HUBUNGAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DAN
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMPN SE-KECAMATAN PRAYA
TIMUR KABUPATEN
LOMBOK TENGAH
Program Magister Manajemen
Pendidikan Islam
Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
E-Mail
: ansour83@gmail.com
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan di Sekolah
Menengah Pertama se-Kecamatan Praya Timur, dengan tujuan; 1.Untuk
mengkaji hubungan supervisi akademik pengawas dengan kinerja guru pada SMP
Negeri Sekecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, 2. Untuk mengkaji
hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru pada SMP Negeri
Sekecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, 3. Untuk mengkaji hubungan
supervisi akademik pengawas dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah pada SMP
Negeri Sekecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Adapun pendekatan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional.Metode yang digunakan untuk
mengungkapkan data-data dalam penelitian ini yaitu dengan menyebarkan
kuisioner/angket kepada semua guru PNS sebagai responden yang dijadikan subjek
penelitian, untuk mendapatkan data-data Primer dan dokumentasi digunakan untuk
menggali data-data skunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Supervisi Akademik
Pengawas di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur cukup baik.Hal ini membawa
pengaruh positif terhadap peningkatan mutu Kinerja Guru. Temuan penelitian
tentang Supervisi Pengawas di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur cukup
memberikan arah hubungan yang positif kepada Kinerja Guru yaitu 41,85%. Ini
berarti kontribusi terhadap Kinerja Guru disebabkan faktor lain 58,15%.Terdapat
hubungan positif antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru di
lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur. Hal ini dibuktikan dengan
besarnya kontribusi secara langsung terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
adalah 44,19%.berarti kontribusi terhadap Kinerja Guru disebabkan faktor lain
55,81%.Temuan dalam Kinerja Guru di 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur
menurut data hasil analisis menunjukkan proporsi yang cukup baik dengan skor
93,23 (Median). Peningkatan Kinerja Guru akan terjadi dengan adanya kontribusi
variabel Supervisi Akademik Pengawas yang digabung dengan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur. Kontribusi variabel
Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Kinerja Guru sebesar 44,25%, sedangkan 55,75% didukung oleh faktor lain.
Kata
Kunci: Supervisi Pengawas, Gaya Kepemimpinan, Kepala Sekolah dan
Kinerja Guru
A.
Pendahuluan
Guru
yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat bangsa dan negara. Guru
yang profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual moral
dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,
mengelolah dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru
dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab
intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab
spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai mahluk beragama
yang perilakuknya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.
Udin
Syaefudin Saud[1],
menjelaskan bahwa Guru profesional ciri-cirinya sebagai berikut : a) Mempunyai
kometmen pada pada proses belajar siswa, b) Menguasai secara mendalam materi pelajaran
dan cara mengajarkanya, c) Mampu berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, d) Merupakan bagian dari
masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya yang memungkinkan mereka untuk
selalu meningkatkan profesionalismenya.
Kinerja
guru merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pengawas
akademik dan kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat mendorong
kinerja individu dan kelompok yang akan meningkatkan efektifitas organisasi.
Setiap individu mempunyai kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem
nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yakni faktor internal dan eksternal.
Menurut Indrafachrudi[2]
membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: Faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, antara lain;
motivasi dan minat, bakat, watak, sifat, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman,
sedangkan faktor eksternal yaitu
faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerjanya,
antara lain; lingkungan fisik, sarana dan prasarana, imbalan, suasana,
kebijakan, sistem administrasi dan pengawasan.
Sedangkan
menurut Burhanudin,[3]
faktor-faktor yang tak kalah penting ialah tingkat pendidikan guru, supervisi
pengawas, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi
fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan,
kemampuan manajerial kepala sekolah, pelatihan, pemberian insentif.
Faktor eksternal merupakan faktor yang sangat memungkinkan untuk dapat
diamati karena bersumber dari luar individu. Diantara
beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja guru tersebut
diantaranya mengenai kebijakan dan kepengawasan. Kebijakan disini ialah kebijakan kepala sekolah sehingga Gaya
kepala sekolah menentukan kebijakan-kebijakannya, sedangkan kepengawasan, disamping dilaksanakan
oleh kepala sekolah juga dilakukan oleh pengawas dari dinas pendidikan baik itu
pengawas manajerial dan pengawas akademik namun yang langsung mensupervisi guru
ialah pengawas akademik.
Guru
sebagai pendidik dan pengajar tidak dapat dilepas begitu saja, tetapi guru
masih harus banyak diberi pembinaan, pengarahan dan motivasi serta pengawasan,
agar guru mau memperbaiki diri dan mau untuk belajar lebih baik lagi sehingga
dapat meningkatkan keterampilan guna mendukung kompetensinya. Supervisi
akademik sangat diperlukan dalam mencapai kompetensi tersebut, selain itu Gaya
kepemimpinan kepala sekolah harus ditingkatkan guna memperbaiki kinerja guru. Karena pada hakekatnya guru adalah
manusia yang lemah dan tidak lepas dari berbagai kealfaan dan kehilafan, karena
itu perlu adanya yang mengingat melalui supervisi akademik oleh pengawas maupun
kepala sekolah.
Pentingnya supervisi
dilakukan karena kenyataan seseorang tidak selamanya akan bekerja dengan baik
jika tidak adanya pengontrolan atau pemantau dalam pelaksana pekerjaan
tersebut. Untuk itu pengawas dan kepala sekolah perlu melaksanakan supervisi
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, menurut Made Pidarta[4] ”Jarang
ada manusia yang berbakti sungguh-sungguh terhadap tugasnya. Karena itulah
dibutuhkan kontrol/supervisi agar pelaksanaan tidak menyimpang secara berarti
dengan rencana yang telah ditentukan.”
B.
Kajian
Teori
1.
Kinerja Guru
Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau
unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Kinerja guru optimal akan sangat menentukan hasil pendidikan, karena
guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam
proses pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Kinerja guru menurut Sudirman,[5]
ialah Kinerja yang dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh seorang guru, yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a.
Menguasai
bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi
dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b.
Mengelola
program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan
instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat,
melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta
merencanakan dan melaksanakan program remidial
c.
Mengelola
kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar
d.
Menggunakan
media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan mendukung
pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau
laboraturium secara baik sesuai dengan kebutuhan.
e.
Menguasai
landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif
disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.
f.
Mengelola
interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru
dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta
didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi
pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan
g.
Menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk memenuhi
potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai
umpan balik bagi setiap siswa
h.
Mengenal
fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman
mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar
mengajar
i.
Mengenal
dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan
kegiatan administatif seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa.
j.
Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran,
merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran
untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.
Gordon,[6] menjelaskan tugas guru dalam pelaksanaan
kegiatan PBM adalah sebagai berikut: a) Menyunsun perangkat program
pengajaran, perangkat ini meliputi: Proram
Tahunan, Program Satuan Pelajaran, Rencana Pengajaran tiap semester, dan
Persiapan Mingguan Harian (jumlah harian guru/agenda harian guru, b) Pelaksanaan
pelajaran, pelaksanaan pelajaran ini meliputi: Pembukaan dan Penyajian
Materi, c) Penutup. Kegiatan penutup ini dilakukan melalui; pemberian
umpan balik/tes (tugas/ulangan harian, program tindak lanjut
(perbaikan/pengayaan), rangkuman dan penugasan, d) Evaluasi dan e) memberi kegiatan tambahan.
Gordon
juga menjelaskan, guru yang mempunyai kinerja baik adalah guru yang efektif
dalam menjalin hubungan dengan siswanya sehingga terjadi saling pengertian,
saling percaya antara kedua belah pihak. I.ebih lanjut dijelaskan pula bahwa
guru yang efektif ndalah puru yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut; (1) selalu menggunakan bahasa penerimaan dan
menghindari bahasa penolakan, (2) lebih mengutamakan pesan saya dari pada pesan anda, (3) memilih metode menang-menang
dalam menyelesaikan konflik, (4)
berdo'a dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa bila semua upaya telah ditempuh namun prmasalahan tetap belum selesai.
2.
Supervisi Akademik Pengawas
Menurut pendapat Purwanto[7]
”Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.”
Kegiatan supervisi merupakan salah satu
tugas dari pengawas kepada pihak sekolah yang menjadi binaannya dalam rangka
mewujudkan kondisi kerja guru-guru dan pegawai sekolah yang baik dalam
mengembangkan prilaku anggota organisasi sekolah yang bersangkutan.
Tujuan supervisi akademik adalah
memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Dengan demikian
jelas bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk
meningkatkan Gaya belajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan
Gaya belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk mengembangkan
potensi Gaya guru.
Pendapat tersebut
sesuai dengan apa yang dikemukakan oliva yang dikutif Sahertian[8]
bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan / akademik adalah :
a. Mengembangkan
kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
b. Meningkatkan
proses belajar mengajar di sekolah
c. Mengembangkan
seluruh staf di sekolah.
Kompetensi
supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan
pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak
terhadap hasil belajar siswa.
Berikut adalah
kompetensi inti dari dimensi kompetensi supervisi akademik:
1)
Menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran
2)
Menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan proses pembelajaran/
pembimbingan
tiap mata pelajaran
3)
Membimbing guru dalam menyusun silabus mata pelajaran
berdasarkan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-prinsip
pengembangan KTSP
4)
Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran/bimbingan setiap mata pelajaran membimbing guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran tiap mata pelajaran
5)
Membimbing guru dalam menyususn rencana pelaksanaan
pembelajaran tiap mata pelajaran.
6)
Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran di
laboratorium dan di lapangan
7)
Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan
dan menggunakan media serta fasilitas pembelajaran/ bimbingan
8)
Membimbing guru dalam memanfaatkan teknologi informasi
untuk pembelajaran/ bimbingan.
3.
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Adair[9]”
Kepemimpinan adalah seni memengaruhi sekelompok orang untuk mengikuti suatu
alur kegiatan, seni mengendalikan mereka, mengarahkan mereka, dan membuat
mereka mengeluarkan potensi terbaik.” Kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi
bawahan dan berkaitan dengan manaje untuk menggerakkan orang-orang agar dapat bekerja
dengan segenap potensi yang dimiliki dalam mencapai tujuan organisisi.
Gaya adalah sikap, gerak-gerik atau lagak yang
menandai ciri seseorang.[10]
Sebagaimana banyak definisi tentang kepemimpinan, gaya kepemimpinan memiliki definisi yang bervariasi. Nurkholis
memberikan definisi berdasarkan pengertian tersebut sebagai sikap, gerak-gerik
atau lagak yang dipilih oleh seorang pemimpin dalam menjalankan tugas
pimpinannya.[11]
Sementara itu Baharuddin dan
Umiarso,[12]
menyebutkan bahwa “gaya kepemimpinan itu ada 4 (empat) macam yaitu, gaya
instruktif, gaya konsultatif, kepemimpinan partisipatif dan gaya delegatif”
a.
Gaya instruktif
Penerapanya
pada pegawai yang masih baru atau baru saja bertugas. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan instruktif adalah:
1)
Memberikan pengarahan secara mendetail tentang apa kapan dan
bagaimana tugas itu dilaksanakan.
2)
Tingkat direktif tinggi
3)
Kadar semangat rendah
4)
Membuthkan pengawasan yang tinggi
5)
Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai
6)
Kurang dapat memotifasi pegawai
7)
Tingkat kemampuan pegawai rendah
b.
Gaya konsultatif
Penerapan
gaya ini adalah jika bawaahan memiliki kemampuan tinggi namun sebagian rendah.
Ciri-ciri gaya konsultatif adalah:
1)
Kadar direktif rendah
2)
Keemimpinan Memiliki semangat yang tinggi
3)
Komunikasi timbale balik
4)
Memerlukan pengarahan yang spesifik
5)
Tanggungjawab diberikan kepada bawahan secara bertahap
6)
Bawahan mulaitingkat rendah sampai sedang
c.
Gaya partisipatif
Pemimpin
sedikit dalam memberi pangarahan atau informasi, kemudian untuk sejanjutnya
anggotalah yang mengembangkan langkah-langkah dan solusi.
Adapun
cirri gaya kemimpinan partisipatif adalah:
1)
Komunikasi dua arah
2)
Mendorong bawahan untuk berpartisipasi penuh
3)
Melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan
4)
Anggota memiliki potensi dari sedangan sampai tinggi
5)
Pada konteks ini pemimin hanya
d.
Gaya delegatif
Gaya
kepemimpinan ini dapat diterapkan pada karyawan dan anggota yang memiliki
potensi dan etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri gara delegatif adalah
1)
Memberikan pengarahan jika diperlukan saja
2)
Memberi semangat bawahan dianggap tidak perlu
3)
Segala tanggung jawab diserahkan kepada bawahan
4)
Sesekali perlu member motifasi
5)
Tingkat kematangan bawahan tinggi.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini ingin meneliti Hubungan Supervisi Akademik Pengawas dan
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru SMP Negeri Sekecamatan
Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Berdasarkan tujuan penelitian yang
bermaksud mencari adanya hubungan Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya
Kepemimpinann Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru SMP Negeri sekecamatan Praya
Timur Kabupaten Lombok tengah, maka penelitian ini termasuk kategori penelitian
expost de facto karena hubungan
antara variabel telah terjadi dan tidak diberikan perlakuan terhadap perilaku
yang diteliti.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasional. Penelitian korelasional
atau asosiatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel.[13]Terkait
dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan jenis penelitian korelasional
angka, mulai dari pengumpulan data dan penafsiran yang bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian
korelasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan variabel bebas (independen variabel) yaitu Supervisi
Akademik Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan variabel terikat
(dependen variabel) yaitu Kinerja
Guru.
D. Hasil Penelitian
Pengungkapan hasil penelitian ini
berupa temuan-temuan tentang Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) pada lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya
Timur Kabupaten Lombok Tengah.
Ini dilakukan untuk
mencari temuan kontribusi terhadap peningkatan Kinerja Guru (X1), yang
selanjutnya dengan harapan dapat ikut serta memecahlan permasalahan yang
berkenaan dengan peningkatan Kinerja Guru di lingkungan 6 SMP Negeri
diKecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah. Hasil penelitian ini
kiranyaakan berguna bagi para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Lombok tengah dalam usaha untuk meningkatkan kualitas
Supervisi Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang pada akhirnya
dapat meneningkatkanKinerja Guru.Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh
beberapa temuan sebagaiberikut :
1.
Supervisi
Akademik Pengawas di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
tengah cukup baik. Hal ini membawa pengaruh positif terhadap peningkatan mutu
Kinerja Guru. Temuan penelitian tentang Supervisi Pengawas di 6 SMP Negeri se-Kecamatan
Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah cukup memberikan arah hubungan yang positif
kepada Kinerja Guru yaitu 41,85%. Ini berarti kontribusi terhadap Kinerja Guru
disebabkan faktor lain 58,15%. Temuan tentang perhatian Supervisi Akademik
Pengawas di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah cukup
menggembirakan. Walaupun demikian tentunya masih perlu untuk ditingkatkan lagi
guna memacu kualitas dan perhatianpendidikan di lingkungan 6 SMP Negeri di
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini disampikan dengan
memperhatikan kondisi di lapangan antara lain :
a.
Masih
kurangnya situasi yang kondusif dilingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya
Timur.
b.
Belum
terpenuhinya kemampuan pemahaman tuntutan profesi sebagai guru yang dapat
dijadikan landasan untuk melihat kinerja yang dimiliki oleh para guru. Sehingga
tidak dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efesien.
c.
Masih
kurangnya pemahaman tentang Kinerja Guru yang sesungguhnya.
d.
Kurangnya
dukungan manajemen dan dukungan masyarakat yang mengarah pada Kinerja Guru.
2.
Terdapat
hubungan positif antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru di
lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah. Hal
ini dibuktikan dengan besarnya kontribusi secara langsung terhadap Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah 44,19%. Besarnya angka kontribusi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Kinerja Guru masih dapat ditingkatkan lagi seiringdengan upaya peningkatan
implementasinya. Ini berarti kontribusi terhadap Kinerja Guru disebabkan faktor
lain 55,81%. Dari hasil temuan penelitian dilapangan dapat dijumpai hal-hal
sebagai berikut :
a.
Komitmen
yang tidak merata dari beberapa kompenen yang ada pada 6 SMP Negeri di
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah dalam hal untuk melakukan
perubahan ke-arah yang lebih baik secara kontinyu.
b.
Kurangnya
peningkatan usaha untuk selalu belajar meng update diri lewat
kreativitas, adabtabilitas, motivasi dan perbaikan yang berkelanjutan sehingga
tidak sepenuhnya memberikan hubungan yang lebih positif terhadap kinerja guru.
c.
Peningkatan
dan pemberdayaan SDM, serta pemanfaatan sarana yang ada belum maksimal.
3. Temuan dalam
Kinerja Guru di 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah
menurut data hasil analisis menunjukkan proporsi yang cukup baik dengan skor
93,23 (Median). Peningkatan Kinerja Guru akan terjadi dengan adanya kontribusi
variabel Supervisi Akademik Pengawas yang digabung dengan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah.
Kontribusi variabel Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 44,25%, sedangkan 55,75% didukung oleh
faktor lain. Maka jelaslah dalam temuan antara variabel Supervisi Akademik
Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah di 6 SMP Negeri se-Kecamatan Praya
Timur Kabupaten Lombok Tengah memiliki korelasi saling ketergantungan
(interdependens) terhadap Kinerja Guru. Kondisi Supervisi Akademik Pengawas dan
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah variabel yang dapat menjelaskan
keberhasilan tingkat Kinerja Guru. Oleh karena itu, kolaborasi Supervisi Akademik
Pengawas dan dipadukan dengan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang cukup dan
baik perlu untuk ditingkatkan lagi. Dalam paparan pengujian hipotesis pada Bab
IV, koefisien korelasi antara Supervisi akademik Pengawas dengan Kinerja Guru
(ry1) sebesar 0,647,
dan pada Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru (ry2) sebesar 0,665
serta Supervisi Akademik Pengawas dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah secara
bersama-sama dengan Kinerja Guru (ry.12) sebesar 0,665.
E.
Kesimpulan
dan Saran
1.
Kesimpualan
Akhir
hasil kajian di lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :Pertama, terdapat hubungan yang positif antara Supervisi
Pengawas dengan Kinerja Guru di lingkungan 6 SMP Negeri kecamatan Kopang
Kabupaten Lombok Tengah. Kesimpulan tersebut dapat dinyatakan bahwa Supervisi
Pengawas di lingkungan 6 SMP Negeri sekecamatan Praya Timur kabupaten Lombo0k
tengah cukup bermakna dan berhubungan positif dengan Kinerja Guru. Sebesar
41,85% variabel dalam Kinerja Guru (X1) dapat dijelaskan
oleh variabel Supervisi Pengawas (X2). Sedangkan 58,15% variabel Kinerja
Guru (X1) disebabkan
oleh faktor lain. Kedua, terdapat hubungan yang positif antara Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) dengan Kinerja Guru (X1) di Lingkungan 6
SMP Negeri di Kecamatan Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah. Dari
kesimpulan tersebut dapat dinyatakan bahwa Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) yang berlaku
di lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
tengah cukup bermakna dan hubungan positif dengan Kinerja Guru. Sebesar 44,19%
variabel dalam Kinerja Guru (X1) dapat dijelaskan oleh variabel Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3). Sedangkan 55,81% variabel Kinerja Guru (X1) disebabkan oleh faktor lain. Ketiga,
terdapat hubungan yang positif antara Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) secara bersama-sama dengan Kinerja Guru (X1) di lingkungan 6
SMP Negeri di Kecamatan Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah.
Kesimpulan secara umum dapat dinyatakan bahwa Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3) secara bersama-sama cukup bermakna dan berhubungan
positif dengan Kinerja Guru (X1) di lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok tengah. Sebesar 44,25% variabel Kinerja
Guru (X1) dapat
dijelaskan oleh variabel Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X3). Sedangkan 55,75% variabel Kinerja Guru (X1) disebabkan oleh
faktor lain.
2.
Saran-saran
Berdasarkan
temuan dan hasil analisis data penelitian, terutama yang berkaitan dengan
konstribusi Supervisi Akademik Pengawas (X2) dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
(X3) terhadap
Kinerja Guru (X1) pada
lingkungan 6 SMP Negeri di Kecamatan Praya Timur, peneliti mengajukan beberapa
saran, yaitu:
a.
Supervisi
Akademik Pengawas merupakan variabel yang sangat penting dalam meningkatkan
Kinerja Guru, oleh karena itu Pengawas dapat secara tepat dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas kepengawasannya, dengan selalu melihat situasi dan
kondisi guru dalam perkembangannya ketika melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik.
b.
Kinerja
yang baik akan berkelanjutan apabila mendapatkan perhatian dan pengawasan
secara rutin serta dengan meningkatkan kesadaran akan tanggungjawab sebagai
tenaga pendidik. Hal ini perlu diupayaakan melalui peningkatan akan kualitas
kepemimpinan kepala sekolah sehingga setiap kegiatan guru merasa dihargai dan
diperhatikan, yang pada gilirannya nanti akan dapat meningkatkan kinerja guru
dalam melaksanakan tugasnya. Keberhasilan Kinerja Guru sesuai dengan ketentuan
sangat bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya
sungguh-sungguh dari segenap unsur yang terkait. Kinerja Guru merupakan cermin
keberhasilan rencana pengembangan sekolah. Pelaksanaan peningkatan Kinerja Guru
akan mendukung tercapainya guru profesional yang mampu menghasilkan insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara adil, bermutu, dan relevan untuk
kebutuhan masyarakat Indonesia dan global.
c.
Supervisi Akademik Pengawas dalam pelaksanaan
pengawasan Kinerja Guru dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah bukan hal yang
perlu ditakuti, melainkan suatu koordinasi untuk mencari solusi dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kegiatan tugas seorang guru dan
tugas kepala sekolah.
d.
Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan ujung tombak dalam memotivasi untuk
meningkatkan mutu Kinerja Guru. Sebagai seorang top manager (Kepala Sekolah)
tidak seharunya mencari kesalahan atau kekurangan yang ada di sekolah dalam
menjalankan fungsi pengawasan. Kepala sekolah diharapkan mampu memberi pengaruh
yang baik dalam menetapkan fungsi planning, organizing, actuating maupun
controlling demi pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.
Daftar Rujukan
Baharuddin dan Umiarso,2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Antara
Teori dan Praktik,Jogyakarta: Ar-Ruz Media.
Burhanudin,
2005. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta:
Bumi aksara.
Gordon, B. Teacher Evaluate Supervisory Behavior in the
Individual Conference. Journal of Education Research. Vol. 49, (1976).
Indrafachrudi,
2000. Metode Penilaian Kinerja Serta Faktor yang Mempengaruhinya, Bandung:
Galia Indah.
John
Adair, 2007. Cara menumbuhkan Pemimpin, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kasima, 1997. Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Kartika.
M.
Ngalim Purwanto, 2005. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Made
Pidarta, , 2000. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
Nurkholis,
2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi Jakarta:
Grasindo.
Oteng
Sutisna, 1993. Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional, Bandung: Angkasa.
Sudirman,
2006. AKSI: Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
Suharsimin
Arikunto, 2005. Manajemen Penelitian,
Jakarta: Renika Cipta.
Udin Syaefudin
Saud, 2009. Pengembangan Profesi Guru,
Bandung: Alfabeta.
[1] Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 97
[2] Indrafachrudi, Metode
Penilaian Kinerja Serta Faktor yang Mempengaruhinya. (Bandung: Galia Indah,
2000), hlm. 52
[3] Burhanudin, Analisis
Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara,
2005), hlm. 34
[4] Made Pidarta, Landasan
Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 15.
[5] Sudirman,
AKSI: Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
(Sumedang: Alqaprint Jatinangor, 2006), hlm. 75.
[6] Gordon, B. Teacher Evaluate Supervisory Behavior in the
Individual Conference. Journal of Education Research. Vol. 49, (1976),
hlm. 231-238.
[7] M.
Ngalim Purwanto, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 76.
[8] Oteng
Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
hlm. 271.
[9] John
Adair, Cara menumbuhkan Pemimpin, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2007), hlm 15
[10] Kasima, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia (Surabaya: Kartika, 1997), 186.
[11] Nurkholis, Manajemen
Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 167.
[12] Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam. Antara Teori
dan Praktik, hlm 53.
[13] Suharsimin Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Renika
Cipta, 2005), hlm. 247.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar