KORELASI FERTILITAS TERHADAP TINGKAT EKONOMI MASYARAKATDESA
KARANG KETUG KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN PASURUAN
BAB 1
A.
Latar
belakang
Penduduk
merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil
pembangunan. Namun tingginya jumlah penduduk juga merupakan penghambat
pembangunan. Tingginya jumlah penduduk dikarenakan tingginya laju pertumbuhan
penduduk. Tingginya angka kelahiran dan pertambahan penduduk menjadi problem
tersendiri bagi kehidupan saat ini. Pertumbuhan penduduk yang tak terkendali
merupakan masalah serius yang harus segera dibenahi dan dicari solusinya. Untuk
itu diperlukan upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Fertilitas adalah
salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk selain mortalitas dan
migrasi. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas di suatu
daerah. Pertumbuhan penduduk yang pertahunnya semakin hari semakin bertambah
menimbulkan masalah baru dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-sehari masyarakat
khususnya dikabupaten pasuruan. Tingginya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak
diikuti dengan pembangunan manusia yang belum efisien, tingkat pendidikan yang
masih rendah, pendapatan rata-rata yang jauh dari kata cukup dan tidak
mempunyai skil dibidang apapun sedangkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang
tidak memadai,dan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil membuat para pelaku
ekonomi terpaksa memangkas jumlah pegawainya semakin memperparah keadaan sedangkan
kebutuhan manusia dalam mengkonsumsi suatu barang tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan yang sangat terbatas. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis antara pengaruh fertilitas terhadap ekonomi masyarakat
desa karang ketug kecamatan gading rejo kota pasuruan.Penduduk
Kecamatan Gadingrejo pada tahun 2015 berdasarkandata proyeksi Sensus Penduduk
2010 sebesar 43.940 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi yaitu
sebanyak 22.141 jiwa dibandingkan jumlah penduduk perempuan sebesar 21.799
jiwa. Sehinga angka sex ratio pada tahun 2015 sebesar 101,57 persen. Angka ini
mengartikan bahwa dari 100 orang penduduk perempuan terdapat 101penduduk
laki-laki. Dari delapanwilayahkelurahan,jumlahpendudukterbanyakberadadiKelurahanGadingrejoyaitu10.568jiwa,selanjutnyakelurahan
Karangketug sebanyak6.453jiwa,sedangkankelurahanpalingsedikitpenduduknyaadalahkelurahanRandusarisebanyak
2.484 jiwa. KepadatanpendudukKecamatanGadingrejo5.182jiwa/km2. Kelurahan
Gadingrejo adalahwilayahdengantingkatkepadatantertinggiyaitu7.946jiwa/km2.
Selanjutnya KelurahanGentong7.497jiwa/km2. Sedangkantingkatkepadatanterendahadalah
kelurahanKarangketugyaitusebesar 3.432 jiwa/km2.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiman tingkat fertilitas di desa karang ketug kecamatan gading
rejo kabupaten pasuruan ?
2.
Bagaimana tingkat ekonomi di desa karang ketug kecamatan gading rejo
kabupaten pasuruan ?
3.
Bagaimana hubungan antara fertilitas dengan tingkat ekonomi masayarakat
di desa karang ketug kecamatan gading rejo kabupaten pasuruan ?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Menjelaskan tingkat fertilitas di desa karang ketug kecamatan
gading rejo kabupaten pasuruan
2.
Menjelaskan tingkat ekonomi di desa karang ketug kecamatan gading
rejo kabupaten pasuruan
3.
Menjelaskan hubungan antara fertilitas dengan tingkat ekonomi
penduduk di desa karang ketug kecamatan
gading rejo kabupaten pasuruan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A.Landasan
Teori
1. teori fertilitas menurut Richard A. Easterlin
Analisis ekonomi terhadap fertilitas dikemukakan oleh Richard A.
Easterlin. Menurut Easterlin permintaan akan anak sebagian ditentukan oleh
karakteristik latar belakang individu seperti agama, pendidikan, tempat
tinggal, jenis/tipe keluarga dan sebagainya. Setiap keluarga mempunyai
norma-norma dan sikap fertilitas yang dilatarbelakangi oleh karakteristik
diatas. Easterlin juga mengemukakan perlunya menambah seperangkat determinan
ketiga (disamping dua determinan lainnya: permintaan anak dan biaya regulasi
fertilitas) yaitu mengenai pembentukan kemampuan potensial dari anak. Hal ini
pada gilirannya tergantung pada fertilitas alami (naturalfertility) dan
kemungkinan seorang bayi dapat tetap hidup hingga dewasa. Fertilitas alami
sebagian tergantung pada faktor-faktor fisiologis atau biologis, dan sebagian
lainnya tergantung pada praktek-praktek budaya. Apabila pendapatan meningkat
maka terjadilah perubahan “suplai” anak karena perbaikan gizi, kesehatan dan
faktor-faktor biologis lainnya. Demikian pula perubahan permintaan disebabkan
oleh perubahan pendapatan, harga dan “selera”. Pada suatu saat tertentu,
kemampuan suplai dalam suatu masyarakat bisa melebihi permintaan atau sebaliknya.
