SINOPSIS
HUBUNGAN SUPERVISI
AKADEMIK PENGAWAS DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMPN
SE-KECAMATAN PRAYA TIMUR KABUPATEN
LOMBOK TENGAH
A.
Pendahuluan
Sekolah
merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan
nasional ialah mencerdaskan kehidupan bangsa yakni melalui pendidikan.
Keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang
ada di sekolah tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha
dan tenaga kependidikan lainnya, selain itu harus didukung pula oleh pihak luar
sekolah seperti komite sekolah, pengawas akademik maupun pengawas manajerial
serta stakeholder yang berkewajiban dalam menetukan keberhasilan ketercapaian
tujuan pendidikan di lembaga pendidikan atau sekolah.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan untuk terselenggarakannya proses pendidikan. Keberadaan guru
merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggara proses belajar siswa.
Oleh karena itu kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam
mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup
memadai, karena guru merupakan salah satu kompenen mikro sistem pendidikan yang
sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan di sekolah.
Dalam
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003[1],
“Tentan Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : 1) Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. 2)
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.”
Guru
memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan
keterampilan kepada siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru merupakan
pemegang peran utama, karena secara teknis dapat menterjemahkan proses
perbaikan system pendidikan dalam suatu kegiatan di kelas. Guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas tugas yang
ditandai dengan keahlian pada penguasaan materi maupun metode. Selain itu juga
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
Guru
yang profesional hendaknya mampu memikul danmelaksanakan tanggung jawab sebagai
guru kepada peserta didik, orang tua,masyarakat bangsa dan negara.Guru yang
profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial,intelektual moral dan
spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yangmampu memahami dirinya,
mengelolah dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru
dalam memahami dirinya sebagai bagianyang tak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta memiliki kemampuaninteraktif yang efektif. Tanggung jawab
intelektual diwujudkan melaluipenguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan
keterampilan yangdiperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab
spiritual danmoral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai mahluk beragama
yangperilakuknya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama danmoral.
Udin
Syaefudin Saud[2],
menjelaskan bahwa Guru profesional ciri-cirinya sebagaiberikut : a) Mempunyai
kometmen pada pada proses belajar siswa, b) Menguasai secara mendalam materi pelajaran
dan cara mengajarkanya, c) Mampu berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, d) Merupakan bagian dari
masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya yang memungkinkan mereka untuk
selalu meningkatkan profesionalismenya.
Kinerja
guru merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikanoleh pengawas
akademik dan kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat mendorong
kinerjaindividu dan kelompok yang akan meningkatkan efektifitas organisasi.
Setiapindividu mempunyai kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem
nilai-nilai yangberlaku pada dirinya.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yakni faktor internal dan
eksternal. Menurut Indrafachrudi[3]
membagi faktor-faktor yang mempengaruhikinerja kedalam dua kategori
yakni:Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yangberasal dari dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kinerjaseseorang dalam menjalankan pekerjaannya, antara lain;
motivasi danminat, bakat, watak, sifat, usia, jenis kelamin, pendidikan,
danpengalaman, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang datang dariluar diri seseorang yang dapat mempengaruhi
kinerjanya, antara lain;lingkungan fisik, sarana dan prasarana, imbalan,
suasana, kebijakan, sistem administrasi dan pengawasan.
Sedangkan
menurut Burhanudin,[4]
faktor-faktor yang tak kalah penting ialah tingkatpendidikan guru, supervisi
pengawas, program penataran, iklim yangkondusif, sarana dan prasarana, kondisi
fisik dan mental guru, gayakepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan,
kemampuanmanajerial kepala sekolah, pelatihan, pemberian insentif.
Faktor eksternal merupakan faktor yang sangat memungkinkan untuk dapat
diamati karena bersumber dari luar individu.Diantara beberapa faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi kinerja guru tersebut diantaranya mengenai kebijakan dan
kepengawasan. Kebijakan disini ialah
kebijakan kepala sekolah sehingga Gaya kepala sekolah menentukan
kebijakan-kebijakannya, sedangkan kepengawasan,
disamping dilaksanakan oleh kepala sekolah juga dilakukan oleh pengawas dari
dinas pendidikan baik itu pengawas manajerial dan pengawas akademik namun yang
langsung mensupervisi guru ialah pengawas akademik.
Guru
sebagai pendidik danpengajar tidak dapat dilepas begitu saja, tetapi guru masih
harus banyak diberipembinaan, pengarahan dan motivasi serta pengawasan, agar
guru mau memperbaikidiri dan mau untuk belajar lebih baik lagi sehingga dapat
meningkatkan keterampilanguna mendukung kompetensinya. Supervisi akademik
sangat diperlukan dalam mencapai kompetensi tersebut, selain itu Gaya
kepemimpinan kepala sekolah harusditingkatkan guna memperbaikikinerja guru. Karena pada hakekatnya guru adalah
manusia yang lemah dan tidaklepas dari berbagai kealfaan dan kehilafan, karena
itu perlu adanya yang mengingatmelalui supervisi akademik oleh pengawas maupun
kepala sekolah.
Pentingnya
supervisi dilakukan karena kenyataan seseorang tidak selamanyaakan bekerja
dengan baik jika tidak adanya pengontrolan atau pemantau dalam pelaksana
pekerjaan tersebut. Untuk itu pengawas dan kepala sekolah perlu melaksanakan
supervisi dalam pelaksanaan proses pembelajaran disekolah, menurut Made Pidarta[5]”Jarang
ada manusia yang berbakti sungguh-sungguh terhadap tugasnya.Karena itulah
dibutuhkan kontrol/supervisi agar pelaksanaan tidakmenyimpang secara berarti
dengan rencana yang telah ditentukan.”
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama
se-Kecamatan Praya Timur, dengan
tujuan; 1.Untuk mengkaji hubungan supervisi akademik pengawas dengan kinerja
guru pada SMP Negeri Sekecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, 2. Untuk
mengkaji hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru pada SMP
Negeri Sekecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, 3. Untuk mengkaji
hubungan supervisi akademik pengawas dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah
pada SMP Negeri Sekecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah.
B.
Kajian
Teori
1.
Kinerja Guru
Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau
unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Kinerja guru optimal akan sangat menentukan hasil pendidikan, karena
guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam
proses pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Kinerja guru menurut Sudirman,[6]
ialah Kinerja yang dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh seorang guru, yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a.
Menguasai
bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi
dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b.
Mengelola
program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan
instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat,
melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta
merencanakan dan melaksanakan program remidial
c.
Mengelola
kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar
d.
Menggunakan
media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan mendukung
pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau
laboraturium secara baik sesuai dengan kebutuhan.
e.
Menguasai
landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif
disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.
f.
Mengelola
interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru
dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta
didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi
pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan
g.
Menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk memenuhi
potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai
umpan balik bagi setiap siswa
h.
Mengenal
fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman
mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar
mengajar
i.
Mengenal
dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan
kegiatan administatif seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa.
j.
Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran,
merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran
untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.
Gordon,[7] menjelaskan tugas guru dalam pelaksanaan
kegiatan PBM adalah sebagai berikut: a) Menyunsun perangkat program
pengajaran, perangkat ini meliputi: Proram
Tahunan, Program Satuan Pelajaran, Rencana Pengajaran tiap semester, dan
Persiapan Mingguan Harian (jumlah harian guru/agenda harian guru, b) Pelaksanaan
pelajaran, pelaksanaan pelajaran ini meliputi: Pembukaan dan Penyajian
Materi, c) Penutup. Kegiatan penutup ini dilakukan melalui; pemberian
umpan balik/tes (tugas/ulangan harian, program tindak lanjut
(perbaikan/pengayaan), rangkuman dan penugasan, d) Evaluasi dan e) memberi kegiatan tambahan.
Gordon
juga menjelaskan, guru yang mempunyai kinerja baik adalah guru yang efektif dalam
menjalin hubungan dengan siswanya sehingga terjadi saling pengertian, saling
percaya antara kedua belah pihak. I.ebih lanjut dijelaskan pula bahwa guru yang
efektif ndalah puru yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut; (1) selalu menggunakan bahasa penerimaan dan menghindari
bahasa penolakan, (2) lebih mengutamakan pesan saya dari pada pesan anda, (3) memilih metode menang-menang
dalam menyelesaikan konflik, (4)
berdo'a dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa bila semua upaya telah ditempuh namun prmasalahan tetap belum selesai.
2. Supervisi Akademik Pengawas
Menurut pendapat Purwanto[8]
”Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.”
Kegiatan supervisi merupakan salah satu
tugas dari pengawas kepada pihak sekolah yang menjadi binaannya dalam rangka
mewujudkan kondisi kerja guru-guru dan pegawai sekolah yang baik dalam
mengembangkan prilaku anggota organisasi sekolah yang bersangkutan.
Tujuan supervisi akademik adalah
memberikan layanan danbantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukanguru di kelas. Dengan demikian
jelas bahwa tujuan supervisi adalahmemberikan layanan dan bantuan untuk
meningkatkan Gaya belajar gurudi kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan Gaya
belajar siswa.Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untukmengembangkan
potensi Gaya guru.
Pendapat tersebut
sesuai dengan apa yangdikemukakan oliva yang dikutif Sahertian[9]
bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan / akademik adalah :
a. Mengembangkan
kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
b. Meningkatkan
proses belajar mengajar di sekolah
c. Mengembangkan
seluruh staf di sekolah.
Kompetensi
supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan
pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak
terhadaphasil belajar siswa.
Berikut adalah
kompetensi inti dari dimensi kompetensi supervisi akademik:
1)
Menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran
2)
Menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan proses pembelajaran/pembimbingan tiap mata pelajaran
3)
Membimbing guru dalam menyusun silabus mata pelajaran
berdasarkan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-prinsip
pengembangan KTSP
4)
Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan setiap mata pelajaran membimbing
guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tiap mata pelajaran
5)
Membimbing guru dalam menyususn rencana pelaksanaan
pembelajaran tiap mata pelajaran.
6)
Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran di
laboratorium dan di lapangan
7)
Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan
dan menggunakan media serta fasilitas pembelajaran/bimbingan
8)
Membimbing guru dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran/bimbingan.
3.
Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Adair[10]”
Kepemimpinan adalah seni memengaruhisekelompok orang untuk mengikuti suatu alur
kegiatan, seni mengendalikanmereka, mengarahkan mereka, dan membuat mereka
mengeluarkan potensiterbaik.”Kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi bawahan
dan berkaitan dengan manaje untuk menggerakkan orang-orang agar dapatbekerja
dengan segenap potensi yang dimiliki dalam mencapai tujuanorganisisi.
Gaya adalah sikap, gerak-gerik atau lagak yang
menandai ciri seseorang.[11]
Sebagaimana banyak definisi tentang kepemimpinan, gaya kepemimpinan memiliki definisi yang bervariasi. Nurkholis
memberikan definisi berdasarkan pengertian tersebut sebagai sikap, gerak-gerik
atau lagak yang dipilih oleh seorang pemimpin dalam menjalankan tugas
pimpinannya.[12]
Sementara itu Baharuddin dan
Umiarso,[13]menyebutkan
bahwa “gaya kepemimpinan itu ada 4 (empat) macam yaitu, gaya instruktif,
gaya konsultatif, kepemimpinan partisipatif
dan gaya delegatif”
a.
Gaya instruktif
Penerapanya
pada pegawai yang masih baru atau baru saja bertugas. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan instruktif adalah:
1)
Memberikan pengarahan secara mendetail tentangapa kapan dan
bagaimana tugas itu dilaksanakan.
2)
Tingkat direktif tinggi
3)
Kadar semangat rendah
4)
Membuthkan pengawasan yang tinggi
5)
Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai
6)
Kurang dapat memotifasi pegawai
7)
Tingkat kemampuan pegawai rendah
b.
Gaya konsultatif
Penerapan
gaya ini adalah jika bawaahan memiliki kemampuan tinggi namun sebagian rendah.
Ciri-ciri gaya konsultatif adalah:
1)
Kadar direktif rendah
2)
Keemimpinan Memiliki semangat yang tinggi
3)
Komunikasi timbale balik
4)
Memerlukan pengarahan yang spesifik
5)
Tanggungjawab diberikan kepada bawahan secara bertahap
6)
Bawahan mulaitingkat rendah sampai sedang
c.
Gaya partisipatif
Pemimpin
sedikit dalam memberi pangarahanatau informasi, kemudian untuk sejanjutnya
anggotalah yang mengembangkan langkah-langkah dan solusi.
Adapun
cirri gaya kemimpinan partisipatif adalah:
1)
Komunikasi dua arah
2)
Mendorong bawahan untuk berpartisipasi penuh
3)
Melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan
4)
Anggota memiliki potensi dari sedangan sampai tinggi
5)
Pada konteks ini pemimin hanya.
d.
Gaya delegatif
Gaya
kepemimpinan ini dapat diterapkan pada karyawan dan anggota yang memiliki
potensi dan etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri gara delegatif adalah
1)
Memberikan pengarahan jika diperlukan saja
2)
Memberi semangat bawahan dianggap tidak perlu
3)
Segala tanggung jawab diserahkan kepada bawahan
4)
Sesekali perlu member motifasi
5)
Tingkat kematangan bawahan tinggi.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini ingin meneliti Hubungan Supervisi Akademik Pengawas dan
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru SMP Negeri Sekecamatan
Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Berdasarkan tujuan penelitian yang
bermaksud mencari adanya hubungan Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya
Kepemimpinann Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru SMP Negeri sekecamatan Praya
Timur Kabupaten Lombok tengah, maka penelitian ini termasuk kategori penelitian
expost de facto karena hubungan
antara variabel telah terjadi dan tidak diberikan perlakuan terhadap perilaku
yang diteliti.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasional. Penelitian korelasional
atau asosiatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel.[14]Terkait
dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan jenis penelitian korelasional
angka, mulai dari pengumpulan data dan penafsiran yang bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian korelasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
variabel bebas (independen variabel)
yaitu Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan
variabel terikat (dependen variabel)
yaitu Kinerja Guru.
D.
Hasil
Penelitian
Pengungkapan hasil penelitian ini
berupa temuan-temuan tentang Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) pada lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya
Timur Kabupaten Lombok Tengah.Ini dilakukan untuk
mencari temuan kontribusi terhadap peningkatan Kinerja Guru(X1), yang
selanjutnya dengan harapan dapat ikut serta memecahlan permasalahanyang
berkenaan dengan peningkatan Kinerja Guru di lingkungan 6 SMP Negeri
diKecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah. Hasil penelitian ini
kiranyaakan berguna bagi para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Lombok tengah dalam usaha untuk meningkatkan kualitas
Supervisi Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang pada akhirnya
dapat meneningkatkanKinerja Guru.Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh
beberapa temuan sebagaiberikut :
1. Kinerja Guru
Temuan
dalam Kinerja Guru di 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
Tengah menurut data hasil analisis menunjukkan proporsi yang cukup baik dengan
skor 93,23 (Median). Peningkatan Kinerja Guru akan terjadi dengan adanya
kontribusi variabel Supervisi Akademik Pengawas yang digabung dengan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten
Lombok Tengah. Kontribusi variabel Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 44,25%, sedangkan
55,75% didukung oleh faktor lain. Maka jelaslah dalam temuan antara variabel
Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah di 6 SMP
Negeri se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah memiliki korelasi
saling ketergantungan (interdependens) terhadap Kinerja Guru. Kondisi Supervisi
Akademik Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah variabel yang
dapat menjelaskan keberhasilan tingkat Kinerja Guru. Oleh karena itu,
kolaborasi Supervisi Akademik Pengawas dan dipadukan dengan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah yang cukup dan baik perlu untuk ditingkatkan lagi. Dalam paparan
pengujian hipotesis pada Bab IV, koefisien korelasi antara Supervisi akademik
Pengawas dengan Kinerja Guru (ry1) sebesar 0,647, dan pada Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah dengan Kinerja Guru (ry2) sebesar 0,665 serta Supervisi Akademik Pengawas
dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah secara bersama-sama dengan Kinerja Guru (ry.12) sebesar 0,665.
2.
Supervisi
Akademik Pengawas
Supervisi
Akademik Pengawas di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
tengah cukup baik. Hal ini membawa pengaruh positif terhadap peningkatan mutu
Kinerja Guru. Temuan penelitian tentang Supervisi Pengawas di 6 SMP Negeri
se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah cukup memberikan arah hubungan
yang positif kepada Kinerja Guru yaitu 41,85%. Ini berarti kontribusi terhadap
Kinerja Guru disebabkan faktor lain 58,15%. Temuan tentang perhatian Supervisi Akademik
Pengawas di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah cukup
menggembirakan. Walaupun demikian tentunya masih perlu untuk ditingkatkan lagi
guna memacu kualitas dan perhatianpendidikan di lingkungan 6 SMP Negeri di
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini disampikan dengan
memperhatikan kondisi di lapangan antara lain :
a.
Masih
kurangnya situasi yang kondusif dilingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya
Timur.
b.
Belum
terpenuhinya kemampuan pemahaman tuntutan profesi sebagai guru yang dapat
dijadikan landasan untuk melihat kinerja yang dimiliki oleh para guru. Sehingga
tidak dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efesien.
c.
Masih
kurangnya pemahaman tentang Kinerja Guru yang sesungguhnya.
d.
Kurangnya
dukungan manajemen dan dukungan masyarakat yang mengarah pada Kinerja Guru.
3.
Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terdapat
hubungan positif antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru di
lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Hal
ini dibuktikan dengan besarnya kontribusi secara langsung terhadap Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah 44,19%. Besarnya angka kontribusi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Kinerja Guru masih dapat ditingkatkan lagi seiringdengan upaya peningkatan
implementasinya. Ini berarti kontribusi terhadap Kinerja Guru disebabkan faktor
lain 55,81%. Dari hasil temuan penelitian dilapangan dapat dijumpai hal-hal
sebagai berikut :
a.
Komitmen
yang tidak merata dari beberapa kompenen yang ada pada 6 SMP Negeri di
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah dalam hal untuk melakukan
perubahan ke-arah yang lebih baik secara kontinyu.
b.
Kurangnya
peningkatan usaha untuk selalu belajar meng update diri lewat
kreativitas, adabtabilitas, motivasi dan perbaikan yang berkelanjutan sehingga
tidak sepenuhnya memberikan hubungan yang lebih positif terhadap kinerja guru.
c.
Peningkatan
dan pemberdayaan SDM, serta pemanfaatan sarana yang ada belum maksimal.
E.
Kesimpulan
dan Saran
1.
Kesimpualan
Akhir
hasil kajian di lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :Pertama, terdapat hubungan yang positif antara Supervisi
Pengawas dengan Kinerja Guru di lingkungan 6 SMP Negeri kecamatan Kopang
Kabupaten Lombok Tengah. Kesimpulan tersebut dapat dinyatakan bahwa Supervisi
Pengawas di lingkungan 6 SMP Negeri sekecamatan Praya Timur kabupaten Lombo0k
tengah cukup bermakna dan berhubungan positif dengan Kinerja Guru. Sebesar
41,85% variabel dalam Kinerja Guru (X1) dapat dijelaskan
oleh variabel Supervisi Pengawas (X2). Sedangkan 58,15% variabel Kinerja
Guru (X1) disebabkan
oleh faktor lain. Kedua, terdapat hubungan yang positif antara Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) dengan Kinerja Guru (X1) di Lingkungan 6
SMP Negeri di Kecamatan Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah. Dari
kesimpulan tersebut dapat dinyatakan bahwa Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) yang berlaku
di lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
tengah cukup bermakna dan hubungan positif dengan Kinerja Guru. Sebesar 44,19%
variabel dalam Kinerja Guru (X1) dapat dijelaskan oleh variabel Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3). Sedangkan 55,81% variabel Kinerja Guru (X1) disebabkan oleh faktor lain. Ketiga,
terdapat hubungan yang positif antara Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) secara bersama-sama dengan Kinerja Guru (X1) di lingkungan 6
SMP Negeri di Kecamatan Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah.
Kesimpulan secara umum dapat dinyatakan bahwa Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) secara bersama-sama cukup bermakna dan berhubungan
positif dengan Kinerja Guru (X1) di lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah. Sebesar 44,25% variabel Kinerja
Guru (X1) dapat
dijelaskan oleh variabel Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3). Sedangkan 55,75% variabel Kinerja Guru (X1) disebabkan oleh
faktor lain.
2.
Saran-saran
Berdasarkan
temuan dan hasil analisis data penelitian, terutama yang berkaitan dengan
konstribusi Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
(X3) terhadap
Kinerja Guru (X1) pada
lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur, peneliti mengajukan beberapa
saran, yaitu:
a.
Supervisi
Akademik Pengawas merupakan variabel yang sangat penting dalam meningkatkan
Kinerja Guru, oleh karena itu Pengawas dapat secara tepat dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas kepengawasannya, dengan selalu melihat situasi dan kondisi
guru dalam perkembangannya ketika melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai seorang pendidik.
b.
Kinerja
yang baik akan berkelanjutan apabila mendapatkan perhatian dan pengawasan
secara rutin serta dengan meningkatkan kesadaran akan tanggungjawab sebagai
tenaga pendidik. Hal ini perlu diupayaakan melalui peningkatan akan kualitas
kepemimpinan kepala sekolah sehingga setiap kegiatan guru merasa dihargai dan
diperhatikan, yang pada gilirannya nanti akan dapat meningkatkan kinerja guru
dalam melaksanakan tugasnya. Keberhasilan Kinerja Guru sesuai dengan ketentuan
sangat bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya
sungguh-sungguh dari segenap unsur yang terkait. Kinerja Guru merupakan cermin
keberhasilan rencana pengembangan sekolah. Pelaksanaan peningkatan Kinerja Guru
akan mendukung tercapainya guru profesional yang mampu menghasilkan insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara adil, bermutu, dan relevan untuk
kebutuhan masyarakat Indonesia dan global.
c.
Supervisi Akademik Pengawas dalam pelaksanaan
pengawasan Kinerja Guru dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah bukan hal yang
perlu ditakuti, melainkan suatu koordinasi untuk mencari solusi dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kegiatan tugas seorang guru dan
tugas kepala sekolah.
d.
Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan ujung tombak dalam memotivasi untuk
meningkatkan mutu Kinerja Guru. Sebagai seorang top manager (Kepala Sekolah)
tidak seharunya mencari kesalahan atau kekurangan yang ada di sekolah dalam
menjalankan fungsi pengawasan. Kepala sekolah diharapkan mampu memberi pengaruh
yang baik dalam menetapkan fungsi planning, organizing, actuating maupun
controlling demi pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.
Daftar Rujukan
Baharuddin dan Umiarso,2012. Kepemimpinan
Pendidikan Islam. Antara Teori dan Praktik,Jogyakarta: Ar-Ruz Media.
Burhanudin, 2005.
Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta:
Bumi aksara.
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Gordon, B.
Teacher Evaluate Supervisory Behavior in the Individual Conference. Journal
of Education Research. Vol. 49, (1976).
Indrafachrudi,
2000. Metode Penilaian Kinerja Serta Faktor yang Mempengaruhinya, Bandung:
Galia Indah.
John Adair, 2007. Cara menumbuhkan Pemimpin, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kasima,
1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Kartika.
M. Ngalim Purwanto, 2005. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Made Pidarta, ,
2000. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurkholis, 2005.
Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi Jakarta: Grasindo.
Oteng Sutisna, 1993. Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis
untuk Praktek Profesional, Bandung: Angkasa.
Sudirman, 2006. AKSI: Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan, Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
Suharsimin
Arikunto, 2005. Manajemen Penelitian,
Jakarta: Renika Cipta.
Udin
Syaefudin Saud, 2009. Pengembangan
Profesi Guru, Bandung: Alfabeta.
[1]Depdiknas,
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 39
[2] Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 97
[3] Indrafachrudi, Metode
Penilaian Kinerja Serta Faktor yang Mempengaruhinya. (Bandung: Galia Indah,
2000), hlm. 52
[4] Burhanudin, Analisis
Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara,
2005), hlm. 34
[5] Made Pidarta, Landasan
Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 15.
[6]Sudirman, AKSI: Peran
Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Sumedang:
Alqaprint Jatinangor, 2006), hlm. 75.
[7]Gordon, B. Teacher Evaluate Supervisory Behavior in the
Individual Conference. Journal of Education Research. Vol. 49, (1976),
hlm. 231-238.
[8]M. Ngalim Purwanto, Adminstrasi
dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 76.
[9]Oteng Sutisna, Administrasi
Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, hlm. 271.
[10]John Adair, Cara
menumbuhkan Pemimpin, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm 15
[11] Kasima, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia (Surabaya: Kartika,1997), 186.
[12] Nurkholis, Manajemen
Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 167.
[13]Baharuddin
dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam. Antara Teori dan Praktik, hlm
53.
[14] Suharsimin Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Renika Cipta,
2005), hlm. 247.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar