Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Senin, 10 Juni 2019

CARA MERUMUSKAN HIPOTESISI DAN ASUMSI


1.      Hipotesis
Suatu hipotesis haruslah secara sederhana sehingga akan dapat diuji kebenarannya oleh peneliti lainnya. Dalam penelitian korelasional, rumusan hipotesis adalah dalam bentuk pernyataan adanya hubungan antara satu variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya. Rumusan yang menyatakan “harapan” kesimpulan sementara adanya dan seberapa kuat hubungan itu akan memberi petunjuk bagaimana langkah pengujian hubungan itu.
Karena hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap pertanyaan penelitian, maka hipotesis dirumuskan berdasarkan rumusan masalahnya. Bagaimana caranya agar kita dapat menyusun sebuah hipotesis yang baik? Hipotesis  itu dapat muncul dari tiga (3) sumber, yaitu :[1]
a.    Dari pengalaman dan dugaan si peneliti sendiri. Hipotesis yang dibentuk dari pengalaman, pengamatan dan dugaan si peniliti merupakan hipotesis yang baik tapi lemah. Hipotesis semacam ini biasa dipakai dalam penelitian deskriptif yang nantinya digunakan mendapatkan hipotesis-hipotesis yang lebih tegas. Misalnya dalam penilitian yang menguji pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi belajar Bahasa Arab bagi siswa MAN se-Lombok, masalahnya dirumuskan dengan kalimat, “Apakah prestasi belajar Bahasa Arab bagi kelompok siswi (perempuan) MAN se-Lombok lebih tinggi dibanding prestasi belajar Bahasa Arab bagi kelompok siswa (laki-laki) MAN se-Lombok? Hipotesisnya dengan kalimat, “Prestasi belajar Bahasa Arab bagi kelompok siswi (perempuan) MAN se-Lombok lebih tinggi dibanding prestasi belajar Bahasa Arab bagi kelompok siswa (laki-laki) MAN se-Lombok.”
b.    Mencermati hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesisi yang diilhami oleh penelitian sebelumnya sifatnya lebih kuat dan biasanya hipotesis ini bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang sudah diuji dalam penelitian sebelumnya. Jika penelitian yang sekarang dapat membuktikan kebenaran hipotesis tersebut, hasilnya dapat membantu merumuskan suatu teori. Misalnya, penelitian menguji efektifitas strategi pembelajaran Istima’ melalui Laboratorium bahasa dengan rumusan masalah dalam kalimat, “Apakah kelompok siswa kelas IX SMPN 1 Praya tahun 2016 yang belajar istima’ melalui Lab. Bahasa berprestasi lebih tinggi dibanding kelompok siswa yang sama yang tidak belajar istima’ melalui Lab. Bahasa? Hipotesisnya dalam kalimat, “Kelompok siswa kelas IX SMPN 1 Praya tahun 2016 yang belajar istima’ melalui Lab. Bahasa berprestasi lebih tinggi dibanding kelompok siswa yang sama yang tidak belajar istima’ melalui Lab. Bahasa”.
c.    Berdasarkan teori-teori yang sudah terbentuk. Sumber dari teori merupakan hipotesis yang paling kuat , karena hipotesis ini menuju kepada penelitian yang bersifat menerangkan. Hipotesis tersebut amat membatasi diri untuk menguji ada tidaknya korelasi antara dua atau lebih variabel dan mengukur kuat lemahnya hubungan tersebut. Sehingga akan sampai kepada suatu teori atau kaedah tertentu. Misalnya, penelitian yang bertujuan untuk mengukur hubungan korelasional antara kemampuan membaca dan kemampuan menulis mahasiswa tingkat pertama jurusan bahasa Arab IAIN Mataram tahun 2016, rumusan masalahnya dirumuskan dengan kalimat, “Apakah semakin tinggi kemampuan membaca mahasiswa tingkat pertama jurusan bahasa Arab IAIN Mataram tahun 2016, semakin tinggi pula kemampuan menulis mereka? Hipotesis untuk masalah ini dirumuskan dengan kalimat, “Semakin tinggi kemampuan membaca mahasiswa tingkat pertama jurusan bahasa Arab IAIN Mataram tahun 2016, semakin tinggi pula kemampuan menulis mereka.”
Berdasarkan salah satu  dari tiga sumber tersebut, kita rumuskan kerangka berfikir yang nantinya menjelmakan sejumlah hipotesis sehingga tersusun menjadi sebuah judul penelitian.
2.      Asumsi
Dalam penelitian kita diharuskan untuk menyusun asumsi. Hal ini sebagai stimulus, agar kita mencari pembuktiaan sebuah kebenaran ilmiah. Dalam menyusun asumsi ini kita tidak boleh sembarangan, akan tetapi kita harus melihat konteks atau objek yang kita teliti.
Dalam beberapa tesis atau disertasi, ada bagian khusus yang memuat asumsi yang digunakan. Asumsi-asumsi tersebut dikemukakan satu per satu. Pada tesis yang lain para peneliti tidak menempatkannya pada bagian khusus karena asumsi tersebut telah dimasukkan pada bagian pendahuluan laporan. Asumsi adalah kenyataan penting yang dianggap benar tetapi belum terbukti kebenaran. Suatu kejadian atau situasi yang dianggap benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan. Ini tidak sama dengan hipotesis, karena asumsi tidak memerlukan pengujian atau pembuktian.
Asumsi berarti : dugaan yang diterima sebagai dasar; landasar berpikir karena dianggap benar. Sedangkan mengasumsikan berarti menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan. Asumsi adalah sebagai dasar dari suatu penelitian. Sebab sebuah penelitian berangkat dari asumsi. Dalam penelitian asumsi merupakan perekat (lem) atau adonan. Dikatakan perekat atau adonan karena asumsi menjadi perekat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Asumsi dapat kita gunakan membangun suatu konstruksi bangunan penelitian yang besar. seperti menyusun batu-batu. Asumsi bisa dengan sebab akibat, tetapi bisa juga tentang suatu masalah. Asumsi juga merupakan hal penting dalam menentukan paradigma penelitian. Asumsi juga berguna untuk menafsirkan kesimpulan kita.
Untuk menentukan asumsi harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peniliti. Sebelum menentukan asumsi peneliti harus lebih mengetahui terhadap sesuatu dengan cara[2]:
1.      Dengan banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain.
Bahan pustaka (yang disebut sumber acuan) dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
a.       Sumber umum : buku, teks, ensiklopedi dan sebagainya.
b.      Sumber acuan khusus : buletin, jurnal, periodikal (majalah-majalah yang terbit secara periodik), disertasi, skripsi dan sebagainya.
c.       Dari sumber acuan umum dapat diperoleh teori-teori dan konsep-konsep dasar, sedang dari sumber acuan khusus dapat dicari penemuan-penemuan atau hasil penelitian yang sudah dan sedang dilaksanakan.
2.      Dengan banyak mendengar berita, ceramah, pembicaraan orang lain.
3.      Dengan banyak berkunjung ke tempat (lokasi penelitian).
4.      Dengan mengadakan pendugaan meng-abstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
 Contoh-contoh dari asumsi yang penulis dapat berikan:
a.         bahwa perubahan-perubahan kurikulum hanyalah menambah kebingungan bagi guru dan peserta didik.
b.        bahwa persaingan penerimaan siswa baru antar SMU tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
c.         bahwa pendidikan di Indonesia belum memenuhi kriteria pemerataan kualitas pendidikan antara di kota dan di desa.
d.        bahwa kurikulum membatasi kreatifitas guru dalam mengembangkan anak didik.
e.         bahwa krisis global kedua akan berpengaruh terhadap omset para pengusaha di seluruh Indonesia.



[1] Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan……, hal. 33.

[2] Machfoed, Ircham. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: Fitramaya, 2013), hal. 54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar