Jawaban
No. 1
Ketika
ada pertanyaan yang berbunyi Apa yang
Anda pahami terkait Kepemimpinan pendidikan Islam sebagai ruh yang menjadi
pusat sumber gerakan organisasi, maka jawaban
saya adalah :
Kepemimpinan
adalah faktor yang penting dalam sebuah organisasi. Faktor kepemimpinan
menentukan berhasil tidaknya sebuah organisasi. Dalam lembaga pendidikan Islam
di butuhkan para pemimpin yang mampu mewujudkan tujuan lembaga pendidikan Islam
yang harus bersumber dari ajaran Islam sehingga menjadikan Islam sebagai ruh
kepemimpinannya.
Dalam
wadah atau lembaga pendidikan dalam hal ini Sekolah, maka guru, pegawai Sekolah
terutama kepala Sekolah berperan penting dalam keberhasilan Sekolah tersebut,
sehingga diperlukan ruh kepemimpinannya yang bersumberkan ajaran Islam baik
Firman Tuhan maupun Sunah Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu kita harus
mengetahui tentang kepemimpinan agar kita dapat mengetahui bagaimana menjadi
pemimpin yang baik.
Pada
hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin
minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Dalam lingkungan organisasi harus
ada pemimpin yang secara ideal dipatuhi dan disegani oleh bawahannya.
Kepemimpinan dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal
leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership).
Kepemimpinan
formal terjadi apabila dilingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam
organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui
proses seleksi, sedang kepemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan
pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan
berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber
yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi
kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.[[1]]
Sedangkan organisasi merupakan wadah aktivitas manusia
untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini menunjukan bahwa roda organisasi akan
digerakan oleh sekelompok orang dengan karakteristiknya yang berbeda-beda.
Karakteristik manusia yang berbeda-beda tersebut akan menghasilkan aneka ragam
perilaku yang mempengaruhi kinerja organisasi. Untuk menserasikan derap langkah
semua orang yang ada di dalam organisasi diperlukan adanya pemimpin dengan
kepemimpinan yang dapat diterima oleh orang-orang yang tegabung di dalamnya.
Dalam
pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada
umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat
beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi
kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar
kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan
uswatun hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin.
Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang
digambarkan dalam Al-Qur'an: [[2]]
Artinya: Dan
sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. Al-Qalam: 4).
Dari
ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai kelebihan yaitu
berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan
memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru
sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha meneladani
kepemimpinan-Nya.
Pemimpin
merupakan pribadi yang memiliki ketrampilan teknis, khususnya dalam suatu
bidang, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas, demi pencapaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki born
leader dianggap mempunyai sifat unggul yang dibawa sejak lahir, sifatnya
khas dan unik, tidak dimiliki atau tidak dapat ditiru oleh orang lain. Namun
pada masa sekarang dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang serba modern dan
kompleks, di mana-mana selalu dibutuhkan pemimpin.[[3]]
Meski
telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, hingga kini para
peneliti belum berhasil menemukan satu atau sejumlah sifat yang dapat dipakai
sebagai ukuran membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Hail ini menunjukan bahwa
hanya dengan menggunakan pendekatan sifat saja, masalah kepemimpinan tidak akan
dipahami dan dipecahkan secara baik.
Kepemimpinan
dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan
dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.[[4]] Jadi,
pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat
horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni
tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat. Kepemimpinan sebenarnya bukanlah
sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah
yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam
Al Qur’an surat Al-Mu’minun:
Artinya: Dan
(sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta
orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang yang akan mewarisi,
(yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. (Q.S.
Al-Mu’minun: 8-11).[[5]]
Selain
dalam Al Qur’an kita juga sering mendengarkan para penceramah (Mubaliq) atau
para guru (dosen) yang selalu mengingatkan kita dengan bahasa yang sangat
familiar ditengah-tengah masyarakat akademik yang bicara soal pertanggung
jawaban kita manusia di tuntut agar dapat menjaga amanah kepemimpinan, sebab
hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan Allah
SWT. Karna setiap manusia adalah pemimpin.
Dari
penjelasan Al Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 8-11 di atas dapat diambil suatu
benang merah bahwa dalam ajaran Islam seorang pemimpin harus mempunyai sifat
amanah, karena seorang pemimpin akan diserahi tanggung jawab, jika pemimpin
tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan
dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya
tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah
pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya. Selain bersifat
amanah seorang pemimpin harus mempunyai sifat yang adil. Hal tersebut
ditegaskan oleh Allah dalam firmannya:
Artinya: Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat. (Q. S. An- Nisa’: 58). [[6]]
Dari
penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah
sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung
jawab, profesional dan keikhlasan. Sebagai konsekuensinya pemimpin harus
mempunyai sifat amanah, profesional dan juga memiliki sifat tanggung jawab.
Kepemimpinan
bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan melayani untuk
mengayomi dan berbuat seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah keteladanan dan
kepeloporan dalam bertindak yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya
akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai
keadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar