Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Kamis, 24 Agustus 2017

MAKALAH KORELASI FERTILITAS



KORELASI FERTILITAS TERHADAP TINGKAT EKONOMI MASYARAKATDESA KARANG KETUG KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN PASURUAN

BAB 1
A.    Latar belakang
Penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Namun tingginya jumlah penduduk juga merupakan penghambat pembangunan. Tingginya jumlah penduduk dikarenakan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Tingginya angka kelahiran dan pertambahan penduduk menjadi problem tersendiri bagi kehidupan saat ini. Pertumbuhan penduduk yang tak terkendali merupakan masalah serius yang harus segera dibenahi dan dicari solusinya. Untuk itu diperlukan upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Fertilitas adalah salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk selain mortalitas dan migrasi. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas di suatu daerah. Pertumbuhan penduduk yang pertahunnya semakin hari semakin bertambah menimbulkan masalah baru dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-sehari masyarakat khususnya dikabupaten pasuruan. Tingginya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak diikuti dengan pembangunan manusia yang belum efisien, tingkat pendidikan yang masih rendah, pendapatan rata-rata yang jauh dari kata cukup dan tidak mempunyai skil dibidang apapun sedangkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak memadai,dan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil membuat para pelaku ekonomi terpaksa memangkas jumlah pegawainya semakin memperparah keadaan sedangkan kebutuhan manusia dalam mengkonsumsi suatu barang  tidak terbatas sedangkan  alat pemuas kebutuhan yang sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis antara pengaruh fertilitas terhadap ekonomi masyarakat desa karang ketug kecamatan gading rejo kota pasuruan.Penduduk Kecamatan Gadingrejo pada tahun 2015 berdasarkandata proyeksi Sensus Penduduk 2010 sebesar 43.940 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi yaitu sebanyak 22.141 jiwa dibandingkan jumlah penduduk perempuan sebesar 21.799 jiwa. Sehinga angka sex ratio pada tahun 2015 sebesar 101,57 persen. Angka ini mengartikan bahwa dari 100 orang penduduk perempuan terdapat 101penduduk laki-laki.  Dari delapanwilayahkelurahan,jumlahpendudukterbanyakberadadiKelurahanGadingrejoyaitu10.568jiwa,selanjutnyakelurahan Karangketug sebanyak6.453jiwa,sedangkankelurahanpalingsedikitpenduduknyaadalahkelurahanRandusarisebanyak 2.484 jiwa. KepadatanpendudukKecamatanGadingrejo5.182jiwa/km2. Kelurahan Gadingrejo adalahwilayahdengantingkatkepadatantertinggiyaitu7.946jiwa/km2. Selanjutnya KelurahanGentong7.497jiwa/km2. Sedangkantingkatkepadatanterendahadalah kelurahanKarangketugyaitusebesar 3.432 jiwa/km2.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiman tingkat fertilitas di desa karang ketug kecamatan gading rejo kabupaten pasuruan ?
2.      Bagaimana tingkat ekonomi di desa karang ketug kecamatan gading rejo kabupaten pasuruan ?
3.      Bagaimana hubungan antara fertilitas dengan tingkat ekonomi masayarakat di desa karang ketug kecamatan gading rejo kabupaten pasuruan ?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Menjelaskan tingkat fertilitas di desa karang ketug kecamatan gading rejo kabupaten pasuruan
2.      Menjelaskan tingkat ekonomi di desa karang ketug kecamatan gading rejo kabupaten pasuruan
3.      Menjelaskan hubungan antara fertilitas dengan tingkat ekonomi penduduk  di desa karang ketug kecamatan gading rejo kabupaten pasuruan.


BAB II
Tinjauan Pustaka
A.Landasan Teori
1. teori fertilitas menurut Richard A. Easterlin
Analisis ekonomi terhadap fertilitas dikemukakan oleh Richard A. Easterlin. Menurut Easterlin permintaan akan anak sebagian ditentukan oleh karakteristik latar belakang individu seperti agama, pendidikan, tempat tinggal, jenis/tipe keluarga dan sebagainya. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang dilatarbelakangi oleh karakteristik diatas. Easterlin juga mengemukakan perlunya menambah seperangkat determinan ketiga (disamping dua determinan lainnya: permintaan anak dan biaya regulasi fertilitas) yaitu mengenai pembentukan kemampuan potensial dari anak. Hal ini pada gilirannya tergantung pada fertilitas alami (naturalfertility) dan kemungkinan seorang bayi dapat tetap hidup hingga dewasa. Fertilitas alami sebagian tergantung pada faktor-faktor fisiologis atau biologis, dan sebagian lainnya tergantung pada praktek-praktek budaya. Apabila pendapatan meningkat maka terjadilah perubahan “suplai” anak karena perbaikan gizi, kesehatan dan faktor-faktor biologis lainnya. Demikian pula perubahan permintaan disebabkan oleh perubahan pendapatan, harga dan “selera”. Pada suatu saat tertentu, kemampuan suplai dalam suatu masyarakat bisa melebihi permintaan atau sebaliknya. Easterlin berpendapat bahwa bagi negaranegara berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktek-praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan meluasnya praktek keluarga berencana.

2. teori Fertilitas menurut John C. Caldwell
John C. Caldwell juga melakukan analisis fertilitas dengan pendekatan ekonomisosiologis. Tesis fundamentalnya adalah bahwa tingkah laku fertilitas dalam masyarakat pra-tradisional dan pasca-transisional itu dilihat dari segi ekonomi bersifat rasional dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi yang telah ditetapkan dalam masyarakat, dan dalam arti luas dipengaruhi juga oleh faktor-faktor biologis dan psikologis.
Teori Caldwell menekankan pada pentingnya peranan keluarga dalam arus kekayaan netto (net wealth flows) antar generasi dan juga perbedaan yang tajam pada regim demografis pra-transisi dan pasca-transisi. Caldwell mengatakan bahwa “sifat hubungan ekonomi dalam keluarga” menentukan kestabilan atau ketidak-stabilan penduduk. Jadi pendekatannya lebih menekankan pada dikenakannya tingkah laku fe rtilitas terhadap individu (atau keluarga inti) oleh suatu kelompok keluarga yang lebih besar (bahkan yang tidak sedaerah) dari pada oleh “norma-norma” yang sudah diterima masyarakat. Seperti diamati oleh Caldwell, didalam keluarga selalu terdapat tingkat eksploitasi yang besar oleh suatu kelompok (atau generasi) terhadap kelompok atau generasi lainnya, sehingga jarang dilakukan usaha pemaksimalan manfaat individu.
Notestein (1945) menjelaskan bahwa dimensi awal transisi demografi berspekulasi pada tekanan ekonomi, dimana ia berharap tingkat kelahiran (fertilitas) di dunia pada penduduk berpenghasilan rendah berkurang karena di masa depan yang terjadi adalah meningkatnya biaya yang berasal dari anak-anak di dalam kehidupan perkotaan, yang berasal dari peningkatan biaya kesehatan anak dan juga pendidikannya.
Hipotesis lainnya berasal dari Mincer (1963), yang berpendapat bahwa sumber dari pendapatan keluarga dapat mempengaruhi keputusan orang tua untuk memiliki anak lagi. Misalnya, jika kenaikan pada pendapatan keluarga berasal dari meningkatnya nilai waktu kerja seorang perempuan dalam keluarga (istri) maka peningkatan tersebut tidak hanya menambah pendapatan keluarga namun juga meningkatkan harga efektif dari seorang anak . Jadi orang tua akan memilih untuk memiliki anak dengan jumlah yang  sedikit.



Teori pertumbuhan ekonomi
1. Robert solow
Robert solow disini menggambarkan terhadap pengaruh populasi, tabungan dan juga teknologi mempengaruhi terhadap tingkat output dan juga pertumbuhan ekonomi. Dan di jangka panjang, tingkat tabungan bisa menentukan modal di dalam proses produksi. Yang artinya, Bahwa semakin tinggi tabungan maka semakin tinggi pula modal dan juga output yang dihasilkan.
Dan berikut adalah bentuk persamaannya : Q = f (C,L)  Keterangan :
  • Q = jumlah output
  • f = fungsi
  • C = modal
  • L = tenaga kerja
2. Joseph scumpeter
Joseph Schumpeter menjelaskan bahwasanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ini diperlukan peran dari para pengusaha yang bisa membuat inovasi di dalam perekonomian. Para pengusaha ini mempunyai modal yang selanjutnya akan di investasikan untuk kegiatan ekonomi. Dan hal ini tentunya akan menambah tingkat konsumsi masyarakat dan pendapatan sehingga terjadilah pertumbahan ekonomi. Di dalam proses inovasi teori schumpter ini ada 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu : Laba/keuntungan sebagai modal, Pemanfaatan teknologi-teknologi baru dan Proses Meniru (imitasi) dari para pengusaha yang lebih maju.
3. harrod-domar
Harrod-domar mengatakan tentang bagaimana caranya agar suatu perekonomian tumbuh pada tahap yang steady growth (teguh) dalam jangka panjang. Dan teori pertumbuhan ini juga menjelaskan tentang bagaimana cara agar kapasitas barang dan modal bertambah. Menurut Harrod-domar untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang steady growth dalam jangka panjang, maka dieprlukan pertambahan pengeluaran agregat.

Pembahasan
A.    Pengertian Fertilitas
Fertilitas merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya dari penduduk (actual reproduction performance). Atau jumlah kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok perempuan.
Kelahiran yang dimaksud disini hanya mencakup kelahiran hidup, jadi bayi yang dilahirkan menunjukan tanda-tanda hidup meskipun hanya sebentar dan terlepas dari lamanya bayi itu dikandung.
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Kemampuan fisiologis wanita untuk memberikan kelahiran atau berpartisipasi dalam reproduksi dikenal dengan istilah fekunditas. Tidak adanya kemampuan ini disebut infekunditas, sterilitas atau infertilitas fisiologis.
Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua persen saja dari mereka yang telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun.
Pengaruh Fertilitas
Menurut Ida Bagus Mantra (1985), terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi fertilitas yang dibedakan atas factor-faktor demografi dan factor-faktor non demografi. Factor-faktor demografi antara lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin pertama, keperidian atau fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Factor-faktor non demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Factor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap fertilitas.
Konsep-konsep Fertilitas
Dalam buku Dasar-dasar Demografi terbitan FE UI, dijelaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
  1. Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-gerakan otot.
  2. Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
  3. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran.
  4. Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).












Tingkat fertilitas dikecamatan gading rejo kota pasuruan


Menurut Kecamatan di Kota Pasuruan, 2015
Kecamatan
Bayi Lahir
BBLR
Gizi Buruk
Jumlah
Dirujuk
1
Gadingrejo
785
40
40
2
2
Purworejo
836
16
16
19
3
Bugulkidul
531
38
38
6
4
Panggungrejo
1096
22
22
11
Kota Pasuruan
3248
116
116
38

Data diatas menunjukkan bahwa Tingkat fertilitas (kelahiran bayi)dikecamatan gading rejo kota pasuruan prosentasenya sebesar 785 kelahiran pertahunnya. Jumlah ini tergolong cukup besar.

Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2010-2015
Kabupaten/Kota
Angka Harapan Hidup (Tahun)
2010
2011
2012
2013
2014
2015








01. Pacitan
71,26
71,48
71,69
72,18
70,75
71,05








02. Ponorogo
69,93
70,24
70,40
70,85
71,88
72,08








03. Trenggalek
71,62
71,87
72,13
72,33
72,51
72,91








04. Tulungagung
71,48
71,72
71,95
72,02
72,88
73,28








05. Blitar
70,88
71,09
71,30
71,80
72,50
72,80








06. Kediri
69,66
69,90
70,15
70,65
72,04
72,14








07. Malang
68,96
69,23
69,50
69,70
71,78
71,98








08. Lumajang
67,17
67,46
67,75
67,95
69,07
69,27








09. Jember
62,84
63,03
63,21
63,64
67,80
68,20








10. Banyuwangi
67,58
67,98
68,38
68,58
69,93
70,03








11. Bondowoso
63,23
63,54
63,85
63,95
65,43
65,73








12. Situbondo
63,19
63,36
63,52
63,95
68,08
68,28








13. Probolinggo
61,13
61,42
61,70
62,10
65,75
66,15








14. Pasuruan
64,01
64,31
64,61
64,81
69,83
69,83









Dari data diatas angka harapan hidup pertahun kota pasuruan dari tahun 2010 sampai 2015 dalam prosentase persen  adalah 64,01 persen, 64,31 persen, 64,61 persen, 64,81 persen, 69,83 persen, 69,83 persen. Dari prosentase data diatas angka harapan hidup kabupaten/kota pasuruan tahun 2010 sampai dengan 2015 prosentasenya cenderung naik, namun pada tahun 2014 ketahun 2015 prosentasenya cenderung sama tidak naik dan tidak turun.

B.     Tingkat ekonomi di kecamatan gading rejo kota pasuruan
Kondisi Perekonomian Daerah
Denyut nadi kehidupan perkonomian Pasuruan memang didominasi sektor industri karena areal pertanian dan perkebunan di Kota Pasuruan relatif lebih sempit biladibanding kabupaten Pasuruan. Yang menonjol dari Kota Pasuruan ini adalahindustri kayu dan logam cor. Namun, menurut wali kota, industri meubel lebihdominan sehingga Pasuruan dikenal sebagai kota industri meubel. Tercatat 26 jenismeubel kayu dan 29 jenis kerajinan kayu, 42 industri cor dan logam, dan 59 jenissuku cadang mesin diesel.Meskipun meubel menjadi andalan Pasuruan, bahan baku meubel justru diperolehdari luar daerah,seperti Banyuwangi, Bojonegoro, dan Kalimantan. Sementar kayuasli Pasuruan sangat sedikit digunakan.Selain sektor industri, Kota Pasuruan juga memiliki sektor perdagangan yangmenjadi tenaga penggerak perekonomian kota. Kontribusi sektor perdagangan-tanpahotel dan testoran-menyumbangkan Rp 209,39 milyar bagi kegiatan ekonomi kota.


C.    Hubungan Antara fertilitas dengan pendapatan

Efek kelahiran terhadap pendapatan suatu keluarga tergantung dari pilihan reproduksi (behavioral demands) atau reproduktif sukarela (biological supply). Behavioral demands berarti reproduksi sebagai sebuah alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan biological supply yaitu anak sebagai penerus dari generasi sebelumnya.
Kekayaan sebuah keluarga diperkirakan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi modern dan nantinya akan mendorong orang tua untuk memiliki lebih banyak anak, jika biaya relatif dan fungsi anak-anak tidak berubah (Becker 1960, Schultz 1981). Biaya oportunitas memiliki anak akan meningkat seiring dengan biaya barang dan kegiatan dalam membesarkan anak-anak, sedangkan biaya pribadi, di beberapa kebutuhan pengganti untuk anak-anak telah menurun, seperti pensiun hari tua dan perawatan kesehatan atau telah disosialisasikan dan di subsidi oleh pemerintah.
            Tingkat kelahiran menurun di negara-negara berpenghasilan tinggi melalui teknologi pengontrol tingkat kelahiran. Perbaikan dalam teknologi kesehatan anak meningkatkan proporsi tingkat kelahiran yang selamat sampai dewasa. Perkembangan kesehatan ini menurunkan tingkat kelahiran, dengan dua asumsi: tujuan reproduksi induk didefinisikan terutama dalam hal jumlah anak yang bertahan hidup dan permintaan akan keselamatan bayi adalah inelastis yang tinggi.(Schultz 1981).
Pengeluaran per anak merupakan keputusan sebuah keluarga yg biasa disebut Beckker “demand for child quality”. Bukti yang berkembang di abad 20 ini, keuntungan atau imbal balik dari anak yang bersekolah berarti pula bahwa biaya dari bersekolah menjadi lebih rendah. Hal itu akan mendorong orang tua dan masyarakat untuk berinvestasi lebih banyak pada sumber daya dalam pendidikan anak-anak. Beckker juga menganggap bahwa elastisitas pendapatan pada permintaan untuk kualitas anak lebih besar daripada elastisitas pendapatan terhadap permintaan kuantitas anak. Dan ini seharusnya mendorong orangtua untuk mengganti kualitas anak untuk kuantitas anak agar pendapatan mereka meningkat dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut penelitian sebelumnya semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu keluarga maka akan semakin rendah tingkat kelahiran.
Hubungan antara fertilitas dan pendapatan dikecamatan gading rejo kota pasuruan adalah saling keterkaitan. Karena orang tua yang yang kelas menengah keatas keinginannya untuk memiliki anak yang lebih dari satu cenderung lebih besar, dibandingkan dengan orang tua dengan pendapatan yang rendah.


BAB III
Penutup

A.    Kesimpulan
Tingkat kelahiran yang tinggi dengan tingkat pendapatan bisa di ibaratkan sebagai dua sisi koin yang tak bisa di pisahkan. Tingkat kelahiran yang tinggi akan menyebabkan banyak anak yang tidak dapat di jamin kualitas hidupnya. Jumlah gizi yang diterima cenderung rendah begitu pula tingkat pendidikannya. Apabila suatu keluarga memiliki banyak anak sudah dapat dipastikan biaya pendidikan untuk anak-anaknya akan terbagi – bagi sehingga tidak maksimal. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, seseorang tentu saja akan sulit bersaing di pasar tenaga kerja . Hal itu dapat diperparah apabila jumlah lapangan kerja yang tersedia sangatlah kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
Pendapatan seseorang juga dapat menyebabkan tingkat kelahiran yang tinggi. Misalnya, karena seseorang pendapatannya pas-pasan seorang kepala rumah tangga memutuskan untuk memiliki banyak anak, dengan harapan agar anak- anak tersebut nantinya dapat menopang keuangan keluarga.
Sedangkan orang yang pendapatannya tinggi juga dapat menyebabkan tingkat kelahirannya juga tinggi karena merasa mampu untuk menafkahi anak-anaknya.
Efek kelahiran terhadap pendapatan suatu keluarga tergantung dari pilihan reproduksi (behavioral demands) atau reproduktif sukarela (biological supply).
Pengeluaran per anak merupakan keputusan sebuah keluarga yg biasa disebut Beckker “demand for child quality”. Beckker menganggap bahwa elastisitas pendapatan pada permintaan untuk kualitas anak lebih besar daripada elastisitas pendapatan terhadap permintaan kuantitas anak. Dan ini seharusnya mendorong orangtua untuk mengganti kualitas anak untuk kuantitas anak agar pendapatan mereka meningkat dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita, maka pendapatan nya bisa jadi akan semakin tinggi pula. Dan itu sangat mempengaruhi terhadap preferensi seorang wanita untuk melahirkan.
Kenaikan pendapatan per kapita sebesar 10 % akan menurunkan angka kelahiran yang di harapkan oleh wanita yang berusia antara 15-49 tahun hingga sebesar 13%. Hal ini di dasari oleh meningkatnya biaya oportunitas memiliki anak pada saat pendapatannya meningkat.
Sehingga seorang wanita akan lebih memilih memanfaatkan waktunya untuk bekerja ketimbang merawat anak. Sehingga tingkat kelahiran akan menurun apabila tingkat pendidikan dan pendapatan wanita tergolong tinggi.


Daftar Pustaka
Komkom, Andy. 2014 pengertian fertilitas mortalitas dan migrasi. (https: andy     komkom.wordpress.com).
Nadeak, pray. 2013 konsep-konsep teori dan ukuran dasar fertilitas. (https: pray nadeak.wordpress.com).
https: Bps.co.id / Pasuruan
(economics development.blogspot.co.id) 2014. Hubungan tingkat kelahiran dengan pendapatan ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar