BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring perkembangan
zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan
manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini
terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai
sudut pandang atau perspektifnya.
Sejarah timbulnya
kepemimpinan dimulai sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling
melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradaban manusia. Kerjasama
tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok
manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang
dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut,
terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang
ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling
kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama
misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat,
berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang
seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena
pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan
dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak
definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang
masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa
kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena
pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya
dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist)
cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh
secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan
keinginan pemimpin
.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pemimpin itu
menurut para ahli?
2. Apa saja pengertian kepemimpinan itu?
3. Apa teori Kepemimpinan
Sifat itu?
4. Apa teori perilaku itu?
5. Apakah teori kontingensi itu?
6. Bagaimanakah kepemimpinan Pendidikan
islam?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk:
a.
Menjelaskan Pengertian Pemimpin menurut para Ahli.
b.
Mendefinisikan pengertian dari Kepemimpinan.
c.
Menjelaskan teori sifat.
d.
Menerangkan teori Perilaku.
e.
Menjelaskan Teori Kontingensi.
f.
Menjelaskan Kepemimpinan Pendidikan Dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Definisi Pemimpin
Menurut Para Ahli
Ahmad
Rusli, (1999). Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan
memimpin pengikutnya (sub-ordinat) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan. Miftha Thoha dalam bukunya
Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Sedangkan Kartini Kartono
(1994 : 33). Berpendapat bahwa Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang,
sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
2.
Pengertian Kepemimpinan
dalam merumuskan
batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan
banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja
menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut : Koontz dan O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan
sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya. Wexley dan Yuki (1977),
kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih
berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. Georger
R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk
bersedia berusaha mencapai tujuan bersama. Pendapat lain, kepemimpinan
merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau
sekelompok orang. (http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-
para-ahli).
Dari keempat definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang yang dilihat oleh para ahli
tersebut adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
B.
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali
di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian. Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
1. Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
2. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
3. Motivasi Diri
dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
4. Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya
terpengaruh dan mampu berpihak kepadanya.
C. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian,
perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan
kearah 2 hal, yaitu:
1. Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
2. Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
D. Teori
Kepemimpinan Kontingensi
Teori
kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan
seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas
kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya
kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan
kelompoknya. Dengan perkataan lain, seseorang menjadi pemimpin bukan karena
sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan
adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Jadi,
Kontingensi / Situasional merupakan Suatu
pendekatan terhadap kepemimpinan yang menganjurkan pemimpin untuk memahami
perilaku bawahannya dan situasi sebelum menggunakan gaya kepemimpinan tertentu.
Pendekatan ini menghendaki pemimpin untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam
hubungan antara manusia.. Teori-teori yang termasuk dalam Teori
Kepemimpinan Kontingensi ini adalah Teori Kepemimpinan yang di ungkapkan oleh
teori Fiedler, juga Teori Situasional
Hersey-Blanchard, Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader Member Exchange
Theory), Teori Jalur Tujuan (Path Goal Theory), dan Model
Partisipasi-Pemimpin.
Salah
satu teori kepemimpinan kontingensi yang banyak mendapat perhatian adalah Teori
Jalur Tujuan dari Robert House dan Martin Evans. Esensi dari teori Jalur Tujuan
adalah bahwa tugas pemimpin adalah membantu pengikut dalam mencapai
tujuan-tujuan mereka dan menyediakan pengarahan dan atau dukungan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok
atau organisasi secara keseluruhan. Kata “jalur-tujuan’’ itu sendiri berasal
dari kepercayaan bahwa pemimpin yang efektif mengklarifikasikan jalur untuk
membantu pengikut berangkat dari posisi mereka ke arah pencapaian tujuan dan
membuat perjalanan sepanjang jalur tersebut menjadi lebih mudah dengan
mengurangi rintangan. Stephen P. Robbins, (2001 : 324), memberikan definisi
mengenai Teori Jalur Tujuan sebagai : “Suatu
teori dimana perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan sejauh mereka
pandang sebagai sumber dari kepuasan jangka pendek maupun kepuasan jangka
panjang.”.
Dari
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi para bawahan, bahwa
pemimpin membantu mereka mencapai tujuan yang bernilai, mempertinggi motivasi
dan kepuasan kerja mereka. Teori Jalur Tujuan memberikan gambaran mengenai
empat perilaku kepemimpinan yaitu direktif/instrumental, supportif,
partisipatif, dan berorientasi prestasi. Adapun definisi dari masing-masing
perilaku kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Kepemimpinan
direktif yaitu suatu perilaku kepemimpinan dimana pemimpin memberitahukan
kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberikan petunjuk apa yang
harus dilakukan, dan menunjukkan kepada bawahan bagaimana melakukan tugas
dengan baik. Dengan kata lain kepemimpinan seperti ini memberikan pengarahan
spesifik mengenai cara–cara penyelesaian tugas, penetapan jadwal, peraturan,
dan standar definitif yang harus dipenuhi karyawan.
b. Kepemimpinan supportif yaitu suatu
perilaku kepemimpinan yang ramah, bersahabat, dan peduli terhadap status serta
kebutuhan bawahannya.
c. Kepemimpinan partisipatif yaitu
suatu perilaku kepemimpinan dimana pemimpin melibatkan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan, meminta saran dari bawahan, mempertimbangkan saran-saran
tersebut sebelum mengambil keputusan, dan bahkan terkadang membiarkan bawahan
mengambil keputusan sendiri.
d. Kepemimpinan berorientasi prestasi yaitu
suatu perilaku kepemimpinan dimana pemimpin membantu bawahan menetapkan tujuan
yang menantang, mendorong bawahan untuk menerima tanggung jawab dalam
melaksanakan tujuan tersebut, dan memberikan hadiah (reward) bagi
pencapaian tujuan.
E. KEPEMIMPINAN PADA PENDIDIKAN ISLAM
Dalam ajaran agam Islam, hadits Nabi
Muhammad SAW menyebutkan bahwa setiap manusia adalah seorang pemimpin, apakah
ia sebagai kepala keluarga, sebagai imam suatu umat, seorang wanita yang
kedudukannya sebagai ibu rumah tangga dan bahkan seorang pembantu sekalipun ia
adalah seorang pemimpin.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi Artinya
: Abu Nu’man menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid menceritakan
hadits kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata: Rasulullah
SAW. Bersabda “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban”. Oleh karena itu
seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban, dan
seorang laki-laki adalah seorang pemimpin atas keluarganya, dan setiap kamu
akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin
atas rumah suaminya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan
seorang hamba (pembantu) adalah pemimpin atas harta tuannya dan setiap kamu
akan dimintai pertanggungjawaban.
Maka, dalam hal ini seharusnya kita
meneladani tata cara Nabi Muhammad SAW dalam memimpin. Nabi Muhammad SAW adalah
pemimpin yang tangguh dan paling efektif. Segala macam kualitas yang dibutuhkan
untuk tampil sebagai figur kepemimpinan berhimpun pada pribadi Nabi Muhammad
SAW. Kita dapat mencatat umpamanya beberapa hal persyaratan yang telah dimiliki
beliau : Beliau adalah pribadi yang mempunyai sifat-sifat terpuji, diantaranya
adalah siddiq. Selaku pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi ketika
diuji dengan harta, kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan tidak
tergoyahkan. Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan
pandangan yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan diskusi
dengan para sahabatnya (bawahan) dalam memutuskan suatu perkara yang rumit.
Bahkan lebih dari itu, terkadang ide orang lain juga ide musuh-musunya kalau
dianggap baik beliau mengambilnya.
Hal ini dilakukan dengan prinsip nisfu aqlika fi ‘aduwwika yang artinya sebagian dari ide anda dapat
diperoleh dari taktik atau gagasan musuh-musuhmu. Konsep kepemimpinan
(leadership) dalam pandangan agama Islam berdasarkan firman Allah SWT. surat Al
Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Artinya : “
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ” Sesungguhnya aku
(Allah) hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata : “
Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantioasa bertasbih
dengan memuji engkau dan mensucikan engkau ?“ Tuhan berfirman : “ Sesungguhnya
Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. “ (QS Al-Baqarah : 30). Kandungan ayat tersebut menjelaskan
nikmat-nikmat Allah SWT. yang dengan nikmat tersebut menjauhkan diri dari
maksiat dan kufur serta dapat memotivasi seseorang untuk beriman kepada Allah
SWT.. Diciptakannya Nabi Adam AS. dalam bentuk yang sedemikian rupa disamping
kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta
berfungsi sebagai khalifah Allah SWT. di bumi. Hal tersebut merupakan nikmat
yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunannya dengan cara taat kepada
Allah SWT. dan tidak ingkar kepadaNya, termasuk menjauhi kemaksiatan yang
dilarang oleh Allah SWT. Sedangkan penjelasan dari ayat ini adalah bahwa
sesungguhnya kami (Allah SWT.) akan menjadikan Adam sebagai khalifah dan
pengganti makhluk lain yang dulu menghuni bumi, mereka itu telah musnah karena
saling menumpahkan darah, sekarang Adam adalah pengganti mereka.
Sebagian mufassirin berpendapat yang dimaksud dengan
khalifah disini adalah sebagai pengganti Allah Allah SWT. dalam memberikan
perintah-perintah Nya kepada manusia. Karenanya, istilah yang mengatakan bahwa
“manusia adalah khalifah Allah di bumi” sudah sangat populer. Pengangkatan
khalifah ini menyangkut pula pengertian pengangkatan sebagian manusia yang
diberi wahyu oleh Allah tentang syariat-syariat Nya. Pengangkatan khalifah ini
juga mencakup seluruh mahluk (manusia) yang berciri mempunyai kemampuan
berfikir yang luar biasa .
Berbicara tentang kepemimpinan dalam pandangan agama Islam,
maka kita akan merujuk terhadap pribadi dan pola kepemimpinan yang ditampilkan
oleh Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan istilah uswatun khasanah yang
artinya teladan yang mulia atau baik. Keteladanan nabi muhammad SAW. ini telah
dijamin oleh Allah SWT. dengan firman Nya dalam Al Qur’an yang berbunyi:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taulada yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
qiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab : 21). Keteladanan Nabi
Muhammad SAW. sangat tepat jika dicontoh oleh manusia pada umumnya dan para
pemimpin pada khsusnya. Pengaruh kepemimpinan beliau masih tetap kuat, dan bagi
umat Islam beliau merupakan figure keteladanan yang paling utama dalam berbagai
segi kehidupan.
Beliau dengan sangat teliti dan hati-hati mencontohkan semua
perbuatan baik dan menjauhkan diri dari melakukan perbuatan buruk dengan sangat
teliti dan jelas.
Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun.
Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun.
1. Shiddiq
(Jujur). Ini adalah sifat kejujuran yang sangat ditekankan Rasulallah SAW
baik kepada dirinya maupun pada para sahabat sahabatnya (Semoga kita juga
meneladaninya). Adalah ciri seorang muslim untuk jujur. Sehingga Islam bukan
saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar.
2.Amanah(bisa
dipercaya). Sifat ini dicontohkan oleh Nabi Muhammada SAW dan ditanamkan
khususnya kepada para sahabat yang ditugaskan di semua hal apa saja untuk bisa
berbuat amanah ketika itu, tidak curang (atau juga korupsi di zaman sekarang)
dalam hal apa saja. Sesuatu yang sekarnag menjadi sangat langka di negeri
muslim sekalipun (miris).
3. Tabligh
(Menyampaikan yang benar). Ini adalah sebuah sifat Rasulallah SAW untuk
tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk kepentingan umat dan
agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan informasi berharga hanya untuk
dirinya sendiri. Subhanallah.
4. Fathonah
(Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan jelas apa akar
permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambil untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat.
Dengan
mengenal beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa Seorang
Rasulallah SAW yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi seorang
Nabi, Rasul, Kepala Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat, Pimpinan Umat (rakyat)
Pimpinan Perang (bawahan) menjadi sangat sukses dalam setiap hal yang beliau
geluti. Semoga menjadi landasan bagi kita dan para pemimpin muslim untuk mampu
meneladani apa-apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Rasulallah SAW.
BAB
III
PENUTUP
1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung
pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Islam telah memberikan contoh dan
suriteladan yang sempurna pada diri Nabi Muhammad SAW. Hendaknya kita sebagai
umatnya harus selalu mengikuti dan meneladani cara dan gaya kepemimpinan
Rasulullah SAW, baik sebagai pemimpin dirinya sendiri, pemimpin keluarganya,
pemimpin rakyatnya dan umatnya yang tersebar di muka bumi ini.
2 SARAN
Sangat
diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika saja
Bangsa ini memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
DAFTAR
PUSTAKA
_ 2010.
"Pengertian kepemimpinan menurut para ahli". (Online).
(Http://Izmanyzz.wordpress.com/2010/09/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli,
diakses: 7 November 2015).
Aynul. 2009. "Leadership: Definisi Pemimpin".
(Online). (Http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html,
diakses: 7 November 2015).
Moejiono,
Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press.
Teguh,
Mochammad, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar]. Yogyakarta: UII Press.
A. Kesimpulan
1.
Teori perilaku
kepemimpinan (behavioral theory of leadership) didasari pada keyakinan bahwa pemimpin
yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader
aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori
kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental
atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin,
misalnya, melalui pelatihan atau observasi.
2.
Terdapat
beberapa konsep kepemimpinan yang muncul dengan analisis pendekatan perilaku,
diantaranya adalah, ada yang lebih menekankan
pada tugas dan ada yang lebih mementingkan pada hubungan, konsep
kepemimpinan yang efektif menurut hemat penulis adalah antara tugas dan
hubungan harus berjalan dengan seimbang.
3.
Pemimpin yang
efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang dapat mewujudkan sasarannya,
misalnya dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif,
memotivasi bawahannya, melaksanakan kontrol dan seterusnya
4. penerapan
teori prilaku kepemimpinan dalam pendidikan Islam:
Salah satu
bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. karena ia merupakan
pemimpin dilembaganya, Kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara umum
setidaknya mengacu kepada empat hal pokok,yaitu : (a) sifat dan ketrampilan
kepemimpinan ; (b) kemampuan pemecahan masalah; (c) ketrampilan social;dan (d)
pengetahuan dan kompetensi professional.
DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin,Umiarso, kepemimpinan pendidikan Islam,Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media,2012.
Daryanto.
M.administrasi pendidikanJakarta: rineka cipa,1998.
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin
yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen Kepemimpinan Islam, terj.
Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2004.
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Ngalim
Purwanto.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung:Rosdakarya,2006.
Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Abditama, 2008.
Usman, Husaini, Manajemen Teori,
Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar