1. Latar Belakang
Kepemimpinan
dipahami sebagai segala daya upaya besama untuk mengerakan semua sumber dan
alat (resources) yang tersedia dalam suatu oganisasi. Resaouces tersebut dapat
tergolongakan menjadi dua bagian besar, yaitu: human resource dan non human
resaouces. Dalam lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan islam yang
termasuk salah satu unit organisasi juga terdiri dari berbagai unsur atau
sumber, dan manusia lah merupakan unsur terpenting. Untuk itudapat dikatakan
bahwa sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan pemimpinya untuk menubuhkan iklim
kerja sama dengan mudah dan dapat menggerakan sumber-sumber daya yang ada
sehingga dapat mendaya gunakanya dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan demikian
kehidupan suatu organisasi sangat ditentukan oleh peran seorang pemimpin.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang Mampu menumbuhkan dan
mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim yang kondusif dalam
kehidupan organisasi. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang dapat
mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi hubungan manusia.[1]
Dalam iklim yang kompetitif sekarang ini,sulit bagi organisasi
untuk dapat hidup dengan baik jika tidak memiliki kemampuan untuk mengubah diri
dengan cepat dan mampu berkembang seiring dengan berbagai tuntutan stakeholder[2]. Kondisi
berlaku hampir pada keseluruhan organisasi baik yang bersifat profit maupun
organisasi yang bersifat nonprofit. Sekolah/ madrasah sebagai lembaga
pendidikan yang termasuk lembaga nonprofit juga tidak lepas dari fenomena ini,
itulah sebab dalam banyak hal lembaga pendidikan harus mengetahui berbagai
harapan dan stakeholder tersebut[3].Pemerintah
dalam hal ini telah membarikan regulasi kepada lembaga pendidikan untuk selalu
menyertakan stakeholder dalam seluruh kegiatan melalui apa yang disebut
dengan” komite sekolah/ madrasah”
Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan
kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan
kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan[4]. Penegertian ini
memusatkan perhatian pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan
pemanfaatan kemampuan itu.
Proses pengembangan SDM menurut penulis adalah harus menyentuh
berbagai bidang kehidupan yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin,
termasuk para pemimpin pendidikan, seperti kepala sekolah/ madarasah. Oleh
karenya peningkatan kualitas SDM, lebih-lebih kepala sekolah/ madrasah sebagai
pemimpin pendidikan di sekolah/ madrasah merupakan suatu tuntutan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi
pendidikan.Kepala sekolah/ madarasah merupakan salah satu komponen pendidkan
yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti
diungkapkan Supandibahwa;”erat hubungan antara mutu kepala sekolah dengan
berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya
sekolah, dan menurunya perilaku nakal peserta didik”[5]. Dalam hal itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas
manajemen secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah.
Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990
bahwa” Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan ketenagaan kependidikan lainnya,
dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.[6]
Apa
yang dipaparkan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin
kompleksnya tuntutan tugas kepala sekola/ madrasah yang menghendaki dukungan
kinerja yang semakin efektif dan efisien.
Dalam makalah ini akan diuraikan seberapa
penting peran pimipinan dalam menjankan strategi lembaga pendidikan Islam,
dalam hal ini adalah peran Kepala Madrasah sebagai pemimimpin di sebuah lembaga
pendidikan Islam
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
a.
Apa konsep
kepemimpinan kepala sekolah/madrasah yang efektif
b.
Apa unsur-unsusr
kesuksesan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah
c.
Apa peran dan strategi pimpinan lembaga
pendidikan Islam
3.
Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan yangingin dicapai dalam pembahasan
makalah ini adalah:
a.
Untuk
mengetahui konsep kepemimpinan kepala sekolah/madrasah yang efektif
b.
Untuk
mengetahui unsur-unsusr kesuksesan kepemimpinan
kepala sekolah/madrasah
c.
Untuk mengetahui peran dan strategi pimpinan
lembaga pendidikanIslam
B. PEMBAHASAN
1.
Konsep Kepemimpinan
Kepala Sekolah/Madrasah Yang Efektif
Kepemimpinan
merupakan salah satu factor yang sangat berperan dalam organisasi, baik
buruknya organisasi sering kali sebagian besar tergantung pada factor
pemimpin.Berbagai riset juga telah membuktikan factor pemimpin memegang peranan
penting dalam pengembangan organisasi.Factor pemimpin yang sangat penting
adalah karakter[7].Yang dimaksud
disini adalah karakter kepemimpinan dari seorang pemimpin.
Covey
mengemukakan bahwa 90 persen dari kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan
karakter.[8]Secara definisi, kepemimpinan memiliki berbagai perbedaan pada berbagai hal,
namun demikian yang pasti dari definisi kepemimpinan adalah adanya suatu proses
dalam kepemimpinan untuk memberikan pengaruh secara sosial kepada orang lain,
sehingga orang lain tersebut menjalankan suatu proses sebagimana yang
diinginkan oleh pemimpin.Berbagai perbedaan defenisi tersebut tentu saja karena dibangun
oleh teori yang berbeda sebagaimana dapat dilihat pada beberapa defenisi.
Horsey
dan Blacharrd dalam Coveymisalnya, mengemukakan kepemimpin adalah hasil dari tuntutan-tuntutan
situasional, Factor-faktor situasional lebih menentukan siapa yang akan muncul
sebagai seorang pemimpin daripada warisan genetic atau sifat yang dimiliki
seseorang.[9]
Mintzberg
dalam Muhaimin,dkkmengemukan bahwa, kepemimpinan adalah kemampuan untuk melangkah
keluar dari budaya yang ada dan memulai proses perubahan evolusioner
yang lebih adaptif.Para pengembang teori transformasional melihat bahwa
pemimipin memiliki tugas menyelaraskan, menciptakan, dan memberdayakan.[10]
Dari
berbagai teori tersebut terlihat bahwa pemimpin harus mampu memberikan pengaruh
kepada orang lain. Pada teori sifat, seorang pemimpin memiliki sifat-sifat yang
unggul yang mampu membawa orang lain pada suatu kondisi tertentu. Pada teori
situasional, seorang pemimpin lahir dari situasi yang ada dan kemudian
memengaruhi orang lain menuju suatu perubahan sesuai dengan tuntutan situasi
yang ada. Sedangkan pada teori transformasional, seorang pemimpin harus mampu
mentransformasi keluar dari budaya yang ada, menuju suatu budaya baru yang
lebih baik.
5 tahap kepemimpinan meliputi;
a.
Level 1,
pemimpin karena hal-hal yang bersifat legalitas semisal karena Surat Keputusan
(SK);
b.
Level 2,
pemimpin yang memimpin dengan kecintaannya, pemimpin pada level ini sudah
memimpin orang bukan memimpin pekerjaannya;
c.
Level 3,
pemimimpin yang lebih beroreantasi pada hasil, pada pemimpin level ini prestasi
kerja adalah sangat penting;
d.
Level 4, pada
tingkat ini pemimipin berusaha
menumbuhkan pribadi-pribadi dalam organisasi untuk menjadi pemimimpin dan;
e.
Level 5,
pemimpin yang banyak memiliki daya tarik yang luar biasa. Pada level ini
orang-orang ingin mengikuti bukan karena apa yang telah diberikan pemimpin
secara personal atau manfaatnya, tetapi karena nilai-nilai dan simbol-simbol
yang melekat pada diri orang tersebut.[11]
2. Unsur-Unsusr Kesuksesan
Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah
Agar seorang
kepala sekolah/ madrasah mampu bergerak dari pemimpin level 1 menuju level yang
di atasnya sampai dengan pemimpin level 5
dibutuhkan empat unsur.[12] yaitu;
a. Visi (Vision)
Unsur pertama, yang harus dimiliki kepala sekolah/ madarasah
untuk mampu menjadi pemimpin besar adalah memiliki visi atau cita-cita. Untuk
dapat memiliki visi yang baik, seorang kepala sekolah/ madrasah harus memiliki
pikiran yang terbuka atau wawasan yang global, agar ia mampu menerima berbagai
hal baru yang mungkin saja selama ini bertentangan dengan apa yang telah
diyakininya, sehingga pengalaman tersebut akan memperkaya prespektif pandang
kepala sekolah/ madrasah tersebut terhadap sesuatu.Kegagalan seseorang dalam
menjadi pemimpin adalah karena keegoisan dan kepicikan pikiran dan wawasannya.