Easterlin berpendapat bahwa bagi negaranegara berpendapatan rendah permintaan
mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya rendah, karena terdapat pengekangan
biologis terhadap kesuburan. Hal ini menimbulkan suatu permintaan “berlebihan”
(excess demand) dan juga menimbulkan sejumlah besar orang yang
benar-benar tidak menjalankan praktek-praktek pembatasan keluarga. Di pihak
lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah rendah sedangkan
kemampuan suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai “berlebihan” (over
supply) dan meluasnya praktek keluarga berencana.
2.
teori Fertilitas menurut John C. Caldwell
John C. Caldwell juga melakukan analisis fertilitas dengan
pendekatan ekonomisosiologis. Tesis fundamentalnya adalah bahwa tingkah laku
fertilitas dalam masyarakat pra-tradisional dan pasca-transisional itu dilihat
dari segi ekonomi bersifat rasional dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi yang
telah ditetapkan dalam masyarakat, dan dalam arti luas dipengaruhi juga oleh
faktor-faktor biologis dan psikologis.
Teori Caldwell menekankan pada pentingnya peranan keluarga dalam
arus kekayaan netto (net wealth flows) antar generasi dan juga perbedaan
yang tajam pada regim demografis pra-transisi dan pasca-transisi. Caldwell
mengatakan bahwa “sifat hubungan ekonomi dalam keluarga” menentukan kestabilan
atau ketidak-stabilan penduduk. Jadi pendekatannya lebih menekankan pada
dikenakannya tingkah laku fe rtilitas terhadap individu (atau keluarga inti)
oleh suatu kelompok keluarga yang lebih besar (bahkan yang tidak sedaerah) dari
pada oleh “norma-norma” yang sudah diterima masyarakat. Seperti diamati oleh
Caldwell, didalam keluarga selalu terdapat tingkat eksploitasi yang besar oleh
suatu kelompok (atau generasi) terhadap kelompok atau generasi lainnya,
sehingga jarang dilakukan usaha pemaksimalan manfaat individu.
Notestein (1945) menjelaskan bahwa dimensi awal
transisi demografi berspekulasi pada tekanan ekonomi, dimana ia berharap
tingkat kelahiran (fertilitas) di dunia pada penduduk berpenghasilan rendah
berkurang karena di masa depan yang terjadi adalah meningkatnya biaya yang
berasal dari anak-anak di dalam kehidupan perkotaan, yang berasal dari
peningkatan biaya kesehatan anak dan juga pendidikannya.
Hipotesis lainnya berasal dari Mincer (1963), yang
berpendapat bahwa sumber dari pendapatan keluarga dapat mempengaruhi keputusan
orang tua untuk memiliki anak lagi. Misalnya, jika kenaikan pada pendapatan
keluarga berasal dari meningkatnya nilai waktu kerja seorang perempuan dalam
keluarga (istri) maka peningkatan tersebut tidak hanya menambah pendapatan
keluarga namun juga meningkatkan harga efektif dari seorang anak . Jadi orang
tua akan memilih untuk memiliki anak dengan jumlah yang sedikit.
Teori
pertumbuhan ekonomi
1. Robert solow
Robert solow disini menggambarkan
terhadap pengaruh populasi, tabungan dan juga teknologi mempengaruhi terhadap
tingkat output dan juga pertumbuhan ekonomi. Dan di jangka panjang, tingkat
tabungan bisa menentukan modal di dalam proses produksi. Yang artinya, Bahwa
semakin tinggi tabungan maka semakin tinggi pula modal dan juga output yang
dihasilkan.
Dan berikut adalah bentuk persamaannya : Q = f (C,L)
Keterangan :
- Q = jumlah output
- f = fungsi
- C = modal
- L = tenaga kerja
2. Joseph scumpeter
Joseph
Schumpeter menjelaskan bahwasanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ini
diperlukan peran dari para pengusaha yang bisa membuat inovasi di dalam
perekonomian. Para pengusaha ini mempunyai modal yang selanjutnya akan di
investasikan untuk kegiatan ekonomi. Dan hal ini tentunya akan menambah tingkat
konsumsi masyarakat dan pendapatan sehingga terjadilah pertumbahan ekonomi. Di
dalam proses inovasi teori schumpter ini ada 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu
: Laba/keuntungan sebagai modal, Pemanfaatan teknologi-teknologi baru dan
Proses Meniru (imitasi) dari para pengusaha yang lebih maju.
3.
harrod-domar
Harrod-domar
mengatakan tentang bagaimana caranya agar suatu perekonomian tumbuh pada tahap
yang steady growth (teguh) dalam jangka panjang. Dan teori pertumbuhan ini juga
menjelaskan tentang bagaimana cara agar kapasitas barang dan modal bertambah.
Menurut Harrod-domar untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang steady
growth dalam jangka panjang, maka dieprlukan pertambahan pengeluaran agregat.
Pembahasan
A. Pengertian Fertilitas
Fertilitas merupakan kemampuan berproduksi
yang sebenarnya dari penduduk (actual reproduction performance). Atau jumlah
kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok perempuan.
Kelahiran yang dimaksud disini hanya mencakup
kelahiran hidup, jadi bayi yang dilahirkan menunjukan tanda-tanda hidup
meskipun hanya sebentar dan terlepas dari lamanya bayi itu dikandung.
Fertilitas sebagai istilah demografi
diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok
wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak.
Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama
dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitias sering disebut dengan
kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang
wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak,
bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan
jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada
tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di
dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Kemampuan fisiologis wanita untuk memberikan
kelahiran atau berpartisipasi dalam reproduksi dikenal dengan istilah
fekunditas. Tidak adanya kemampuan ini disebut infekunditas, sterilitas atau
infertilitas fisiologis.
Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya
mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum
tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang dapat dikatakan
semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan
untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua persen saja dari mereka yang
telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak.
Seorang wanita dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling
sedikit seorang bayi.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks
dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian) karena seorang wanita
hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi.
Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang
(suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang
yang meninggal). Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu,
berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi.
Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti
resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun.
Pengaruh Fertilitas
Menurut Ida Bagus Mantra (1985), terdapat
sejumlah factor yang dapat mempengaruhi fertilitas yang dibedakan atas
factor-faktor demografi dan factor-faktor non demografi. Factor-faktor
demografi antara lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur
kawin pertama, keperidian atau fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin.
Factor-faktor non demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat
pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi.
Factor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung ataupun tidak
langsung terhadap fertilitas.
Konsep-konsep Fertilitas
Dalam buku
Dasar-dasar Demografi terbitan FE UI, dijelaskan konsep-konsep penting
yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
Tingkat fertilitas dikecamatan gading rejo kota
pasuruan
Menurut Kecamatan di Kota Pasuruan, 2015
|
|||||
Kecamatan
|
Bayi Lahir
|
BBLR
|
Gizi Buruk
|
||
Jumlah
|
Dirujuk
|
||||
1
|
Gadingrejo
|
785
|
40
|
40
|
2
|
2
|
Purworejo
|
836
|
16
|
16
|
19
|
3
|
Bugulkidul
|
531
|
38
|
38
|
6
|
4
|
Panggungrejo
|
1096
|
22
|
22
|
11
|
Kota Pasuruan
|
3248
|
116
|
116
|
38
|
Data diatas
menunjukkan bahwa Tingkat fertilitas (kelahiran bayi)dikecamatan gading rejo
kota pasuruan prosentasenya sebesar 785 kelahiran pertahunnya. Jumlah ini
tergolong cukup besar.
Angka
Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2010-2015
|
||||||||||||||
Kabupaten/Kota
|
Angka Harapan Hidup (Tahun)
|
|||||||||||||
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
01. Pacitan
|
71,26
|
71,48
|
71,69
|
72,18
|
70,75
|
71,05
|
||||||||
02.
Ponorogo
|
69,93
|
70,24
|
70,40
|
70,85
|
71,88
|
72,08
|
||||||||
03.
Trenggalek
|
71,62
|
71,87
|
72,13
|
72,33
|
72,51
|
72,91
|
||||||||
04.
Tulungagung
|
71,48
|
71,72
|
71,95
|
72,02
|
72,88
|
73,28
|
||||||||
05. Blitar
|
70,88
|
71,09
|
71,30
|
71,80
|
72,50
|
72,80
|
||||||||
06. Kediri
|
69,66
|
69,90
|
70,15
|
70,65
|
72,04
|
72,14
|
||||||||
07. Malang
|
68,96
|
69,23
|
69,50
|
69,70
|
71,78
|
71,98
|
||||||||
08.
Lumajang
|
67,17
|
67,46
|
67,75
|
67,95
|
69,07
|
69,27
|
||||||||
09. Jember
|
62,84
|
63,03
|
63,21
|
63,64
|
67,80
|
68,20
|
||||||||
10.
Banyuwangi
|
67,58
|
67,98
|
68,38
|
68,58
|
69,93
|
70,03
|
||||||||
11.
Bondowoso
|
63,23
|
63,54
|
63,85
|
63,95
|
65,43
|
65,73
|
||||||||
12.
Situbondo
|
63,19
|
63,36
|
63,52
|
63,95
|
68,08
|
68,28
|
||||||||
13.
Probolinggo
|
61,13
|
61,42
|
61,70
|
62,10
|
65,75
|
66,15
|
||||||||
14.
Pasuruan
|
64,01
|
64,31
|
64,61
|
64,81
|
69,83
|
69,83
|
Dari
data diatas angka harapan hidup pertahun kota pasuruan dari tahun 2010 sampai
2015 dalam prosentase persen adalah
64,01 persen, 64,31 persen, 64,61 persen, 64,81 persen, 69,83 persen, 69,83
persen. Dari prosentase data diatas angka harapan hidup kabupaten/kota pasuruan
tahun 2010 sampai dengan 2015 prosentasenya cenderung naik, namun pada tahun
2014 ketahun 2015 prosentasenya cenderung sama tidak naik dan tidak turun.
B.
Tingkat
ekonomi di kecamatan gading rejo kota pasuruan
Kondisi
Perekonomian Daerah
Denyut
nadi kehidupan perkonomian Pasuruan memang didominasi sektor industri karena
areal pertanian dan perkebunan di Kota Pasuruan relatif lebih sempit
biladibanding kabupaten Pasuruan. Yang menonjol dari Kota Pasuruan ini adalahindustri
kayu dan logam cor. Namun, menurut wali kota, industri meubel lebihdominan
sehingga Pasuruan dikenal sebagai kota industri meubel. Tercatat 26 jenismeubel
kayu dan 29 jenis kerajinan kayu, 42 industri cor dan logam, dan 59 jenissuku
cadang mesin diesel.Meskipun meubel menjadi andalan Pasuruan, bahan baku meubel
justru diperolehdari luar daerah,seperti Banyuwangi, Bojonegoro, dan
Kalimantan. Sementar kayuasli Pasuruan sangat sedikit digunakan.Selain sektor
industri, Kota Pasuruan juga memiliki sektor perdagangan yangmenjadi tenaga
penggerak perekonomian kota. Kontribusi sektor perdagangan-tanpahotel dan
testoran-menyumbangkan Rp 209,39 milyar bagi kegiatan ekonomi kota.
C.
Hubungan
Antara fertilitas dengan pendapatan
Efek kelahiran terhadap pendapatan suatu keluarga tergantung dari
pilihan reproduksi (behavioral demands) atau reproduktif sukarela (biological
supply). Behavioral demands berarti reproduksi sebagai sebuah alat untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan biological supply yaitu anak sebagai penerus
dari generasi sebelumnya.
Kekayaan sebuah keluarga diperkirakan akan meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi modern dan nantinya akan mendorong orang tua untuk memiliki
lebih banyak anak, jika biaya relatif dan fungsi anak-anak tidak berubah (Becker
1960, Schultz 1981). Biaya oportunitas memiliki anak akan meningkat seiring
dengan biaya barang dan kegiatan dalam membesarkan anak-anak, sedangkan biaya
pribadi, di beberapa kebutuhan pengganti untuk anak-anak telah menurun, seperti
pensiun hari tua dan perawatan kesehatan atau telah disosialisasikan dan di
subsidi oleh pemerintah.
Tingkat kelahiran
menurun di negara-negara berpenghasilan tinggi melalui teknologi pengontrol
tingkat kelahiran. Perbaikan dalam teknologi kesehatan anak meningkatkan proporsi
tingkat kelahiran yang selamat sampai dewasa. Perkembangan kesehatan ini
menurunkan tingkat kelahiran, dengan dua asumsi: tujuan reproduksi induk
didefinisikan terutama dalam hal jumlah anak yang bertahan hidup dan permintaan
akan keselamatan bayi adalah inelastis yang tinggi.(Schultz 1981).
Pengeluaran per anak merupakan keputusan sebuah keluarga yg biasa
disebut Beckker “demand for child quality”. Bukti yang berkembang di abad 20
ini, keuntungan atau imbal balik dari anak yang bersekolah berarti pula bahwa
biaya dari bersekolah menjadi lebih rendah. Hal itu akan mendorong orang tua
dan masyarakat untuk berinvestasi lebih banyak pada sumber daya dalam
pendidikan anak-anak. Beckker juga menganggap bahwa elastisitas pendapatan pada
permintaan untuk kualitas anak lebih besar daripada elastisitas pendapatan
terhadap permintaan kuantitas anak. Dan ini seharusnya mendorong orangtua untuk
mengganti kualitas anak untuk kuantitas anak agar pendapatan mereka meningkat
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut penelitian sebelumnya semakin tinggi tingkat pendapatan
perkapita suatu keluarga maka akan semakin rendah tingkat kelahiran.
Hubungan antara fertilitas dan pendapatan dikecamatan gading rejo
kota pasuruan adalah saling keterkaitan. Karena orang tua yang yang kelas
menengah keatas keinginannya untuk memiliki anak yang lebih dari satu cenderung
lebih besar, dibandingkan dengan orang tua dengan pendapatan yang rendah.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Tingkat kelahiran yang tinggi dengan tingkat pendapatan bisa di
ibaratkan sebagai dua sisi koin yang tak bisa di pisahkan. Tingkat kelahiran
yang tinggi akan menyebabkan banyak anak yang tidak dapat di jamin kualitas
hidupnya. Jumlah gizi yang diterima cenderung rendah begitu pula tingkat
pendidikannya. Apabila suatu keluarga memiliki banyak anak sudah dapat
dipastikan biaya pendidikan untuk anak-anaknya akan terbagi – bagi sehingga
tidak maksimal. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, seseorang tentu saja
akan sulit bersaing di pasar tenaga kerja . Hal itu dapat diperparah apabila
jumlah lapangan kerja yang tersedia sangatlah kecil jika dibandingkan dengan
jumlah penduduknya.
Pendapatan seseorang juga dapat menyebabkan tingkat kelahiran yang
tinggi. Misalnya, karena seseorang pendapatannya pas-pasan seorang kepala rumah
tangga memutuskan untuk memiliki banyak anak, dengan harapan agar anak- anak
tersebut nantinya dapat menopang keuangan keluarga.
Sedangkan orang yang pendapatannya tinggi juga dapat menyebabkan
tingkat kelahirannya juga tinggi karena merasa mampu untuk menafkahi
anak-anaknya.
Efek kelahiran terhadap pendapatan suatu keluarga tergantung dari
pilihan reproduksi (behavioral demands) atau reproduktif sukarela (biological
supply).
Pengeluaran per anak merupakan keputusan sebuah keluarga yg biasa
disebut Beckker “demand for child quality”. Beckker menganggap bahwa
elastisitas pendapatan pada permintaan untuk kualitas anak lebih besar daripada
elastisitas pendapatan terhadap permintaan kuantitas anak. Dan ini seharusnya
mendorong orangtua untuk mengganti kualitas anak untuk kuantitas anak agar
pendapatan mereka meningkat dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita, maka pendapatan
nya bisa jadi akan semakin tinggi pula. Dan itu sangat mempengaruhi terhadap
preferensi seorang wanita untuk melahirkan.
Kenaikan pendapatan per kapita sebesar 10 % akan menurunkan angka
kelahiran yang di harapkan oleh wanita yang berusia antara 15-49 tahun hingga
sebesar 13%. Hal ini di dasari oleh meningkatnya biaya oportunitas memiliki
anak pada saat pendapatannya meningkat.
Sehingga seorang wanita akan lebih memilih memanfaatkan waktunya
untuk bekerja ketimbang merawat anak. Sehingga tingkat kelahiran akan menurun
apabila tingkat pendidikan dan pendapatan wanita tergolong tinggi.
Daftar
Pustaka
Komkom, Andy. 2014 pengertian fertilitas mortalitas dan migrasi.
(https: andy komkom.wordpress.com).
Nadeak, pray. 2013 konsep-konsep teori dan ukuran dasar fertilitas.
(https: pray nadeak.wordpress.com).
https: Bps.co.id / Pasuruan
(economics development.blogspot.co.id) 2014. Hubungan tingkat
kelahiran dengan pendapatan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar