1.
Pengertian
Diagnosis
“Diagnosis berarti kefasihan dalam
membedakan penyakit yang satu dengan yang lain atau penentuan penyakit dengan
menggunakan ilmu”. Dilihat dari akar katanya, “diagnosa atau diagnosis berasal
dari kata Yunani atau Greek “dia (“apart”) dan gigno skein yang berarti mengetahui.
“Gnosis” berarti pengetahuan/ pengenalan/ ilmu.[1]
Diagnosis dapat diartikan sebagai berikut :
a. Upaya atau proses menemukan
kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan
studi yang seksama menegenai gejala-gejalanya
b. Studi yang seksama terhadap fakta
tentang suatu hal untuk menemukan karakteristikatau kesalahan-kesalahandan
sebagainya yang esensial
c. Keputusan yang dicapai setelah
dilakukan studi secara seksama atau gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Melihat
dari ketiga uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diagnosis bukan hanya
sekedar mengidentifikasi, tetapi juga memutuskan prediksi
kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara pemecahannya.
Tes
diagnostik itu sendiri menurut Angelina dan Ch. Enny dalam Marsetyorini dan
Murwaningtyas, “berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
termasuk kesalahan pemahaman konsep”. Dan menurut Mardapi, ”hasil tes ini
memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami”.
Dari hasil analisis itu maka diketahui kelemahan-kelemahan siswa dalam
mempelajari pelajaran. Langkah selanjutnya adalah pemecahan kesulitan yaitu
diadakannya pembelajaran remedial.
2. Kesulitan
Belajar
Sedangkan
pengertian kesulitan belajar adalah suatu kejadian yang dialami siswa saat
proses pembelajaran itu berlangsung. Penurunan kinerja akademik dan prestasi
belajar di sekolah merupakan contoh yang dapat terlihat dari siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Selain itu juga dapat terlihat dari perilaku yang
ditujukan oleh siswa.
Menurut,[2]
(a) Sunarta (1985) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar
adalah “kesulitan yang dialami siswa dalam kegiatan belajarnya, sehingga
berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi
tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman
kelasnya. Sementara itu (b) Siti Mardiyanti dkk. (1994) menganggap kesulitan
belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin
disadari atau tidakdisadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologi,
sosiologis ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar