Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Kamis, 27 Juni 2019

INTEGRASI ILMU PENGETAHUAN

Integrasi Ilmu Pengetahuan


Al Qur’an adalah petunjuk bagi manusia  untuk menjalani kehidupan di dunia dan memberi informasi tentang kehidupan di akherat. Petunjuk tentang menjalin hubungan dengan Allah (hablun minallah) yang menciptakannya dan hubungan dengan sesama manusia (hablun minannas) serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya agar dijaga dan dilestarikan.

Sebelum kajian ilmu social dan sains berkembang pesat, al Qur’an telah memberikan informasi yang sangat luas dan benar bagaimana seharusnya berinteraksi sesama manusia ( social interaction), demikian juga sebelum sains berkembang al Qur’an telah begitu dalam membicarakan semesta alam. 

Dalam hal interaksi social misalnya al Qur’an sebagai petunjuk tidak hanya membicarakan pola-pola interaksinya saja, namun telah mengatur secara tepat bagaimana seharusnya interaksi social itu dapat berjalan seimbang, adil dan tidak terjadi kedzoliman, agar kehidupan ini terjaga dan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Karena itu petunjuk tentang bagaimana interaksi social sangat banyak sekali, misalnya; ayat-ayat tentang perdagangan, hutang piutang, pernikahan, kepemimpinan, keadilan, perceraian, perjanjian, kepemilikan, komunikasi dan sebagainya. 

Demikian juga al Qur’an memberikan informasi yang sangat luas tentang sains, mulai membahas penciptaan alam semesta, tata surya, hewan, tumbuhan, hujan, angin dan sebagainya. Namun, pembicaraan sains dalam al Qur’an bukan hanya terbatas pada aspek sains itu saja, tetapi pasti dikaitkan dengan aspek yang lain, misalnya; agar manusia mengenal tuhannya, agar manusia mau bersyukur, menjaga kelestariannya, agar mau berfikir, agar manusia selalu beramal sholeh, dst.

Al Qur’an membicarakan semesta alam; langit, bumi, hewan, tumbuhan yang semua diciptakan untuk manusia maka manusia diperintahkan untuk menjaga, mengelola dan memanfaatkannya dengan baik . Mengenai cara dan tekhnik mengelola atau memanfaatkannya diserahkan kepada manusia sendiri. Karena itu al Qur’an tidak membicarakan secara spesifik bagaimana cara mengelola dan alat apa yang digunakannya, demikian itu supaya manusia berfikir karena sudah diberi potensi akal untuk dikembangkan afala ta’qilun (tidakkah kalian menggunakan akal), ini artinya manusia diperintah untuk mengembangkan tekhnologi. 

Manusia dapat mengembangkan tekhnologi apapun dalam rangka mendukung dan menunjang proses kekhalifahannya di muka bumi. Namun al Qur’an memberikan rambu-rambu atau asas-asas yang dapat dijadikan sebagai petunjuk melaksanakannya, agar tidak menyalahi dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt. Adapun asas-asas tersebut adalah;

1.      Asas tauhid

Di dalam al Qur’an tidaklah diperkenankan segala apapun berdampak kepada penyekutuan terhadap Allah Swt dan sehala apaun yang dilakukan semata-mata karena mengabdi kepada Allah Swt secara tulus. QS. An Nisa: 48

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً -٤٨-

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)
QS. Al-Bayyinah : 5

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ -٥-

Artinya: Dan tidaklah mereka diperinta kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah : 5)

2.      Asas manfaat

Al Qur’an sangat menganjurkan agar segala upaya dan kreasi manusia  dilakukan dengan mempertimbangkan sisi kemanfaatannya. QS. Ro’d, :17


أَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَداً رَّابِياً وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاء حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاء وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللّهُ الأَمْثَالَ -١٧-


Artinya Allah telah Menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah Membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah Membuat perumpamaan.

3.      Asas kemudahan

Allah Swt Yang Maha Pengasih menginginkan agar manusia  dalam menjalankan tugasnya tidak mengalami kesulitan, karena itu Allah Swt menganjurkan agar manusia dapat melakukan hal-hal yang dapat memudahkan dan meringankannya. QS. Al Baqarah: 185 , QS. An Nisa’: 28

يُرِيدُ اللّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفاً -٢٨-
Artinya
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisa’, 4: 28).

4.      Asas keindahan

Ayat-ayat al Qur’an banyak sekali menyampaikan secara tersirat tentang keindahan, misalnya  penciptaan manusia yang dengan sebaik-baik bentuk, penciptaan binatang , penciptaan langit (badi’ussamaawaati), dst. Keindahan yang dimaksud oleh al Qur’an bukan hanya indah dari segi lahiriyah yang tampak oleh mata, namun keindahan yang disertai dengan keseimbangan dan keharmonisan, keindahan yang seimbang antara yang lahir  dan yang bathin. ( hadist riwayat Muslaim)

5.      Asas keadilan;

Allah Swt memerintahkan secara tegas diperbagai ayat al Qur’an agar keadilan selalu ditegakkan diperbagai aspek kehidupan, termasuk bidang tekhnologi. Penggunaan tekhnologi hendaknya juga dalam rangka penegakan keadilan. Q.S An-Nisa: 135,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلّهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ فَقَيراً فَاللّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلاَ تَتَّبِعُواْ الْهَوَى أَن تَعْدِلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً -١٣٥-

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.

Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar