampuan potensial dapat dilihat dari kepribadiannya, kemampuan konsepnya, pemahaman terhadap visi dan misi, serta pemahaman persoalan dibidangnya. Sedangkan kemampuan aktual dapat dilihat dari kemampuan skill, seperti halnya kemampuan merumuskan visi, misi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bernegosiasi dan sebagainya.
d.      Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, admininstrator dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam Paradigma baru manajemen pendidikan kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM).[23]

Kepala sekolah adalah pemimpin (leader) tertinggi di sekolah. Pada sekolah yang menerapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakan, dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang ada di sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
 Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang berkualitas agar dapat mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Sejalan dengan hal tersebut, Dharma[24] “Menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengemban tanggung jawabnya secara berhasil. “Kualitas yang dimaksud antara lain : (a) kepala sekolah harus tahu persis apa yang ingin dicapainya (visi ) dan bagaimana mencapainya (misi), (b) kepala sekolah harus memiliki sejumlah kompetensi untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi itu, (c) kepala sekolah harrus memiliki karakter tertentu yang menunjukan integritasnya.
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa kualitas kepemimpinan dapat dilihat dari aspek-aspek kepribadian, kemampuan konsep, dan kemampuan skillnya. Kaitan dengan kualitas kepemimpinan kepala sekolah, Burhanuddin[25] “Menegaskan bahwa : dibidang kekepalasekolahan, kualitas kepemimpinan yang penting dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori pokok yang saling berhubungan dan interdependen, yakni : 1) personality, 2) purposes, 3) knowledge, 4) professional skills”.
 Kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas paling tidak harus memiliki kepribadian yang kuat, memahami tujuan dengan baik, memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki ketrampilan profesional yang terkait dengan bidang tugasnya. Kepribadian yang kuat dapat dilihat dari sifat-sifat seperti keberanian, kejujuran, semangat, kepekaan sosial dan sebagainya.
Mulyasa[26] “Menegaskan bahwa kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin pada sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan. Kepribadian yang kuat mengindikasikan adanya kepemimpinan yang berkualitas. Sedangkan pemahaman terhadap tujuan dapat dilihat dari kesesuaian kemampuan konsep dengan aksi dan sasaran yang ditetapkan.
Kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas, agar persoalan-persoalan yang muncul dapat dihadapi dengan arif dan bijaksana. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dati kecerdasar, kreatifitas, serta kearifan kepala sekolah dalam menemukan solusi terhadap setiap persoalan yang dihadapinya. Kemampuan ini dapat terbangun dari pengalaman dan luasnya pengetahuan kepala sekolah.
Kualitas kepemimpinan kepala sekolah juga dapat dilihat dari ketrampilan profesional. Ketrampilan profesional yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah, menurut Depdikbud[27] “ Meliputi : 1) ketrampilan teknis, misalnya menyusun jadwal pelajaran, mensupervisi, memimpin rapat dan sebagainya, 2) ketrampilan hubungan kemanusiaan, misalnya bekerja sama dengan orang lain, memotivasi, dan mendorong guru dan staf dan sebagainya, 3) ketrampilan konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari pemecahannya”.
Menurut Wahjosumijo yang dikutif Mulyasa, “Mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan[28]”.
Sedangkan menurut Mulyasa[29] “ Menjelaskan kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi”.
Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah mutu layanan kepala sekolah dalam upaya mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan semua komponen yang bertanggung jawab terhadap sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi 4 dimensi : a) dimensi kepribadian yang terdiri dari 8 indikator, yaitu : 1) kejujuran, 2) percaya diri, 3) tanggung jawab, 4) berani mengambil resiko, 5) berani mengambil keputusan, 6) berjiwa besar, 7) emosi yang stabil, 8) teladan, b) dimensi pengetahuan yang terdiri dari 5 indikator, yaitu : 1) memahami tenaga kependidikan, 2) memahami karakteristik siswa, 3) mampu menyusun program, 4) memahami kritik dan saran, 5) memahami administrasi sekolah, c) dimensi pemahaman visi dan misi yang terdiri dari 3 indikator, yaitu : 1) memiliki visi, 2) merumuskan misi, 3) mewujudkan visi dan misi, d) dimensi kemampuan skill yang terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1) kemampuan mengambil keputusan, 2) kemampuan berkomunikasi.


[1] Gary Yukl, 2009, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta : PT. Indeks, hal. 8.
[2] John Adair, 2007, Cara menumbuhkan Pemimpin, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, hal 15
[3]Stephan P. Robbin, 2007,, Organization Behavior, Jakarta : Salemba Empat, hal. 48.
[4] David R. Hampton, 1993, Management, New York : McGraw-Hill Book Campany, hal. 449
[5] Wirawan, 2003, Kapita Selekta, Teori Kepemimpinan, Pengantar Untuk Praktek dan Penelitian, Jakarta : Kerja Sama Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press, hal. 77
[6] Achmad Sanusi, 2009, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, Bandung : Prospect, hal. 19
[7] Syafaruddin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching, hal 49.
[8] Sondang P. Siagian, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta : PT Rineka Cipta, hal. 2
[9] Sudarman Danin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung : Alfabeta, hal. 6.
[10] Oteng Sutisna, 1993, Adminstrasi Pendidikan : Dasar-dasar Teoritis dan Praktek Profesional, Bandung : Angkasa, hal. 42.
[11] Soepardi, 1988, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta : P2LPTK, hal.18
[12] Wirawan, Teori Kepemimpinan, Pengantar Untuk Praktek dan Penelitian…hlm 126.
[13] Mardjin Syam, 1986, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Surabaya : Yayasan Pendidikan Practise, hal. 4.
[14] Soekarto Indrafachrudi, 2006, Bagaimana Memimpin Sekolah, Bandung : Ghalia Indonesia, hal. 1.
[15] Syafaruddin,  Kepemimpinan Pendidikan, hal. 85.
[16] Syafaruddin,  Kepemimpinan Pendidikan, hal. 85.

[17] Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Edisi II, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, hal 7
[18] Edward Sallis, 2008, Total Quality Management In Education, Yogyakarta, IRCiSoD, hal. 51-55
[19] Edward Sallis, Total Quality Management In Education, hal. 51-55

[20] Sadler, P, 1977, Leadership, London : Kogan Page,, hal.48
[21] Burnham, W.J, 1977, Managing Quality In School, London, Pearson Education, hal, 117
[22] Law. S. & Gloved, D, 2000, Education leadership and learning Practice, Policy and Research, Buckingham, Philadelpia. Open University Press, page 20.
[23] Mulyasa, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cetakan ke II. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal. 97
[24] Dharma, 2003, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, Diambil tanggal 11 September 2016, dari http: //artikel us/adharma, html.
[25] Burhanuddin, 1994, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 78.
[26] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,  hal. 115
[27] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, hal. 11
[28] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cetakan ke II. , hal. 115
[29] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Panduan Manajemen Sekolah, hal. 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar