Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Senin, 10 Juni 2019

INSTRUMEN NON TES DALAM PEMBELJARAN


1.     Pengamatan (Observation)
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sebagai sasaran pengamatan.[1] Alat yang digunakan dalam observasi disebut pedoman observasi
Tujuan utama observasi adalah:
a.    Untuk mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
b.    Untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya
Observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
1)   Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini  dimaksudkan agar pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya evaluator harus menggunakan alat yang disebut dengan pedoman observasi.
2)   Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
3)   Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4)   Praktis penggunaannya.
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a)    Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b)   Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1)   Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2)   Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3)   Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.


Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:
a)    Merumuskan tujuan observasi
b)   Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
c)    Menyusun pedoman observasi
d)   Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
e)    Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
f)    Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
g)   Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
h)   Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.[2]
Proses penilaian dengan observasi banyak digunakan. Hal ini dikarenakan observasi penggunaannya praktis. Selain itu observasi bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Karakteristik lain dari observasi yang menjadi daya tarik tersendiri yaitu observasi mempunyai arah dan tujuan yang jelas.

2.      Wawancara (Interview)
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai.[3] Secara umum, yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dikakukan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a.    Wawancara terpimpin (guided interview), yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), yaitu wawancara yang dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan oleh evaluator.[4]
b.    Wawncara tidak terpimpin (un-guided interview), yang sering dikenal dengan istlah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.[5]
Adapun tujuan dari dilakukannya wawancara adalah sebagai berikut:
1)      Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu
2)      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
3)      Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu
Dalam wawancara terdapat kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihannya adalah:
a)      Pewancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat berkomunikasi secara langsung, dengan peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya, juga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam
b)      Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal
c)      Data dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif
d)     Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
Sedang di antara kelemahan dari wawancara:
1)      Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya
2)      Adakalanya wawancara terjadi berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan
3)      Sering timbul sikap kurang baik dari peserta didik yang diwancarai dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewancara dengan orang yang diwawancarai.[6]

3.      Angket (Questionnare)
Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara, dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pnegumpulan data sebagai bahan penilai hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebanarnya.[7]
Ditinjau dari segi yang memberikan jawaban, angket dibedakan menjadi 2 macam:
                       a.     Angket langsung
                       b.     Angket tidak langsung
Sedangkan kalau ditinjau dari segi cara memberikan jawaban, angket dibedakan menjadi 2 macam:
                      1)     Angket tertutup
                      2)     Angket terbuka
Adapu kalau titinjau dari strukturnya, angket dibedakan menjadi 2 macam:
                          a)      Angket terstruktur
                          b)      Angket tidak terstruktur
Sedang cara untuk  pengembangan angket dapt dilakukan dengan cara beberapa poin di bawah ini:
                             i.          Merumuskan tujuan
                           ii.          Merumuskan kegiatan
                         iii.          Menyusun langkah-langkah
                         iv.          Menyusun kisi-kisi
                           v.          Menyusun panduan angket
                         vi.          Menyusun alat penilaian


[1] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 158

[2] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, ……… hlm. 153-156
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hlm. 220

[4] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), cet V, hlm. 33
[5] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,………………, hlm. 84

[6] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 158
[7] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan……… hlm. 84

Tidak ada komentar:

Posting Komentar