Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Sabtu, 29 Juni 2019

ANCAMAN BAGI ORANG YANG MENYAKITI ANAK YATIM


Ancaman Kepada Orang Yang Menyakiti Anak Yatim


Dalam surat al-Ma’un Allah berfirman: Yang artinya “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, itulah orang-orang yang menindas anak-anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang-orang miskin”. (al-Ma’un ayat 1-3). Keimanan terhadap agama Allah itu tidaklah dapat dinilai hanya dengan shalat atau ibadah lain semata-mata, sebab Islam bukanlah agama kulit dan agama ritual. Sesungguhnya hakikat iman itu mempunyai ciri-ciri yang dapat membuktikan perwujudannya. Selama ciri-ciri itu belum terwujudkan, maka keimanan dan kepercayaan itu pun tidak akan terwujud.


Sebenarnya, di antara akidah dan syariat Islam tidak boleh berpisah antara satu bagian dengan bagian yang lain. Islam adalah agama yang bersatu padu di mana kegiatan akidah membuahkan ibadah, sedangkan ibadat berkaitan dengan 10 tugas perseorangan. Tugas perseorangan berkaitan erat dengan tugas masyarakat yang kesemuanya menuju ke arah kebaikan manusia dan pengabdian kepada Allah SWT.


Seorang Muslim tidak boleh mengambil sebagian dari syariat Islam yang dianggapnya menguntungkan dan menolak sebagian lain yang dianggapnya merugikan. Ia tidak boleh menerima sesuatu dari syariah yang dia sukai dan menolak sebagiannya yang tidak dia sukai. Seorang Muslim sudah memproklamirkan diri dan menyerah diri sepenuhnya yang tersimpul dalam kalimat syahadat “Sesunguhnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Syahadat ini, memberi pengertian yang bahwa dengan mengakui Allah SWT adalah Tuhannya dan Muhammad sebagai pesuruh Allah, maka seorang Muslim wajib tunduk dan ta’at kepada aturan yang dibuat oleh Allah SWT dan dibawa oleh Rasulullah saw serta wajib menjalankan perintahNya dan wajib pula menjahui segala larangNya.


Inilah pengertian Islam dalam kontek penyerahan diri dan pengabdian kepada Allah SWT dan di sinilah letaknya batas perbedan antara iman dan kufur, antara percaya dan tidak percaya. Tiga ayat dalam surat Al Ma’un tersebut, menjadi contoh serta gambaran yang jelas mengenai hakikat keberagamaan. Firman Allah itu, dimulai dengan pertanyaan Allah: “Adakah engkau melihat atau adakah engkau tahu siapakah pendusta-pendusta agama itu?” Kemudian Allah menegaskan sebagai jawabannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mereka yang menindaskan anak-anak yatim dan orang-orang tidak memberi makan kepada orang-orang miskin.


Kalimat tersebut adalah suatu jawaban yang mengejutkan, karena hanya dengan sebab mengabaikan beberapa kebaikan terhadap anak yatim dan orang-orang miskin, digolongkan sebagai pendusta-pendusta agama sendiri. Terlebih jika kita juga melakukan perbuatan jahat, seperti; meninggalkan sembahyang, berjudi, berzina, korupsi, perampok, pengkhianat dan sebagainya. Allah memberi peringatan kepada kita tentang kebaikan anak-anak yatim dan orang-orang miskin sehingga ia dihubungkan dengan pengertian agama itu sendiri. Mengabaikan kebaikan mereka bererti mengabaikan agama, sebaliknya memuliakan mereka menjadi sifat-sifat orang yang beragama. Dalam surat lain Allah berfirman yang artinya


“Adapun terhadap anak-anak yatim maka janganlah kamu bersikap kasar terhadapnya dan adapun orang yang meminta-minta maka janganlah engkau usir (Surah Adh Dhuha Ayat 9-10). Orang yang paling bertanggungjawab untuk memelihara, mendidik dan membesarkannya anak yatim adalah ahli waris orang tuanya yang meninggal, hingga dia dapat menjalani hidup secara mandiri. Mereka tidak boleh menganiaya, menindas, mengkhianati dan berbuat zholim terhadap harta kepunyaan mereka.


Maka apabila ahli waris tidak mampu memeliharanya kerana kemiskinan dan ketidakmampuan, maka wajiblah bagi orang yang mampu dan berupaya memberikan bantuan dan memelihara mereka. Sekiranya golongan yang kaya dan mampu mengabaikannya, maka yang bertanggungjawab terhadap anak yatim adalah seluruh masyarakat. Memelihara anak yatim dalam rumah sendiri adalah sebaik-baik amal yang dituntut oleh Islam, sehingga Rasulullah saw pernah bersabda: “Rumah-rumah yang dicintai di sisi Allah ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak-anak yatim yang dimuliakannya”.

@menzou_id



Tidak ada komentar:

Posting Komentar