A. Wasiat pertama saat berkhutbah di Arafah waktu haji wadha’ (perpisahan), saat Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan
mauidzah sebagai pesan terakhirnya yang ditujukan kepada jamaah haji yang hadir
saat itu dan juga merupakan pesan untuk seluruh umatnya. Dan berikut beberapa isi
dari pesan nabi tersebut antara lain sebagai berikut:
1.“Wahai manusia. Sesungguhnya darah kamu dan harta kekayaan kamu
merupakan kemuliaan bagi kamu sekalian, sebagaimana mulianya hari ini di bulan
yang mulia ini, di negeri yang mulia ini. Ketahuilah sesungguhnya segala
tradisi jahiliyah mulai hari ini tidak berlaku lagi. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkara kemanusiaan (seperti pembunuhan, dendam, dan
lain-lain) yang telah terjadi di masa jahiliyah, semuanya batal dan tidak boleh
berlaku lagi.
2. “Wahai manusia, aku berwasiat
kepadamu, perlakukan isteri-isterimu dengan baik. Kalian telah mengambilnya
sebagai pendamping hidupmu berdasarkan amanat Allah, dan kalian dihalalkan
berhubungan suami-isteri berdasarkan sebuah komitmen untuk kesetiaan yang
kokoh”.
3. “Wahai manusia. Sesungguhnya setan itu telah putus asa untuk dapat disembah
oleh manusia di negeri ini, akan tetapi setan itu masih terus berusaha (untuk
menganggu kamu) dengan cara yang lain. Setan akan merasa puas jika kamu
sekalian melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu hendaklah kamu
menjaga agama kamu dengan baik”.
4. “Perhatikanlah perkataanku ini. Sesungguhnya aku telah
menyampaikannya…”Aku tinggalkan sesuatu bagi kamu sekalian. Jika kamu berpegang
teguh dengan apa yang aku tinggalkan itu, maka kamu tidak akan tersesat
selama-lamanya. Itulah Kitab Allah (Al Quran) dan Sunnah nabi-Nya (Al-Hadits)
5. “Wahai manusia. Dengarkanlah dan taatlah kamu kepada pemimpin kamu,
walaupun kamu dipimpin oleh seorang hamba sahaya dari negeri Habsyah (Etiopia)
yang berhidung pesek, selama dia tetap menjalankan ajaran Kitabullah (Al Quran)
kepada kalian semua”.
B.
Yang
kedua menjelang wafatnya Nabi Muhammad SAW, Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam”
kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali
menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah
itu wahai anakku?”. “Tak tahulah ayahku, sepertinya orang baru, sekali
ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap
puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi
bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah wahai anakku, dialah
yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia. Dialah malaikatul maut” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan
tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut ruh kekasih Allah SWT
dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara
yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah
menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan
kepadakubagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai
Rasul Allah, aku
pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umatMuhammad telah berada di dalamnya” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan
Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin
dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau
palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu
itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal” kata Jibril. Sebentar kemudian
terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “YaAllah, dahsyat sekali maut
ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku” Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan
hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya dan mendengar
kalimatberikut ini:
“Uushiikum bis-shalaati,
wamaa malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah
di antaramu)”. (
inilah
peasan paling akhir sebagai wasiat bagi umatnya yang sangat beliau cintai)).
Di luar, pintu tangis
mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan
tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah
yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii! (Umatku, umatku,
umatku)“.
Dan, berakhirlah hidup
manusia mulia yang memberi sinaran itu. Allaahumma sholli ‘alaaMuhammad
wa’alaihi wasahbihi wasallim. Ya Allah, Berikanlah untuk Muhammad “al wasilah”
(derajat) dan keutamaan. Dan tempatkanlah ia di tempat terpuji sebagaimana yang
telah Engkau janjikan”.
Betapa mendalam cinta
Rasulullah kepada kita ummatnya, bahkan diakhir kehidupannya hanya kita yang
ada dalam fikirannya. Sakitnya sakaratul maut itutetapi sedikit sekali kita
mengingatnya bahkan untuk sekedar menyebut namanya. wallahua’lam.
"Aku sangat
mencitaimu wahai Muhammad SAW bin Abdullah, semoga aku bisa bertemu dengan Mu
di Surga Alloh Amin"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar