Untuk dapat
menjadi suatu organisasi atau sekolah yang efektif dalam penerapannya dalam
kurikulum, maka di dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu tersebut
diperlukan suatu strategi yang jelas dan mantap.
Sallis dalam
Sagala (2010)[1]
menjelaskan bahwa diperlukan adanya setrategi yang langkah-langkah mencakup:
(1) misi yang jelas dan spesifik, (2) perhatian yang jelas terhadap pemakai
jasa, (3) suatu strategi untuk mencapai misinya, (4) keterlibatan seluruh
pemakai jasa baik internal maupun ekternal di dalam pengembangan strategi, (5)
pengembangan kekuatan atau pemberdayaan seluruh staf dengan cara menghilangkan
kendala dan membantu mereka dalam meningkatkan kontribusi maksimal kepada
lembaganya melalui perkembangan kelompok kerja efektif, dan (6) penerapan dan
evaluasi terhadap efektifitas kelembagaan dilihat dari tujuan yang telah
disepakati dengan pemakai jasa.
Lebih jauh Sallis juga menjelaskan bahwa untuk
dapat berhasilnya implementasi manajemen mutu terpadu tersebut harus mulai dari
atas atau pimpinan, yang etrgambar dari perilaku adan tindakan pemimpin sebagai
berikut: (1) menyenang-kan pelanggan melalui peretmuan, diskusi, daftar
pertanyaan, dan sebagainya, (2) membentu fasilitator yang akan memasyarakatakan
program dan mengarahkan kelompok pengarah dalam pengembangan program
peningkatan mutu, (3) membentuk kelompok pengarah peningakatan mutu yang
mendorong dan menunjang proses peningakatan mutu, (4) menunjuk koordinator
peningakatan mutu yang membantu dan mengarahkan tim kerja dalam menemukan
pemecahan masalah, (5) menyelengarakan seminar manajemen untuk mengevaluasi
kemajuan, (6) menganalisis dan mendiagnosis situasi yang sedang berkembang, (7)
menggunakan atau mencoba model-model yang telah diterapkan oleh lembaga lain,
(8) menggunakan konsultan dari luar walaupun tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya sebagaimana pada perusahaan, (9) meningkatkan latihan yang mengarah
pada mutu yang diutamakan dalam perubahan budaya. (10) menyebarluaskan
pengertian mutu kepada seluruh individu dalam lembaga pendidikan agar semua
terlibat dalam proses peningakatan buaya, (11) mengukur biaya dari mutu,
termasuk menghitung kerugian yang diakibatkan oleh penurunan jumlah siswa baru,
drop out, reputasi yang menurun, kehilangan kesempatan, dan sebagainya, (12)
menerapkan alat dan teknik melalui pengembangan kelompok kerja efektif, dan
(13) mengevaluasi program pada setiap periode tertentu agar program pada setiap
periode tertentu sebagaimana direnca-nakan tidak mengalami kegagalan.
Manajemen
mutu terpadu sebagai konsep manajemen modern adalah berusaha untuk memberikan
respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada baik yang didorong oleh
kekuatan ekternal maupun internal sekolah. Sebagai organisasi modern, lembaga
pendidikan sekolah, universitas, akademi, institut harus mengetahui dan
memahami pentingnya mengupayakan lulusan pendidikan yang bermutu.
Pendidikan harus benar-benar menyadari
perlunya untuk mengejar mutu dan mengusahakannya terhadap murid murid. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi mutu kurikulum pendidikan, sperti pemeliharaan
gedung, guru-guru, nilai moral tinggi, hasil ujian yang unggul, dukungan orang
tua, bisnis dan masyarakat, penerapan teknologi, kekuatan kepemimpinan, pemeliharaan
dan perhatian terhadap pelajar, dan pada intinya ialah kurikulum yang tepat
sekaligus bermutu tinggi.
Manajemen
mutu terpadu dalam kurikulum pendidikan merupakan bentuk pengendalian mutu yang
disempurnakan. Filosofy dari manjemen mutu terpadu ini adalah terciptanya
budaya kerja dari seluruh personel yang terlibat dalam pengadaan dan penyajian
jasa pendidikan yang dijiwai oleh motivasi dan sikap untuk memenuhi dan
memuaskan harapan pelanggan (peserta didik).
Dalam rangka
memenuhi harapan pelanggan pendidikan ini, pengelola sekolah secara bertahap
dan terus menerus memperbaiki kualitas lulusannya dengan didukung oleh
kurikulum yang bermutu serta kepemimpinan yang kuat dari fihak pimpinan serta
pembagian tanggungjawab untuk mencapai mutu.
[1] Sagala. H.S. Manajmen
strategik dalam peningakatan mutu
pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar