Ancaman
Kepada Orang Yang Menyakiti Anak Yatim
Dalam surat al-Ma’un Allah berfirman: Yang artinya “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama, itulah orang-orang yang menindas anak-anak yatim, dan tidak menganjurkan
memberi makan kepada orang-orang miskin”. (al-Ma’un ayat 1-3). Keimanan
terhadap agama Allah itu tidaklah dapat dinilai hanya dengan shalat atau ibadah
lain semata-mata, sebab Islam bukanlah agama kulit dan agama ritual.
Sesungguhnya hakikat iman itu mempunyai ciri-ciri yang dapat membuktikan
perwujudannya. Selama ciri-ciri itu belum terwujudkan, maka keimanan dan
kepercayaan itu pun tidak akan terwujud.
Sebenarnya, di antara akidah dan syariat
Islam tidak boleh berpisah antara satu bagian dengan bagian yang lain. Islam
adalah agama yang bersatu padu di mana kegiatan akidah membuahkan ibadah,
sedangkan ibadat berkaitan dengan 10 tugas perseorangan. Tugas perseorangan
berkaitan erat dengan tugas masyarakat yang kesemuanya menuju ke arah kebaikan
manusia dan pengabdian kepada Allah SWT.
Seorang Muslim tidak boleh mengambil
sebagian dari syariat Islam yang dianggapnya menguntungkan dan menolak sebagian
lain yang dianggapnya merugikan. Ia tidak boleh menerima sesuatu dari syariah
yang dia sukai dan menolak sebagiannya yang tidak dia sukai. Seorang Muslim
sudah memproklamirkan diri dan menyerah diri sepenuhnya yang tersimpul dalam
kalimat syahadat “Sesunguhnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Syahadat ini, memberi
pengertian yang bahwa dengan mengakui Allah SWT adalah Tuhannya dan Muhammad
sebagai pesuruh Allah, maka seorang Muslim wajib tunduk dan ta’at kepada aturan
yang dibuat oleh Allah SWT dan dibawa oleh Rasulullah saw serta wajib
menjalankan perintahNya dan wajib pula menjahui segala larangNya.
Inilah pengertian Islam dalam kontek
penyerahan diri dan pengabdian kepada Allah SWT dan di sinilah letaknya batas
perbedan antara iman dan kufur, antara percaya dan tidak percaya. Tiga ayat
dalam surat Al Ma’un tersebut, menjadi contoh serta gambaran yang jelas
mengenai hakikat keberagamaan. Firman Allah itu, dimulai dengan pertanyaan
Allah: “Adakah engkau melihat atau adakah engkau tahu siapakah
pendusta-pendusta agama itu?” Kemudian Allah menegaskan sebagai jawabannya.
Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mereka yang menindaskan anak-anak yatim
dan orang-orang tidak memberi makan kepada orang-orang miskin.
Kalimat tersebut adalah suatu jawaban yang
mengejutkan, karena hanya dengan sebab mengabaikan beberapa kebaikan terhadap
anak yatim dan orang-orang miskin, digolongkan sebagai pendusta-pendusta agama
sendiri. Terlebih jika kita juga melakukan perbuatan jahat, seperti;
meninggalkan sembahyang, berjudi, berzina, korupsi, perampok, pengkhianat dan
sebagainya. Allah memberi peringatan kepada kita tentang kebaikan anak-anak
yatim dan orang-orang miskin sehingga ia dihubungkan dengan pengertian agama
itu sendiri. Mengabaikan kebaikan mereka bererti mengabaikan agama, sebaliknya
memuliakan mereka menjadi sifat-sifat orang yang beragama. Dalam surat lain
Allah berfirman yang artinya
“Adapun terhadap anak-anak yatim
maka janganlah kamu bersikap kasar terhadapnya dan adapun orang yang
meminta-minta maka janganlah engkau usir (Surah Adh Dhuha Ayat 9-10). Orang
yang paling bertanggungjawab untuk memelihara, mendidik dan membesarkannya anak
yatim adalah ahli waris orang tuanya yang meninggal, hingga dia dapat menjalani
hidup secara mandiri. Mereka tidak boleh menganiaya, menindas, mengkhianati dan
berbuat zholim terhadap harta kepunyaan mereka.
Maka apabila ahli waris tidak mampu
memeliharanya kerana kemiskinan dan ketidakmampuan, maka wajiblah bagi orang
yang mampu dan berupaya memberikan bantuan dan memelihara mereka. Sekiranya
golongan yang kaya dan mampu mengabaikannya, maka yang bertanggungjawab
terhadap anak yatim adalah seluruh masyarakat. Memelihara anak yatim dalam
rumah sendiri adalah sebaik-baik amal yang dituntut oleh Islam, sehingga
Rasulullah saw pernah bersabda: “Rumah-rumah yang dicintai di sisi Allah ialah
rumah yang di dalamnya terdapat anak-anak yatim yang dimuliakannya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar