Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Rabu, 12 Juni 2019

KRITERIA KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik. Ada sepuluh Kriteria Pemimpin Menurut Islam, yakni:

a)         Beriman dan Beramal Shaleh. Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh. 

b)      Niat yang Lurus. “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”

c)      Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.

d)     Laki-Laki. dalam Al-qur'an dengan jelas telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “ dan “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).

e)      Tidak Meminta Jabatan. Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu, ”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). 

f)       Berpegang pada Hukum Allah. Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah berfirman, ”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).

g)      Memutuskan Perkara Dengan Adil. Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir). 

h)      Menasehati rakyat, Rasulullah bersabda. ”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”

i)        Tidak Menerima Hadiah. Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda, ” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani). 

j)        Tegas. Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.

k)      Lemah Lembut Doa Rasullullah : "Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya".[1]


Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki staf. Staf disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah Sidiq (jujur), Tablig (menyampaikan), amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas), Jadi, inilah kunci kepemimpinan yang berdasarkan nilai-nilai Islami sehingga jika ada pemimpin yang memiliki semua itu maka bias dipastikan kepemimpinannya akan sukses dan selalu dikenang sepanjang masa, moga kita menjadi pemimpin seperti itu, amin.


Daftar Rujukan

_ www.bukukita.com/.../html. dikunjungi, 13 Desember 2015.

Al Qur’an dan Terjemahannya, Departeman Agama RI, Jakarta, 2000.

Baharudin dan umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam Atara Teori dan Praktik, Yogjakarta: Ar-Ruzz, 2012.

Kamus Beasar Bahasa Indonesia, Bandung: Atlass, 1998.

Kartini, kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan. Bandung: rajawali Perss, 2014.

Manulang, M., Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.

Marno, Triyo Suprianto. Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Rafika
Aditma, 2008.

Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2004.

Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada, 1993

Rivai, Veithzal ,. Islamic Leadership, akarta: Bumi Aksara 2009.

Suyani, Konsep kepemimpinan Jawa, Yogjakarta: Kepel Press, 2008.



[[1]] Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada, 1993) hlm. 76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar