Setiap organisasi sebenarnya
memiliki budaya. Memang pada umumnya orang-orang dalam sebuah organisasi mudah
menyetujui bahwa organisasi mereka memiliki budaya dan budaya itu sangat
penting. Tetapi biasanya mereka akan menghadapi kesulitan kalau diminta untuk
memberikan definisi budaya organisasi itu.
Berdasarkan pengamatan orang lain
dan pengamatannya sendiri, Schein (1985)
mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian yang sama yang berkaitan dengan
budaya,[[1]] antara
lain:
1. Keteraturan
perilaku yang diamati (observed behavioral regularities) ketika
orang-orang berinteraksi, misalnya bahasa yang digunakan dan upacara yang dilakukan
sehubungan dengan rasa hormat dan cara bertindak/bersikap.
2. Norma yang berkembang dalam kelompok
kerja.
3. Nilai dominan yang didukung oleh
sebuah organisasi, seperti mutu produk dan sebagainya.
4. Falsafah yang menjadi landasan
kebijaksanaan organisasi yang berkaitan dengan karyawan dan atau pelanggan.
5. Peraturan pergaulan dalam
organisasi, cara-cara/seluk-beluk untuk diterima sebagai warga organisasi.
6. Rasa atau iklim yang disampaikan
dalam sebuah organisasi oleh tata letak fisik dan cara interaksi para warga
organisasi dengan para pelanggan atau orang luar yang lain.
Secara umum, setiap individu
dilatarbelakangi oleh budaya yang mempengaruhi perilaku mereka. Budaya menuntut
individu untuk berperilaku dan memberi petunjuk mengenai apa saja yang harus
diikuti dan dipelajari. Kondisi tersebut juga berlaku dalam organisasi tentang
bagaimana pegawai berperilaku dan apa seharusnya yang harus dilakukan. Harvey (1996:333-334)
mengemukakan, budaya organisasi mencakup: nilai-nilai, kepercayaan, bentuk
perilaku dari anggotanya pada suatu organisasi tertentu.
Budaya organisasi mengarah pada
suatu sistem nilai bersama yang dipegang oleh anggotanya yang membedakan suatu
organisasi dengan organisasi yang lainnya. Karakteristik yang menggambarkan suatu
budaya organisasi adalah: - otonomi
individu: persetujuan akan tanggung jawab, kebebasan, dan kesempatan untuk
berinisiatif bagi anggota organisasi; - struktur: persetujuan akan aturan,
perubahan peraturan, kuantitas penggunaan langsung suvervisi untuk mengontrol
perilaku anggota; - pemberian insentif: persetujuan dalam pemberian insentif
(misalnya kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas prestasi anggota; - perilaku
yang merugikan: persetujuan untuk anggota didorong untuk agresif, inovatif dan
pencarian yang penuh resiko. Kombinasi dari setiap karakteristik
tersebut merupakan gambaran dari budaya organisasi yang dibentuk oleh
organisasi tersebut.
Sedangkan Luthans (1989:50) mengutif definisi mengenai budaya organisasi
yang dikemukakan oleh Schein, yaitu:
A pattern of basic assumptions –
invented, discovered, or developed by a given group as it leams to cope with
its problem of external adaption and internal integration – that has worked
well enough to be considered valid and, therefore to be tought to new members
as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems”.[[2]]
Definisi tersebut menggambarkan bahwa budaya organisasi
sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu yang
bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus
dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut
digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam
lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang
membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar