Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Jumat, 31 Mei 2019

MAKALAH TENTANG KEPEMIMPINAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya.
Sejarah timbulnya kepemimpinan dimulai sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradaban manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pemimpin itu menurut para ahli?
2. Apa saja pengertian kepemimpinan itu?
3. Apa teori Kepemimpinan Sifat itu?
4. Apa teori perilaku itu?
5. Apakah teori kontingensi itu?
6. Bagaimanakah kepemimpinan Pendidikan islam?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
a.     Menjelaskan Pengertian Pemimpin menurut para Ahli.
b.    Mendefinisikan pengertian dari Kepemimpinan.
c.     Menjelaskan teori sifat.
d.    Menerangkan teori Perilaku.
e.     Menjelaskan Teori Kontingensi.
f.     Menjelaskan Kepemimpinan Pendidikan Dalam Islam.









BAB II
PEMBAHASAN


A.   Pengertian
1.     Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli
                        Ahmad Rusli, (1999). Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin pengikutnya (sub-ordinat) ke arah mencapai matlamat  yang ditetapkan. Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Sedangkan Kartini Kartono (1994 : 33). Berpendapat bahwa Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

2.     Pengertian Kepemimpinan
dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut : Koontz dan O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya. Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama. Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang. (http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-menurut- para-ahli).  
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang yang dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

B.     Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian. Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
1.       Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
2.       Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
3.      Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
4.      Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya terpengaruh dan mampu berpihak kepadanya.

C.    Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
1.      Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
2.      Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

D.    Teori Kepemimpinan Kontingensi
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain, seseorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Jadi, Kontingensi / Situasional merupakan Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahannya dan situasi sebelum menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia.. Teori-teori yang termasuk dalam Teori Kepemimpinan Kontingensi ini adalah Teori Kepemimpinan yang di ungkapkan oleh teori Fiedler,  juga Teori Situasional Hersey-Blanchard, Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader Member Exchange Theory), Teori Jalur Tujuan (Path Goal Theory), dan Model Partisipasi-Pemimpin.
Salah satu teori kepemimpinan kontingensi yang banyak mendapat perhatian adalah Teori Jalur Tujuan dari Robert House dan Martin Evans. Esensi dari teori Jalur Tujuan adalah bahwa tugas pemimpin adalah membantu pengikut dalam mencapai tujuan-tujuan mereka dan menyediakan pengarahan dan atau dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Kata “jalur-tujuan’’ itu sendiri berasal dari kepercayaan bahwa pemimpin yang efektif mengklarifikasikan jalur untuk membantu pengikut berangkat dari posisi mereka ke arah pencapaian tujuan dan membuat perjalanan sepanjang jalur tersebut menjadi lebih mudah dengan mengurangi rintangan. Stephen P. Robbins, (2001 : 324), memberikan definisi mengenai Teori Jalur Tujuan sebagai : “Suatu teori dimana perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan sejauh mereka pandang sebagai sumber dari kepuasan jangka pendek maupun kepuasan jangka panjang.”.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi para bawahan, bahwa pemimpin membantu mereka mencapai tujuan yang bernilai, mempertinggi motivasi dan kepuasan kerja mereka. Teori Jalur Tujuan memberikan gambaran mengenai empat perilaku kepemimpinan yaitu direktif/instrumental, supportif, partisipatif, dan berorientasi prestasi. Adapun definisi dari masing-masing perilaku kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut :
a.     Kepemimpinan direktif yaitu suatu perilaku kepemimpinan dimana pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan, dan menunjukkan kepada bawahan bagaimana melakukan tugas dengan baik. Dengan kata lain kepemimpinan seperti ini memberikan pengarahan spesifik mengenai cara–cara penyelesaian tugas, penetapan jadwal, peraturan, dan standar definitif yang harus dipenuhi karyawan.
b.     Kepemimpinan supportif yaitu suatu perilaku kepemimpinan yang ramah, bersahabat, dan peduli terhadap status serta kebutuhan bawahannya.
c.     Kepemimpinan partisipatif yaitu suatu perilaku kepemimpinan dimana pemimpin melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, meminta saran dari bawahan, mempertimbangkan saran-saran tersebut sebelum mengambil keputusan, dan bahkan terkadang membiarkan bawahan mengambil keputusan sendiri.
d.     Kepemimpinan berorientasi prestasi yaitu suatu perilaku kepemimpinan dimana pemimpin membantu bawahan menetapkan tujuan yang menantang, mendorong bawahan untuk menerima tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan tersebut, dan memberikan hadiah (reward) bagi pencapaian tujuan.

E.     KEPEMIMPINAN PADA PENDIDIKAN ISLAM
Dalam ajaran agam Islam, hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa setiap manusia adalah seorang pemimpin, apakah ia sebagai kepala keluarga, sebagai imam suatu umat, seorang wanita yang kedudukannya sebagai ibu rumah tangga dan bahkan seorang pembantu sekalipun ia adalah seorang pemimpin.  
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi Artinya : Abu Nu’man menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid menceritakan hadits kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata: Rasulullah SAW. Bersabda “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban”.  Oleh karena itu seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban, dan seorang laki-laki adalah seorang pemimpin atas keluarganya, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin atas rumah suaminya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang hamba (pembantu) adalah pemimpin atas harta tuannya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban.  
Maka, dalam hal ini seharusnya kita meneladani tata cara Nabi Muhammad SAW dalam memimpin. Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang tangguh dan paling efektif. Segala macam kualitas yang dibutuhkan untuk tampil sebagai figur kepemimpinan berhimpun pada pribadi Nabi Muhammad SAW. Kita dapat mencatat umpamanya beberapa hal persyaratan yang telah dimiliki beliau : Beliau adalah pribadi yang mempunyai sifat-sifat terpuji, diantaranya adalah siddiq. Selaku pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi ketika diuji dengan harta, kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan tidak tergoyahkan. Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan pandangan yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan diskusi dengan para sahabatnya (bawahan) dalam memutuskan suatu perkara yang rumit. Bahkan lebih dari itu, terkadang ide orang lain juga ide musuh-musunya kalau dianggap baik beliau mengambilnya.
Hal ini dilakukan dengan prinsip nisfu aqlika fi ‘aduwwika yang artinya sebagian dari ide anda dapat diperoleh dari taktik atau gagasan musuh-musuhmu. Konsep kepemimpinan (leadership) dalam pandangan agama Islam berdasarkan firman Allah SWT. surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ

Artinya : “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ” Sesungguhnya aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata : “ Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantioasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau ?“ Tuhan berfirman : “ Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. “ (QS Al-Baqarah : 30). Kandungan ayat tersebut menjelaskan nikmat-nikmat Allah SWT. yang dengan nikmat tersebut menjauhkan diri dari maksiat dan kufur serta dapat memotivasi seseorang untuk beriman kepada Allah SWT.. Diciptakannya Nabi Adam AS. dalam bentuk yang sedemikian rupa disamping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah SWT. di bumi. Hal tersebut merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunannya dengan cara taat kepada Allah SWT. dan tidak ingkar kepadaNya, termasuk menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT. Sedangkan penjelasan dari ayat ini adalah bahwa sesungguhnya kami (Allah SWT.) akan menjadikan Adam sebagai khalifah dan pengganti makhluk lain yang dulu menghuni bumi, mereka itu telah musnah karena saling menumpahkan darah, sekarang Adam adalah pengganti mereka.
Sebagian mufassirin berpendapat yang dimaksud dengan khalifah disini adalah sebagai pengganti Allah Allah SWT. dalam memberikan perintah-perintah Nya kepada manusia. Karenanya, istilah yang mengatakan bahwa “manusia adalah khalifah Allah di bumi” sudah sangat populer. Pengangkatan khalifah ini menyangkut pula pengertian pengangkatan sebagian manusia yang diberi wahyu oleh Allah tentang syariat-syariat Nya. Pengangkatan khalifah ini juga mencakup seluruh mahluk (manusia) yang berciri mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa .
Berbicara tentang kepemimpinan dalam pandangan agama Islam, maka kita akan merujuk terhadap pribadi dan pola kepemimpinan yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan istilah uswatun khasanah yang artinya teladan yang mulia atau baik. Keteladanan nabi muhammad SAW. ini telah dijamin oleh Allah SWT. dengan firman Nya dalam Al Qur’an yang berbunyi:

ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ

 Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taulada yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab : 21). Keteladanan Nabi Muhammad SAW. sangat tepat jika dicontoh oleh manusia pada umumnya dan para pemimpin pada khsusnya. Pengaruh kepemimpinan beliau masih tetap kuat, dan bagi umat Islam beliau merupakan figure keteladanan yang paling utama dalam berbagai segi kehidupan.
Beliau dengan sangat teliti dan hati-hati mencontohkan semua perbuatan baik dan menjauhkan diri dari melakukan perbuatan buruk dengan sangat teliti dan jelas.
Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun.
1. Shiddiq (Jujur). Ini adalah sifat kejujuran yang sangat ditekankan Rasulallah SAW baik kepada dirinya maupun pada para sahabat sahabatnya (Semoga kita juga meneladaninya). Adalah ciri seorang muslim untuk jujur. Sehingga Islam bukan saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar.
2.Amanah(bisa dipercaya). Sifat ini dicontohkan oleh Nabi Muhammada SAW dan ditanamkan khususnya kepada para sahabat yang ditugaskan di semua hal apa saja untuk bisa berbuat amanah ketika itu, tidak curang (atau juga korupsi di zaman sekarang) dalam hal apa saja. Sesuatu yang sekarnag menjadi sangat langka di negeri muslim sekalipun (miris).
3. Tabligh (Menyampaikan yang benar). Ini adalah sebuah sifat Rasulallah SAW untuk tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk kepentingan umat dan agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan informasi berharga hanya untuk dirinya sendiri. Subhanallah.
4. Fathonah (Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat.
Dengan mengenal beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa Seorang Rasulallah SAW yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi seorang Nabi, Rasul, Kepala Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat, Pimpinan Umat (rakyat) Pimpinan Perang (bawahan) menjadi sangat sukses dalam setiap hal yang beliau geluti. Semoga menjadi landasan bagi kita dan para pemimpin muslim untuk mampu meneladani apa-apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Rasulallah SAW.












BAB III
PENUTUP
1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Islam telah memberikan contoh dan suriteladan yang sempurna pada diri Nabi Muhammad SAW. Hendaknya kita sebagai umatnya harus selalu mengikuti dan meneladani cara dan gaya kepemimpinan Rasulullah SAW, baik sebagai pemimpin dirinya sendiri, pemimpin keluarganya, pemimpin rakyatnya dan umatnya yang tersebar di muka bumi ini.
2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Jika saja Bangsa ini memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA

  _ 2010. "Pengertian kepemimpinan menurut para ahli". (Online). (Http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli, diakses: 7 November 2015).

Aynul. 2009. "Leadership: Definisi Pemimpin". (Online). (Http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html, diakses: 7  November 2015).

Moejiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press.

Teguh, Mochammad, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar].  Yogyakarta: UII Press.

A.    Kesimpulan
1.      Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership)  didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.
2.      Terdapat beberapa konsep kepemimpinan yang muncul dengan analisis pendekatan perilaku, diantaranya adalah, ada yang lebih menekankan  pada tugas dan ada yang lebih mementingkan pada hubungan, konsep kepemimpinan yang efektif menurut hemat penulis adalah antara tugas dan hubungan harus berjalan dengan seimbang.
3.      Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, melaksanakan kontrol dan seterusnya
4. penerapan teori prilaku kepemimpinan dalam pendidikan Islam:
Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. karena ia merupakan pemimpin dilembaganya, Kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara umum setidaknya mengacu kepada empat hal pokok,yaitu : (a) sifat dan ketrampilan kepemimpinan ; (b) kemampuan pemecahan masalah; (c) ketrampilan social;dan (d) pengetahuan dan kompetensi professional.
 
DAFTAR RUJUKAN

Baharuddin,Umiarso, kepemimpinan pendidikan Islam,Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2012.
Daryanto. M.administrasi  pendidikanJakarta: rineka cipa,1998.
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2004.
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Ngalim Purwanto.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung:Rosdakarya,2006.

Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Abditama, 2008.
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar