Manajemen
dalam konteks pendidikan menurut Mulyasa[1]
adalah proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok
itu mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/ pengkoordinasian, dan
pengawasan sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi.
Pembelajaran
merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar. Belajar merupakan
perubahan tingkah laku, sedangkan pembelajaran dipandang sebagai proses
kegiatan menggerakkan orang-orang untuk belajar.[2]
Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung
pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang
diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, TV, film, slide,
internet, e-learning.
Pembelajaran
pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, bagaimana, seberapa dan
seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan apa berkaitan dengan isi/ materi
pembelajaran. Pertanyaan siapa berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subjek
dari kegiatan pembelajaran. Bagaimana kualifikasi, kompetensi dan perilaku
seorang guru yang baik. Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar.
Bagaimana guru membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan
potensi individunya secara optimal.
Pertanyaan mengapa berkaitan dengan
penyebab atau alasan dilakukannya proses pembelajaran. Bagaimana proses
pembelajaran untuk semua mata pelajaran harus dilakukan. Pertanyaan bagaimana
berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik. Bagaimana guru
menciptakan proses pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa di masa
kini dan masa depan. Bagaimana strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk belajar lebih baik. Pertanyaan seberapa baik berkaitan
dengan penilaian proses pembelajaran, yaitu seberapa jauh siswa belajar dan
guru mengajar.
Kegiatan
ini meliputi teknik penilaian untuk menilai kompetensi siswa. Seberapa mampu guru
merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran di kelas dan
mendapatkan umpan baliknya yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 1) variasi aktivitas belajar cenderung
kurang menyeluruh dan hanya didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan, dan
latar belakang guru; 2) aktivitas pendidikan yang diperoleh siswa terbatas; 3)
aktivitas siswa kurang berorientasi kepada gaya hidup di masa depan.
Pembelajaran
merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling
mendukung. Komponen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran.
Pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen
yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran
sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: 1) Siswa, 2) Guru,
3) Tujuan, 4) Materi, 5) Metode, 6) Sarana/Alat, 7) Evaluasi, dan 8)
Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri
sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama
untuk mencapai tujuan[3].
Kedelapan komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena dapat
mengakibatkan tersendatnya proses belajar-mengajar. Misalnya pengajaran tidak
dapat dilakukan di ruang yang tidak jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan, tanpa
bahan ajar.
Merujuk
beberapa definisi dan pemikiran tentang konsep manajemen dan pembelajaran di
atas, maka manajemen pembelajaran dalam arti luas adalah seluruh usaha/
kegiatan kearah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain
untuk membuat sesuatu yang akan dikerjakan oleh orang lain berupa peningkatan
minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang belajar), dengan
memperluas cakupan aktivitas melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/
pengkoordinasian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar