Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Rabu, 12 Juni 2019

Apa yang Anda pahami terkait Kepemimpinan pendidikan Islam sebagai ruh yang menjadi pusat sumber gerakan organisasi


Jawaban No. 1
Ketika ada pertanyaan yang berbunyi Apa yang Anda pahami terkait Kepemimpinan pendidikan Islam sebagai ruh yang menjadi pusat sumber gerakan organisasi, maka  jawaban saya adalah :
Kepemimpinan adalah faktor yang penting dalam sebuah organisasi. Faktor kepemimpinan menentukan berhasil tidaknya sebuah organisasi. Dalam lembaga pendidikan Islam di butuhkan para pemimpin yang mampu mewujudkan tujuan lembaga pendidikan Islam yang harus bersumber dari ajaran Islam sehingga menjadikan Islam sebagai ruh kepemimpinannya.
Dalam wadah atau lembaga pendidikan dalam hal ini Sekolah, maka guru, pegawai Sekolah terutama kepala Sekolah berperan penting dalam keberhasilan Sekolah tersebut, sehingga diperlukan ruh kepemimpinannya yang bersumberkan ajaran Islam baik Firman Tuhan maupun Sunah Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu kita harus mengetahui tentang kepemimpinan agar kita dapat mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang baik.
Pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Dalam lingkungan organisasi harus ada pemimpin yang secara ideal dipatuhi dan disegani oleh bawahannya. Kepemimpinan dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership).
Kepemimpinan formal terjadi apabila dilingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi, sedang kepemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.[[1]]
Sedangkan organisasi merupakan wadah aktivitas manusia untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini menunjukan bahwa roda organisasi akan digerakan oleh sekelompok orang dengan karakteristiknya yang berbeda-beda. Karakteristik manusia yang berbeda-beda tersebut akan menghasilkan aneka ragam perilaku yang mempengaruhi kinerja organisasi. Untuk menserasikan derap langkah semua orang yang ada di dalam organisasi diperlukan adanya pemimpin dengan kepemimpinan yang dapat diterima oleh orang-orang yang tegabung di dalamnya.
Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an: [[2]]

Artinya: Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. Al-Qalam: 4).

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya.
Pemimpin merupakan pribadi yang memiliki ketrampilan teknis, khususnya dalam suatu bidang, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas, demi pencapaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki born leader dianggap mempunyai sifat unggul yang dibawa sejak lahir, sifatnya khas dan unik, tidak dimiliki atau tidak dapat ditiru oleh orang lain. Namun pada masa sekarang dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang serba modern dan kompleks, di mana-mana selalu dibutuhkan pemimpin.[[3]] 
Meski telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, hingga kini para peneliti belum berhasil menemukan satu atau sejumlah sifat yang dapat dipakai sebagai ukuran membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Hail ini menunjukan bahwa hanya dengan menggunakan pendekatan sifat saja, masalah kepemimpinan tidak akan dipahami dan dipecahkan secara baik.
Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.[[4]] Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat. Kepemimpinan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Mu’minun:

Artinya: Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Mu’minun: 8-11).[[5]]

Selain dalam Al Qur’an kita juga sering mendengarkan para penceramah (Mubaliq) atau para guru (dosen) yang selalu mengingatkan kita dengan bahasa yang sangat familiar ditengah-tengah masyarakat akademik yang bicara soal pertanggung jawaban kita manusia di tuntut agar dapat menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan Allah SWT. Karna setiap manusia adalah pemimpin.
Dari penjelasan Al Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 8-11 di atas dapat diambil suatu benang merah bahwa dalam ajaran Islam seorang pemimpin harus mempunyai sifat amanah, karena seorang pemimpin akan diserahi tanggung jawab, jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya. Selain bersifat amanah seorang pemimpin harus mempunyai sifat yang adil. Hal tersebut ditegaskan oleh Allah dalam firmannya:

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q. S. An- Nisa’: 58). [[6]]

Dari penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab, profesional dan keikhlasan. Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat amanah, profesional dan juga memiliki sifat tanggung jawab.
Kepemimpinan bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan melayani untuk mengayomi dan berbuat seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.



[[1]] Baharudin dan umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam Atara Teori dan Praktik. (Yogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hlm 57
[[2]] Al Qur’an dan Terjemahannya, Departeman Agama RI (Jakarta 2000) hlm. 499
[[3]] Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 02
[[4]] Rivai, Veithzal. Islamic Leadership. (Jakarta: Bumiaksara, 2009), hlm. 76
[[5]] Al Qur’an dan Terjemahannya, Departeman Agama RI (Jakarta 2000) hlm. 487
[[6]] Al Qur’an dan Terjemahannya, Departeman Agama RI (Jakarta 2000) hlm. 765

Tidak ada komentar:

Posting Komentar