Setiap pendapat dan masukan dari guru atau pegawai tidak pernah direspon secara
positif karena dia menganggap semua itu tidak sesuai dengan pandangan dan
pikirannya,jika hal ini terjadi pada sebuah lembaga pendidikan Islam maka
lembaga tersebut akan mengalami stagnasi kemajuan. Oleh karena itu pemimpin
yang besar adalah pemimpin yang memiliki visi atau mimpi yang jauh dan tajam ke
masa depan.
b. Keberanian (courageness)
Kepala sekolah/ madrasah yang mencintai pekerjaannya akan memiliki
keberanian yang tinggi karena dengan kecintaanya terhadap pekerjaan tersebut
berarti ia mengerjakannya dengan hati. Kecintaan terhadap apapun akan menimbulkan kesukarelaan terhadap
berbagai pengorbanan, kemampuan untuk berkorban merupakan salah satu unsur dari
keberanian. Dengan keberanian tersebut, pemimpin akan dengan sukan rela
mengambil berbagai inisiatif untuk mencari terobasan-terobasan baru yang kadang
kala penuh resiko. Dengan pancaran keberanian dan dedikasinya terhadap
pekerjaan tersebut kepala sekolah/ madrasah akan mampu memberikan motivasi
kepada pengikutnya atau memberikan teladan dan arah yang jelas. Keberanian
bukan semata mampu mencari terobasan baru yang penuh resiko, namun keberanian
yang dibutuhkan adalah mampu keluar dari Sesutu yang sudah lumrah dan biasa
dilakukan orang lain, mampu keluar dari budaya formalitas dan rutinitas semata,
sehingga kadang orang menilai bahwa pemimpin yang berani adalah pemimpin yang
sudah gila.Dikatakan gila karena terobasan dan inovasinya tidak lazim dan belum
terbiasa dalam pandangan serta kebiasaan kebanyakan orang. Keberanian merupakan
ciri yang paling khusus dalam karakter seorang pemimpin, karena kalau pemimpin
adalah seorang pribadi yang takut dan pengecut maka tentu kepemimpinannya tidak
akan menghasilkan sesuatu yang baru dan luar biasa.
c. Realita (reality)
Kepala sekolah/ madrasah harus mampu membedakan mana yang opini dan mana
yang fakta. Ia harus mampu hidup dalam kenyataan yang ada. Jika kondisi sekolah/
madrasah masih belum memiliki sumber daya yang cukup, maka kepala sekolah/
madrasah harus mampu menggunakan fasilitas yang ada, namun demikian ia secara
berkelanjutan harus selalu berupaya memenuhi berbagai sumber daya tersebut. Berkaitan
dengan proses, kepala sekolah/ madrasah harus mampu membuat sebuah system yang
mampu mengalirkan berbagai fakta yang ada kepadanya, sehingga berbagai
keputusan yang dibuat benar-benar menyelesaikan masalah yang ada atau jika
keputusan yang diambil adalah keputusan yang berkaitan dengan pengembangan,
maka pengembangan tersebut bersifat prioritas dan strategis.Mimpi yang tinggi
adalah sebuah keharusan dalam karakter kepemimpinan seseorang, idealitas adalah
cermin pribadi yang cerdas tangguh namun, idealitas harus bersifat realistis
kerana, kalau terlalu idealis yang tidak realistis maka itu sesuatu yang
mustahil.Oleh karenanya, pemimipin sejati adalah pemimpin yang dapat
menempatkan mimipinya dengan tepat sesuai dengan realita yang ada.
d. Etika (ethics)
Kepala sekolah/ madrasah bekerja dengan mendasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur, memberi asesmen atau hukuman bagi mereka yang melanggar
ketentuan yang sudah disepakati bersama harus memperhatikan nilai-nilai etika
dan moralitas yang tinggi. Penanaman nilai-nilai etika dan moralitas yang tinggi di sekolah/
madrasah akan membuat lembaga lebih produktif dalam bekerja. Sebagai lembaga
pendidikanislam, pengimplementasian nilai-nilai tersebut menjadi sebuah
kewajiban yang harus realisasikan di tempat kerja atau sekolah, tentu tidak
hanya untuk meningkatkan produktivitas saja tetapi juga untuk memperkuat esensi
sekolah/ madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengemban misi
mencerdaskan dan mencerahkan masyarakat.
Ginanjar membagi
lima level kepemimpinan yang saling berurutan yaitu; pemimpin yang dicintai,
pemimpin yang dipercaya, pemimpin yang membimbing, pemimpin yang
berkepribadian, dan pemimpin yang abadi.[13] Untuk bias
memimpin dengan baik, seorang pemimpin harus mencintai orang-orang yang
dipimpinnya. Dalam sebuah hadis Nabi SAW.dinyatakan bahwa’’ Man la yarham la
yurham(Al-Hadist)’’[14]. Maksusdnya
adalah siapa saja yang tidak mencintai (tidak mengasihi) orang lain, maka ia
tidak akan dicintai(dikasih sayangi) oleh orang lain. Makna yang terkandung dari
pesan Rasulullah SAW.tersebut adalah memimpin harus dengan kasih dan saying
bukan dengan kekerasan atau tangan besi semata. Jika hal ini dilakukan dalam
mengemban amanah sebagai pemimpin dalam sebuah lembaga pendidikan Islam maka
pasti lembaga tersebut akan mendapatkan sebuah iklim kerja yang harmonis dan
tentu akan berkembang dengan positif.
3.
Peran
dan Strategi Pimpinan Lembaga
Pendidikan Islam
Kata “Peran”, dalam kamus besar bahasa
indonesia meiliki arti “ pelaku atau orang yang
memerankan sesutu seperti dalam sebuah sandiwara.[15] Sedangkan arti kata “Peranan”, dalam kamus besar bahasa
indonesia memiliki arti sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan
yang terutama dalam terjadinya sesuatuhal atau peristiwa.[16]
Kata “Strategi”dalam
kamus besar bahasa indoneisa diartikan sebagai” ilmu siasat perang, akal (tipu
muslihat untuk mencapai maksud tertentu)”.[17]
Dari makna kata di atas penulis dapat menjelaskan bahwakemajuan sebuah
lembaga khususnya lembaga pendidikan Islam dalam hal ini seperti madrasah atau
sejenisnya tergantung pada leadernya atau pemimpinya. Peran sebagai pemimpin
tentunya bukan hanya sekedar sandiwara seperti dalam sebuah adegan drama,
tetapi peran yang di maksud adalah totalitas seseorang dalam mengeluarkan
kemampuan terbaiknya mengelola dan memenej untuk mewujudkan visi dan misi
sebuah lembaga yang dinahkodainya. Hal yang palingkrusial dalam peran ini
adalah totalitas peranan. Totalitas
peranan menurut penulis adalah kualitas pribadi seorang pemimpin yang
benar-benar dipersiapkan oleh sebuah system yang memiliki visi dan misi yang
jelas.Untuk mewujudkan visi dan misi sebuah lembaga pendidikan islam misalnya
tentu totalitas dan eksplorasi kemampuan semata-mata tidak cukup. Strategi
atau taktik yang jitu akan menjadi salah satu bagian terpeting sebagai
sebuah system manajeman yang sehat. Strategi yang berkualitas akan melahirkan
sebuah lembaga yang berkualitas pula, karena problem terbesar lembaga
pendidikan islam era sekarang adalah kemampuan pemimpin dalam menciptakan strategi
untuk dapat menjual produk lembaganya
kepada masyarakat, sehingga masyarakat percaya dan yakin bahwa lembaga
pendidikan islam akan menjadi pilihan utama untuk menwujudkan putra/putrinya ke masa depan yang
dicita-citakan. Sebaliknya jika pimpinan lembaga tersebut tidak memiliki
strategi yang jitu, maka jangan pernah kita salah konsumen pendidikan jika
lembaga pendidikan islam bukan menjadi pilihan utama akan tetapi menjadi pilihan terburuk dari mereka.
Kepala sekolah/madrasah adalah guru
yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah.[18] Meskipun sebagai guru
yang mendapat tugas tambahan, kepala sekolah merupakan orang yang paling berperan
dan betanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendidikan
yang inovatif di sekolah/madrasah.
Kepala sekolah/madrasahharus memiliki
peranan dan strategi yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan,
dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepala
sekolah/madrasah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
memadai agar mampu mengambil peran inisiatif serta mampu meprakarsa strategi
yang jitu untuk meningkatkan mutu sekolah/madrasah, dan bahkan mampu
mempetahankan mutu pendidikan jika sudah berkembang.
Manajemen sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan. Hal ini disebabkan karena manajemen sekolah secara langsung akan
mempengaruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan
belajar, waktu mengajar dan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas pada lembaga
pendidikan islam, kepala
sekolah/madrasah harus memiliki strategi yang diwujudkan dalam peran dan
fungsinya yaitu:
a. Strategi dalam perencanaan;
startegi yang dilakukan Kepala sekolah/madrsah adalah dapat menetapkan program-program sekolah, merumuskan
kebijakan-kebijakan sekolah, menyusun program kerja sekolah, dan merumuskan
langkah-langkah pelaksanaan program yang dapat meninglkatkan mutu lembaga yang
dipimpinnnya;
b. Strategi dalam pengorganisasian;
strategi Kepala sekolah/madrasah dapat menempatkan guru sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimiliki dalam KBM, mengatur penggunaan sarana dan
prasarana yang ada sesuai dengan kebutuhan siswa,guru dan personel lain
sehingga terjalin kerjasama yang baik, memberikan solusi terhadap berbagai
masalah yang dihadapi oleh guru dan personel lainnya, mengatur kerjasama dengan
pihak atau instansi lain untuk menyukseskan program-program sekolah/madrasah;
c. Strategi dalam penggerakan;
Kepala sekolah/madrasah dapat memotivasi guru sehingga guru merasa mampu
dan yakin untuk melaksanakan program- program sekolah/madrasah, memimpin dan mengarahkan guru-guru dengan
baik, memotivasi guru-guru untuk mengembangkan profesionalisme sesuai dengan
bidangnya, memotivasi guru bekerja dengan tujuan untuk pencapaian prestasi yang
terbaik;
d. Strategi dalam pengendalian;
Kepala sekolah/madrasah dapat mengevaluasi pelaksanaan program-program
sekolah seperti yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan, mengevaluasi
kinerja guru dan personel sekolah lainnya, memberikan reword (penghargaan) terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh
guru, serta memperbaiki dan bersama-sama mencari solusi untuk membenahi
kesalahan dan kelemahan yang telah dibuat oleh guru dan personel lainnya, bukan
memarahi atau memberi panismen.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional terdapat beberapaperan utama yang sangat strategis seorang kepala sekolah/madrasahagar mampu
menjalankan fungsinya secara produktif yaitu, sebagai :
1. Educator
(pendidik)
2.
Manajer (pengelola)
3. Administrator (administrasi)
4. Supervisor
(penyelia)
5. Leader
(pemimpin)
Merujuk kepada beberapa peran kepala sekolah/madrasah sebagaimana disampaikan oleh Kemendiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara
ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi
guru.
1. Peran Kepala Sekolah/madrasah Sebagai Edukator (Pendidik)
Kegiatan belajar mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Strategi
Kepala Madrasah Sebagai pimpinan lembaga Islam tersebut adalah dengan
menunjukkan komitmen tinggi, fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan
belajar mengajar di sekolahnya. Hal ini tentu saja strategi yang lain
adalahterus memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus
juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat
secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Dalam hal meningkatkan kompotensi
para guru tentu strategi kepala madrasah adalah terus dan harus sering
mengadakan kegitan atau mengikutsertakan para guru dalam kegiatan peningkatan
mutu mengajar mereka baik yang berskala lokal maupun regional.
2. Peran Kepala Sekolah/madrasah Sebagai
Manajer
Supriyono mengatakan bahwa manajer adalah seseorang yang bertanggung jawab
untuk mencapai hasil tertentu melalui tindakan orang lain yang berada dibawah
tanggung jawabnya.[20] Sebagai manajer, kepala
Madrasah sebagai pimpinan dalam lembaga tersebut harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan dengan strategi melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan
kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang
menunjang program sekolah.[21]
Sebagai manajer kepala madrasah harus mampu mengusahakan berbagai kegiatan
yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan. Merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar
memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus
dilakukan; Mengorganisasikan, berarti bahwa kepala madrasah harus mampu menghimpun dan mengkoordinasikan
sumber daya manusia dan sumber-sumber material madrasah , sebab tidak dapat
dipungkiri bahwa keberhasilan sebuah lembagapendidikan Islam sangat bergantung
pada kemampuan dan kepiwaian Top Leadernya yaitu seorang kepala madrasah dalam mengatur dan mendayagunakan berbagai
sumber daya dalam mencapai tujuan. Strategi dan kemahiran dalammemimpin, dalam
arti bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi
seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-tugasnya yang esensial.
Kepala sekolah/madrasah berfungsi dan bertugas sebagai manajer mempunyai
tugas antara lain:
1.
Menyusun perencanaan,
2.
Mengorganisasikan kegiatan,
3.
Mengarahkan kegiatan,
4.
Mengkoordinasikan kegiatan,
5.
Melaksanakan kegiatan,
6.
Melakukan evaluasi terhadap kegiatan,
7.
Menentukan kebijaksanaan,
8.
Mengambil keputusan,
9.
Mengadakan rapat,
10. Mengatur proses belajar
mengajar,
11. Mengatur administrasi, ketatausahaan, siswa, ketenagaan,
sarana dan prasarana, keuangan sekolah/RAPBS,
12. Mengatur hubungan sekolah
dengan masyarakat dan instansi lain,
13. Mengatur organisasi siswa
intra sekolah.
3. Peran
Kepala Sekolah/Madrasah Sebagai
Administrator
Kepala sekolah/madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat
erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah/madrasah.
Sebagai seorang administrator, kepala sekolah/madrasah harus memiliki kemampuan
dan strategi untuk memperbaiki dan mengembangkan semua fasilitas sekolah baik
sarana maupun prasarana pendidikan.
Kepala sekolah/madrasah sebagai
administrator pendidikan harus mampu menerapkan kemampuannya dalam tugas-tugas
operasionalnya yakni kemampuan pengelolaan kurikulum, pengelolaan administrasi
peserta didik, pengelolaan personalia, pengelolaan sarana dan prasarana,
pengelolaan administrasi kearsipan, dan pengelolaan administrasi keuangan.
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala peningkatan kompetensi guru.
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala peningkatan kompetensi guru.
Dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa peran kepala sekolah/madarasah sebagai administrator dapat dilihat pada
kemampuan dan strateginya dalam pengelolaan
kurikulum, pengelolaan administrasi peserta didik, pengelolaan personalia,
pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan administrasi kearsipan, dan
pengelolaan administrasi keuangan.
4. Peran Kepala Sekolah/madrasah Sebagai Supervisor
Kepala sekolah/madrasah mempunyai tugas sebagai supervisor. Kepala
sekolah/madrasah sebagai supervisor dimaksudkan untuk meningkatkan pengawasan
dan pengendalian terhadap guru-guru dan personel lain untuk meningkatkan
kinerja mereka. Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor bertugas mengatur seluruh
aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat memberikan hasil yang sesuai
dengan target yang telah ditentukan. Aspek-aspek kurikulum yang harus dikuasai
oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah materi pelajaran, proses belajar
mengajar, evaluasi kurikulum, pengelolaan kurikulum, dan pengembangan
kurikulum.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara
berkala kepala sekolah/madrasah harus memiliki strategi yaitu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat
dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran
secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang
digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan
yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran
5.
Peran Kepala Sekolah/madrasah Sebagai
Leader (Pemimpin)
Wahjosumidjo mengatakan
bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional,
serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.[22]Kepala sekolah/madrasah sebagai leader dalam
sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki visi dan mempunyai peranan dalam
mengelola visi menjadi sebuah kenyataan. Untuk menjadi pemimpin yang efektif
menggunakan analitis yang dikembangkan dengan baik dan kemampuan intelektual
dalam membimbing para staf dalam proses mengidentifikasi masalah-masalah,
keterampilan politik dan manajemen untuk menyelesaikan konflik dan mampu
membuat berbagai rencana kerja.
6. Peran
Kepala Sekolah/madarasah Sebagai Pencipta Iklim Kerja
Budaya dan iklim kerja yang
kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan
kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya.
Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif,
kepala sekolah/madrasah hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
- Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan.
- Tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.
- Para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya,
- Pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan,
- Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan.
C. KESIMPULAN
1.
Dari berbagai
teori terlihat bahwa pemimpin harus
mampu memberikan pengaruh dengan perannya sebagai lederkepada
orang lain. Pada teori sifat, seorang pemimpin memiliki sifat-sifat yang unggul
yang mampu membawa orang lain pada suatu kondisi tertentu. Pada teori
situasional, seorang pemimpin lahir dari situasi yang ada dan kemudian
memengaruhi orang lain menuju suatu perubahan sesuai dengan tuntutan situasi
yang ada. Sedangkan pada teori transformasional, seorang pemimpin harus mampu
mentransformasi keluar dari budaya yang ada, menuju suatu budaya baru yang
lebih baik.
2.
Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga
pendidikan islam adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan. karena ia merupakan pemimpin dilembaganya, Kualitas dan
kompetensi kepala sekolah secara umum setidaknya mengacu kepada empat hal
pokok,yaitu : (a) sifat dan ketrampilan kepemimpinan ; (b) kemampuan pemecahan
masalah; (c) ketrampilan social;dan (d) pengetahuan dan kompetensi
professional.
3.
Fungsi dan perannya sebagai pimpinan pada lembaga
Islam yaitu meliputi, Sebagai Pendidik (educator), Sebagai Manajer, Sebagai
Administrator, Supervisor, pemimpin dan innovator. Untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
4. Implikasi dari peran pimpinan dalam
menjalankan strategi lembaga pendidikan Islam tentu terwujudnya sebuah lembaga
pendidikan Islam yang memiliki kualitas tinggi. Bagaiman tidak? Keberadaan
sebuah lembaga akan sangat tergantung pada kemampuan pemimpinnya dalam
mengelola dan mengendalikan lembaga tersebut, jika pemimpinya lemah dan tidak
memiliki kapabilitas yang mumpuni maka sudah pasti lembaga itu akan hancur,
demikian sebaliknya jika pimpinannya memiliki kapabilitas dan berkemampuan maka
sudah jelas lembaga tersebut akan maju dan berkembang dengan positif.Peran serta
strategi yang konstruktif menjadi kunci
utama agar lembaga pendidikan islam dapat bergening dengan lembaga pendidikan
lain serta dengan strategi pempimpin yang memiliki visi dan misi yang besar
lembaga tersebut tidak mudah tergerus oleh perubahan zaman.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2002.
Danin, Sudarwan. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidika. Bandung:PustakaSetia, 2002.
Fattah, Nanang. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya, 2014.
Gunawan,
Heri. Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: CV.
Alfabet, 2012.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008.
______________. manajemen pengembangan kurikulum. Bandung : rosda karya,
2008.
Muhaimin Dkk. Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyususnan
Rencana Pengembanagan Sekolah/ Madrasah.Jakarta: Kencana Prenada Media,
2009.
Muhaimin.Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2006.
Nata, Abudin. Manajemen
PendidikanKurikulu. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2010
Poerwadarmita, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
tahun 2007 Standar Kepala sekolah/madrasah
Supriyatno,Triyo dan Marno.Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam.Bandung: PT.Revika Aditama, 2008.
Sudirman.Manajemen Dan Penyususnan Rencana PengembanaganSekolah/ Madrasah.Jakarta:
Persada, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar