Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Sabtu, 19 November 2016

MAKALAH MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM DENGAN ANALISIS SWOT



BABI. 
   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
        Untuk memenuhi  dan meningkatkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat sebagaimana yang dikehendaki dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1-5, maka pada tahun 1999 telah dicetuskannya Undang-Undang  Nomor 22  Tahun  1999 tentang Pemerintah Daerah,  maka sejak tahun 2001 telah diberlakukan  Otonomi  Daerah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Visi pokok dari otonami dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat setetempat untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran  dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah/madrasah, fasilitas dan sarana belajar untuk putra-putri generasi penerus bangsa.
Peran Pemerintah baik diwakili  oleh Departemen Tekhnis maupun oleh Pemerintah Daerah di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi adalah memberikan dukungan baik berupa dana, fasilitas dan ahli agar dapat terselenggaranya pelayanan  pendidikan  yang bermanfaat bagi  kehidupan masyarakat dan dilakukan oleh lembaga pemerintah  maupun swasta  (sekolah)  bersama  masyarakat  dengan mengacu pada standar mutu  akademik baik secara nasional maupun internasional.
Dari visi otonami tersebut dapat dilihat bahwa sekolah dan masyarakat diberi kewenangan sepenuhnya untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat  dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara  yang demokratis serta bertanggung jawab. [1]
Untuk mencapai cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang tersebut, maka dalam penyelenggaraan pendidikan, seorang menejer atau pimpinan sekolah/madrasah bersama seluruh stake holder harus mempunyai perencanaan yang jelas dan sistematis, dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga (sekolah/madrasah) yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang tidak memiliki perencanaan yang bagus serta tidak memiliki pemetaan terhadap kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan  lembaga (sekolah atau madrasah) yang dipimpinnya, maka sangat sulit untuk mencapai cita-cita tersebut di atas.
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan dengan tugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta menyediakan tenaga kerja, harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta dapat pula memenuhi kebutuhan masyarakat yang hidup dinamis dan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.Sekolah harus selalu berupaya mengembangkan visi, dan tujuan yang ingin dicapai.
        Sekolah harus merumuskan misi sebagai penjabaran dari visi yang telah ditetapkan, kemudian misi tersebut diuraikan dalam indikator-indikator pencapaian, akan tetapi sekolah juga harus membuat program-program atau kebijakan-kebijakan sebagai langkah strategis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Hal itu menjadi tanggung jawab dan kewenangan sekolah/madrasah.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis mengemukakan suatu strategi kepemimpinan, terutama pada suatu lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) dengan menggunakan analisis SWOT  untuk menyusun rencana, baik untuk program jangka pendek, maupun program jangka panjang.

B.    Rumusan  Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
 1.    Apakah  analisis SWOT itu ?
  2.    Komponen-komponen apasaja yang terdapat pada Analisis SWOT?
3.    Bagaimanamengaplikasikan analisis  SWOT  dalam manajemen sekolah/madrasah.?
C.    Tujuan
 Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.   Untuk mengetahui pengertian analisis SWOT
b.   Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam analisis SWOT.
c. Untuk mengetahui bagaimana mengaplikasikan analisis SWOT dalam manajemen sekolah atau madrasah.

II.   PEMBAHASAN

A.   Pengertian Analisis SWOT
Setiap orang yang akan menyusun suatu rencana atau program pasti akan terlintas dalam pikirannya tentang kemampuan dan peluang yang dimilikinya, kelemahan dan tantangan yang akan dihadapinya, bagaimana cara melaksanakan program tersebut, serta hasil apa yang akan dicapai. Akan tetapi biasanya kita tidak berpikir serius tentang hal-hal tersebut.Dalam memimpin, hal tersebut tidak bisa dipandang biasa-biasa saja karena seorang pemimpin harus berinisiatif tinggi memiliki strategis dalam mempertimbangkan segala sesuatu secara matang sebelum menetapkan suatu keputusan atau dalam pengambilan kebijakan.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland dalam http://subliyanto.  wordpress. com/2012/12/13/analisis-swot/(diakses 23 Maret 2016),analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan serta kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.[2]
        Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan (dalam Sam M. Chan dan Tuti T. Sam:2013), analisis KEKEPAN (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman) bersumber dari analisis akar permasalahan.Kajian terhadap akar permasalahan tidak pernah lepas dari konteksnya. Konteks tersebut adalah kajian global, namun jika kita akan mengatasi masalah, pemikiran tersebut memerlukan kajian berbagai opsi (options) yang menuntut divergent thinking (berpikir literal).[3]
Menurut kami,secara umum Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan  kondisi yang bersifat memberi suatu gambaran (deskriptif)sebagaisuatu masukan,  kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing untuk menyusun rencana strategis dengan mengacu  pada kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman untuk pelaksanaan program suatu organisasi.
        Sedangkan analisis SWOT bagi sekolah atau madrasah mengandung makna bahwa suatu analisa yang dilakukan secara cermat terhadap kekuatan dan peluang  yang dimiliki sekolah/madrasah serta kelemahan dan hambatan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.

B.   Komponen-komponen Analisis SWOT
Sekolah/madrasah  sebagai suatu lembaga yang berkiprah di bidang pendidikan dengan memiliki kemampuan yang terbatas dan memiliki peluang yang kecil sedangkan kelemahan dan hambatan yang begitu banyak menantang dan menghadang tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan di Indonesia, maka seorang kepala sekolah /madrasah harus menetapkan strategi untuk tercapainya visi dantujuan yang telah ditetapkan.
        Sebelum menetapkan dan melaksanakan program kerja, alangkah baiknya jika dilakukan analisis terhadap program tersebut, langkah strategis yang akan ditempuh, kekuatan dan peluang yang dimiliki  serta kemungkinan adanya kelemahan dan hambatan yang akan dihadapi. Oleh karena itu seorang kepala sekolah/madrasah dapat menggunakan berbagai alat atau metode untuk menganalisis semua potensi tersebut, dan salah satunya dengan menggunakan analisis SWOT.
        Komponen-komponen apakah yang terdapat pada analisis SWOT ?
Ada beberapa komponen yang terdapat dalam analisis SWOT yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis faktor-faktor internal maupun faktor eksternal suatu sekolah/madrasah untuk mencapai visi dan tujuannya. Komponen-komponen tersebut terdiri dari :
1.   Strength (kekuatan), yaitu analisis terhadap situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan atau kemampuandari suatu organisasi pada saat ini.  Dalam pendidikan,  yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah setiap sekolah/madrasah  perlu menilai kekuatan-kekuatan yang dimilikinya di bandingkan dengan para pesaingnya atau sekolah-sekolah lain yang ada di sekitarnya. Misalnya jika kekuatan sekolah  tersebut unggul dalam bidang mata pelajaran eksakta, baik secara teoritis maupun praktis, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
        2.  Weaknesses  (kelemahan),yaitu analisissituasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi pada saat ini. Menganalisis kelemahan atau kekurangan di dalam sebuah  sekolah/madrasah yang menjadi kendala  seriusdalam melaksanakan program maupun pemanfaatan output dari sekolah tersebut serta  kemajuan  sekolah atau madrasah pada masa kini maupun masa yang akan datang.
  3.  Opportunity (peluang) yaitu analisis  situasi atau kondisi yang merupakan peluang suatu organisasi untuk berkembang. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu sekolah/madrasah untuk melaksanakan programnya untuk mencapai visi dan tujuan yang telah ditetapkan, serta  bisa berkembang di masa yang akan datang.
         4.Threats (tantangan)  yaitu menganalisis tantangan atau ancaman  yang akan dihadapi oleh suatu organisasi dari  berbagai macam faktor  yang tidak menguntungkan organisasi atau  menyebabkan kemunduran. Jika suatu tantangan atau ancaman yang dialami oleh sekolah/madrasah tidak segera di atasi,maka  ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi sekolah/madrasah dalam usaha mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
C.   Aplikasi Analisis SWOT Dalam Manajemen Sekolah/Madrasah
Regulasi dalam penyelenggaraan pendidikan pada sekolah/madrasah terus bergulir dengan ditetapkannya Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah sebagai Payung Hukum penyelenggaraannya. Setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, kini Pemerintah Republik Indonesia kembali menetapkan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan ke dua atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
         Pada PP ini, Pemerintah tetap menekankan delapan standar pengelolaan dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.
Delapan standar tersebut merupakan komponen yang tak terpisahkan dari manajemen pengembangan sekolah. Oleh karana itu seorang kepala sekolah atau madrasah bersama komponen lainnya harus mengkaji, meneliti dan menganalisis berbagai faktor yang akan berpengaruh pada pelaksanaan program pendidikan yang telah direncanakan, agar program tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien.
H. E. Mulyasa berpendapat bahwa, “Penelitian tindakan sekolah merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja system pendidikan, dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif dan efisien”.[4]
Dalam makalah ini, kami akan mengkaji tentang perumusan visi sekolah serta delapan standar pendidikan dengan menggunakan analisis SWOT untuk mencapai tujuan pendidikan.

1.   Analisis SWOT Pada Perumusan visi
Jika sekolah diibaratkan sebagai sebuah bahtera dalam pelayaran, maka visi adalah bagaikan kompas atau pedoman dalam  pelayaran yang  ditempuh dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan, sebab jika tidak ada kompas maka bahtera itu akan berlayar tanpa arah yang jelas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa visi adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan; wawasan; apa yang tampak dikhayal; penglihatan; pengamatan.
Menurut Muhaimin,  Suti’ah dan  Sugeng Listyo Prabowo, bahwa visi sekolah merupakan tujuan jauh yang harus dicapai oleh sekolah/madrasah dalam kurun  waktu tertentu.[5]
Menurut kami, visi sekolah adalah rumusan tujuan atau cita-cita yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan  dalam semua aktifitas komponen sekolah untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
Dalam merumuskan visi sekolah/madrasah, seorang pimpinan harus menghimpun data dan informasi sebanyak-banyaknya dari semua stakeholder, mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan stakeholder, serta berbagai faktor yang berpengaruh pada sekolah/madrasah, kemudian dari data tersebut sekolah bersama komponen-komponen terkait lainnya merumuskan suatu visi, misi dan tujuan yang akan dicapai. Visi, misi dan tujuan tersebut merupakan suatu program yang akan ditindak lanjuti, sehingga harus mempertimbangkan pula kekuatan dan peluang yang dimilikinya, serta  kelemahannya dan tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut.
Menurut  Muhaimin,  Suti’ah dan  Sugeng Listyo Prabowo, bahwa perumusan visi yang baik harus :
         -   Menggambarkan kepercayaan-kepercayaan, kebutuhan dan harapan stakeholder sekolah/madrasah.
         -   Menggambarkan apa yang diinginkan pada masa yang akan datang.
         -   Spesifik hanya khusus untuk sekolah/madrasah tertentu.
         -   Mampu memberikan inspirasi
         -   Jangan mengasumsikan pada system yang sama pada saat ini.
         -  Terbuka untuk dilakukan pengembangan sesuai dengan organisasi yang ada, metodologi, fasilitas dan proses pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri visi yang baik tersebut di atas, kami menganalisanya sebagai berikut :
Kekuatan :Sekolah/madrasah mempunyai kepercayaan yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya yang dirumuskan dalam program strategis sekolah yang didukung oleh delapan standar nasional pendidikan.
Kelemahan : Pada delapanstandar nasional pendidikan tersebut, ada standar-standar tertentu yang tidak terpenuhi seutuhnya.
Peluang : Visi, misi, tujuan dan program strategis yang dirumuskan tersebut sepenuhnya didukung oleh semua stakeholder.
Tantangan : Apabila standar-standar yang memiliki kekurangan tersebut tidak segera diatasi, maka kemungkian kecil untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Langkah strategis : sekolah/madrasah segera melakukan pendataan yang berkaitan dengan delapan standar dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mengetahui standar mana yang perlu dilakukan penguatan komponennya, mana yang mengalami kekurangan dan tidak memenuhi standar minimal serta standar mana pula  yang perlu dilakukan pembaharuan atau pengadaan yang disesuaikan dengan sumber dana yang ada atau mencari sumber dana lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, untuk tercapainya visi dan tujuan yang telah ditetapkan.

2.   Analisis SWOT Pada Standar Kompetensi Lulusan
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa, “Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan”.[6]
Menurut Kunandar, “standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan”.[7]
Menurut kami, standar kompetensi lulusan adalah suatu rumusan kriteria yang harus dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar, karena standar kompetensi lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya pada  jenis dan jenjang satuan pendidikan tertentu.
 Pada standar ini, seorang pimpinan sekolah/madrasahbersama komponen lainnya harus mengkaji dengan cermat berbagai faktor yang berpengaruh untuk pencapaian standar kompetensi ini, baik yang berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat lunak, mulai dari standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian, bahkan sampai pada faktor lingkungan di mana sekolah/madrasah itu berada.Sekolah harus memiliki data dan menganalisis prosentasi kelulusan yang masuk di sekolah faforit tingkat kabupaten, kejuaraan akademik dan non akademik tingkat kabupaten/kota, kejuaraan olimpiade tingkat kabupaten/kota, rata-rata UAN-UAS dan lain-lain.Factor-faktor tersebut harus dianalisis apakah kekuatan dan peluangnya,  kelemahan dan tantangan yang akan dihadapi serta langkah strategi apa yang akan ditempuh. Misalnya :
Kekuatan : sekolah/madrasah memiliki standar isi yang memenuhi kriteria standar nasional pendidikan, pendidik dan tanaga kependidikan terpenuhi, sarana dan prasarana tersedia, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian memenuhi standar.
Kelemahan :Minat belajar siswa rendah dan kurang disiplin.
         Peluang : Dengan tersedianya pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, penilaian dan lain-lain, maka kegiatan pembelajaran harus berlangsung secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Tantangan :Karena rendahnya minat belajar siswa dan kurang disiplin sehingga sekolah/madrasah tidak dapat bersaing dengan sekolah/madrasah lain disekitarnya sehingga akan menyebabkan  kurangnya  minat masyarakat pada sekolah/madrasah tersebut.
         Langkah strategis : sekolah harus menganalisis mengapa sehingga rendahnya minat belajar siswa, apakah guru menggunakan metode mengajar yang kurang tepat atau situasi yang kurang kondusif atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi siswa kurang aktif dan kurang disiplin. Setelah mengidentifikasi permasalahannya dengan jelas, maka sekolah/madrasah harus mengambil langkah strategis untuk mengatasi kelemahan dan tantangan tersebut.

3.Analisis SWOT Pada Standar Isi
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 disebutkan bahwa, “Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.[8]
 Pada standar  ini, pimpinan sekolah atau madrasah harus memiliki strategi untuk menganalisis apakah sekolah/madrasah telah memiliki dokumen kurikulum secara lengkap atau tidak, apakah telah memiliki tim pengembang kurikulum yang handal atau belum serta mampu menuntaskan ruang lingkup materi pada jenjang dan jenis pendidikan tersebut atau tidak, karena terpenuhinya standar ini akan dipengaruhi  berbagai faktor, misalnya :
Kekuatan :Sekolah/Madrasah memiliki kurikulum baku (BSNP) yang juga digunakanoleh semua sekolah sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kelemahan:Pada kurikulum muatan lokal, sekolah tidak dapat merumuskan kurikulum muatan lokal dengan baik, tidak bersifat operasional serta kurangnya sarana/prasarana penunjang,sehingga sulit diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Peluang :   Masyarakat menaruh harapan untuk bisa memanfaatkan output yang memiliki keterampilan dari hasil pembelajaran materi muatan lokal.
Tantangan:   Karena kurikulum muatan lokal tidak memenuhi standar nasional pendidikan, serta kurangnya sarana/prasarana penunjang, sehingga para siswa tidak memiliki konsep pengetahuan serta tidak mampu mempraktekkannya (tidak memiliki keterampilan) dalam kehidupan.
                Langkah strategis : Sekolah harus membentuk team pengembangan kurikulum tingkat sekolah dengan melibatkan semua stakeholder untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan kurikulum muatan lokal yang telah ada, serta merumuskan dan memperbaiki kurikulum muatan lokal tersebut.

 4.  Analisis SWOT Pada Standar Proses
Menurut PP No. 13 Tahun 2015 disebutkan bahwa,“Standar proses  adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan”.[9]
Berkaitan dengan standar proses, Prof. Dr. H. Wina Sanjaya mengemukakan bahwa :salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. [10]
Dalam buku yang sama, Prof. Dr. Wina Sanjaya berpendapat bahwa, “akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.[11]
Jika kita menyimak  pendapat tersebut, sekolah harus menganalisis factor-faktor apakah yang mempengaruhi KBM, serta  berlangsung secara efektif dan efisien atau tidak, apakah pelaksanaan strategi pembelajaran  yang mutakhir atau tidak, misalnya dengan menggunakan metode CTL, cooperative learning, collaborative learning dan lain-lain. Pada standar proses terdapat banyak kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah/madrasah, tetapi banyak pula kelemahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam proses kegiatan pembelajaran; misalnya :
Kekuatan :Para guru memiliki kualifikasi sesuai dengan disiplin ilmu, media atau sarana dan prasarana tersedia.
            Kelemahan: Guru kurang menguasai tekhnologi sehingga tidak dapat memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal atau kurang inovatif sehingga berlangsungnya kegitan belajar mengajar yang kurang efektif dan efisien.
Peluang : Situasi sekolah yang kondusif dan terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa, antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah serta semua komponen di sekolah berlangsung harmonis.
Tantangan :Para guru tidak berusaha meningkatkan kompetensi diri sesuai dengan profesinya, serta siswa kurang memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk  belajar, baik di sekolah maupun di rumah atau di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Langkah strategis : sekolah segera mengidentifikasi kelemahan dan tantangan yang dihadapi dengan cara mengadakan pelatihan pemanfaatan media tekhnologi pembelajaran, memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, memanfaatkan perpustakaan dengan sebaik-baiknya pada waktu-waktu tertentu serta melibatkan orang tua siswa untuk mengontrol dan mendampingi anak belajar di rumah atau membentuk kelompok-kelompok belajar di lingkungan masyarakat di luar jam sekolah.

5.    Analisis SWOT Pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan  
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa“Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan”.[12]
Guru adalah pekerjaan professional, sehingga guru harus memiliki ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kemampuan dan keahlian berdasarkan profesinya. Sedangkan tenaga kependidikan adalah komponen yang juga sebagai pendukung  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada kompetensi ini, sekolah harus manganalisis tentang kecukupan jumlah guru, guru yang bersertifikasi, guru yang berkualifikasi S1, kecukupun jumlah ideal pustakawan, laboran, teknisi computer, karyawan dan lain-lain.
Contoh Analisis SWOT terhadap pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut :
Kekuatan : Jumlah guru/tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sekolah/madrasah.
Kelemahan :Guru tidak kreatif menciptakan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan tenaga kependidikan tidak mempunyai deskripsi tugas yang jelas pada pekerjaannya.
Peluang: Guru mengikutipertemuan KKG/MGMP tingkat sekolah/
madrasah maupun tingkat yang lebih tinggi.
Tantangan: Guru dan tenaga kependidikan lainnya kurang memiliki kesempatan untuk meningkatkan produktifitas, penyesuaian diri terhadap informasi dan strategi baru dalam pembelajaran serta rendahnya sikap mental sehingga menghambat tumbuh kembangnya sekolah/madrasah.
Langkah Strategis : Kepala sekolah sebagai menejer, harus memeiliki langkah strategi untuk mengatasi masalah ini, misalnya senantiasa memberikan motivasi bagi  pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan produktifitas, mengadakan diklat bagi pendidik dan tenaga kependidikan, meninggalkan pola-pola pembelajaran lama, bermental baik dan berakhlak mulia serta memberikan deskripsi tugas yang jelas kepada semua komponen sekolah/madrasah.

6.   Analisis SWOT Pada Standar Sarana dan Prasarana
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa :Sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi.[13]
Menurut Prof. Dr. Wina Sanjaya, “sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,….sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran”.[14]
Kelengkapan sarana dan prasarana dapat memudahkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran, dan dapat memberikan berbagai pilihan untuk belajar.Karena sarana dan prasarana sangat penting untuk menunjang terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka seorang kepala sekolah/madrasah dan seluruh komponen harus dilibatkan untuk menganalisis faktor ini, yang meliputi kepemilikan ruang kelas yang cukup, kepemilikan buku pelajaran yang ideal, ruang laboratorium/praktikum, jaringan internet, meubeler memadai, kotak UKS, kantin, toilet dan lain-lain. Dalam menyusun rencana program dan analisis program misalnya ;
            Kekuatan : Guru mampumenggunakanmedia tekhnologi pendidikan, ruang belajar memenuhi syarat ruang belajar ideal.
Kelemahan : Sekolah/madrasah memiliki proyektor tetapi terbatas, hanya terdapat pada beberapa ruang belajar saja.
            Peluang : Sekolah/madrasah dapat memenuhi kekurangan sarana dengan menggunakan dana BOS.
Tantangan :POS pembiayaan sarana dan prasarana pada dana BOS sangat terbatas dan tidak memungkinkan untuk belanja memenuhi kekurangan tersebut. Jika kepala sekolah salah mengambil kebijakan dalam pembiayaan belanja sarana/prasarana,  maka akan mengakibatkan kerugian  Negara.
Langkah Strategis :Sekolah harus mengkaji dan mengidentifikasi sarana dan prasarana yang tersedia, berapa yang baik dan layak pakai, berapa yang mengalami kerusakan serta berapa kekurangan yang harus dilengkapi, sarana dan prasarana mana yang diprioritaskan dan mana yang dapat ditangguhkan. Dana dapat diperoleh dari para donatur, misalnya menjaring dana dari komite sekolah, para alumni sekolah/madrasah yang bersangkutan dan lain-lain.

          7.   Analisis SWOT Pada Standar Pengelolaan
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.[15]
Kriteria Baldrige dalam perspektif kesisteman untuk mengelola organisasi pendidikankhususnya membutuhkan sinergitas, integrasi, konsistensi, kesepadanan (linkages) antara perencanaan, proses, ukuran dan tindakan-tindakan perbaikan dan pengembangan standar.[16]
Dari pengertian di atas, kami merumuskan bahwa standar pengelolaan adalah adanya perpaduan yang serasi antara perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau pengawasan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi inti dari pengelolaan itu adalah kesesuaian antara perencanaan, proses,  pengawasan dan tindak lanjut.
Dengan demikian standar pengelolaan pendidikan merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan perlu dikaji dan dianalisis serta ditindak lanjuti dengan langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan pendidikan.Hal-hal yang perlu dianalisis misalnya :
-             Kepemimpinan/manajemen, meliputi :kelengkapan dan keakuratan rencana strategi, rencana operasional, kemitraan warga sekolah dan masyarakat, forum publikasi, lingkungan yang kondusif dalam KBM, penerapan demokratisasi di sekolah, kepemilikan usaha sekolah dan lain-lain.
-             Organisasi dan administrasi meliputi : memiliki tupoksi yang jelas, memiliki system administrasi yang lengkap dan lain-lain.
-             Kesiswaan, meliputi : memiliki regulasi penerimaan siswa baru yang professional,  memiliki program pembinaan dan bimbingan siswa yang jelas.
-             Hubungan masyarakat, meliputi : memiliki wadah hubungan antara sekolah dengan masyarakat, uraian kadar keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sekolah yang jelas.
-             Kultur sekolah, meliputi : pengembangan budaya yang kondusif, memiliki sarana yang membangkitkan komitmen yang tinggi dan pencitaan rasa aman, memiliki regulasi yang menciptakan rasa tanggung jawab yang tinggi, menciptakan suasana harmonis dan etos kerja yang tinggi dan lain-lain.
Contoh analisis standar pengelolaan pada sekolah/madrasah sebagai berikut :
Kekuatan:Sekolah memiliki perencanaan yang bagus, tersusun secara sistematis tahapan-tahapan pelaksanaan program dengan mempertimbangkan berbagai factor yang akan mempengaruhinya.
Kelemahan : Rencana program yang disusun hanya berasumsi pada masa kini, bukan berasumsi pada masa depan.
Peluang :Program akan terlaksana dengan baik karena didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap serta rencana program yang memenuhi standar pelayanan minimal.
Tantangan : Karena lemahnya pengawasan sehingga pada standar proses ada aspek-aspek tertentu yang berlangsung tidak sesuai dengan rencana program yang ditetapkan, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berlangsung secara efektif dan efisien.
Langkah Strategi : Sekolah harus menganalisis kembali rencana program untuk mengetahui kelemahannya, serta merumuskan kembali rencana program tersebut serta tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program pada revisi rencana program tersebut.



      8.   Analisis SWOT Pada Standar Pembiayaan
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Menurut Nanang Fattah, system pembiayaan pendidikan merupakan proses di mana pendapatan dan sumber daya yang tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah.[17]
Pada standar ini yang perlu dianalisis secara cermat meliputi :
Kepemilikan regulasi pembiayaan pendidikan yang jelas, kepemilikan sarana untuk penggalangan dana sekolah/madrasah, sumber dana pendapatan sekolah/madrasah yang sah, dan kepemilikan aturan yang jelas dalam system pertanggung jawaban.
Contoh analisis rencana program sekolah/madrasah pada standar pembiayaan adalah :
             Kekuatan :  Sekolah/madrasah memilikisiswa dalam jumlah yang besar sehingga mendapatkan alokasi dana BOS yang cukup besar.
Kelemahan : Sekolah/madrasah memiliki rencana program dan rencana operasional program yang tidak tersusun secara sistematis.
Peluang : dengan mendapatkan input/siswa yang banyak dan pada akhirnya memiliki output/alumni yang banyak sebagai salah satu potensi unsur penunjang pengembangan sekolah.
Tantangan : dengan memiliki rencana program dan rencana operasional program yang kurang sistematis sehingga masyarakat kurang tanggap terhadap perkembangan sekolah/madrasah.
Langkah strategis : merumuskan kembali program strategis dan rencana operasional program yang jelas dan terfokus dengan alokasi dana yang tepat pada upaya pencapaian tujuan, kemudian mensosialisasikan program dan rencana operasional program tersebut kepada semua stakeholder.

9.Analisis SWOT Pada Standar Penilaian Pendidikan
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar.
Menurut Kunandar, dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan dan efektifitas guru dalam pembelajaran.Oleh karena itu penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari penentuan instrument, penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian.[18]
Pada standar penilaian, sekolah atau madrasah harus memperhatikan dan menganalisis secara cermat beberapa hal sebagai berikut :
-    Harus memiliki bank soal yang baik
-    Harus memiliki system validasi soal.
-    Harus memiliki dokumen penilaian yang lengkap
-    Harus memiliki pedoman tindak lanjut hasil evaluasi
-    Memiliki standar penilaian berdasarkan BSNP.
Contoh analisis standar penilaian sebagai berikut :
Kekuatan : Sekolah/guru memiliki instrument penilaian yang lengkap untuk melakukan evaluasi.
Kelemahan : Guru tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien
Peluang :  Rata-rata peserta didik adalah siswa potensial baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Tantangan : Karena KBM berlangsung tidak efektif dan efisien, sehingga peserta didik sulit mencapai nilai tertinggi pada ujian akhir nasional di tingkat kabupaten/kota.
Langkah strategis : guru harus melakukan penilaian diri berkaitan dengan tugasnya sebagai pendidik, dan kepala sekolah harus melakukan supervise akademik terhadap guru-gurunya.
Setelah membahas atau mengkaji dan menganalisis visi serta delapan standar nasional pendidikan, bahwa untuk mencapai mutu yang baik atau unggul dalam suatu lembaga pendidikan tidak tercapai begitu saja, melainkan harus melalui langkah-langkah strategis yang harus ditempuh, mulai dari penyusunan rencana program yang analitis, pelaksanaan program yang sistematis, serta evaluasi yang berkelanjutan dan tindak lanjut.
Menurut Edward Sallis, Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritas-prioritas jangka panjang dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Tanpa strategi, sebuah institusi tidak akan bisa yakin bagaimana mereka bisa memanfaatkan peluang-peluang baru. [19]
Dari kajian tersebut di atas, menurut kami suatu rencana strategi akan tersusun secara sistematis, pelaksanaan rencana strategi akan berjalan secara efektif dan efisien, evaluasi program akan terlaksana secara kontinu dan tindak lanjut evaluasi pelaksanaan program akan berlangsung dengan baik apabila semua komponen sekolah/madrash diberdayakan, diberi tupoksi yang jelas sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah/madrasah alangkah baiknya membentuk suatu tim yang bekerja untuk mengkoordinir semua aktivitas di sekolah/madrasah yang terkait dengan perumusan rencana program strategis, menganalisis program, pelaksanaanprogram, evaluasi program dan tindak lanjut hasil evaluasi program.

III.   PENUTUP
 A.   Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.   Untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, maka perlu dirumuskan suatu program secara sistematis, terencana, terlaksana sesuai rencana, terukur, dianalisis dan tindak lanjut evaluasi program kearah yang lebih baik.
2.   Dalam dunia pendidikan, sekolah/madrasah harus menyusun program strategis untuk mencapai visi dan tujuan yang akan dicapai.
       3.  Untuk mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah, maka program strategis terlebih dahulu harus dicermati dan dianalisis mengenai kekuatan dan peluang yang dimiliki serta kelemahan dan tantangan yang dihadapi.
       4.  Untuk mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah dan tujuan nasional pada umumnya, sekolah harus mengelola delapan standar pendidikan yang telah ditetapkan BSNP sebagai mana yang tercantum dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

B.   Penutup
Demikianlah makalah ini kami sajikan, jika terdapat hal-hal yang tidak berkenan atau terdapat kekurangan pada sistematika penulisan atau penggunaan formulasi bahasa yang kurang tepat, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam rangka perbaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chaniago, Sam Mukhtar dan Adi, Tuti Tarwiyah, 2013, Analisis Swot Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Fattah, Nanang, 2013, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Konsep Penerapan MBS, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Fattah, Nanang, 2012, Standar Pembiayaan Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
http://subliyanto.  wordpress. com/2012/12/13/analisis-swot/ diakses, 23 Maret 2016

Kunandar, 2014, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Pesrta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis disertai contoh.
kemenag.go.id, UU Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, (diakses, 23 Maret 2016).
Muhaimin H, Suti’ahHj.,Prabowo, Sugeng Listyo, 2009, Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
Mulyasa,H.E. 2012, Penelitian Tindakan Sekolah Meningkatkan Produktifitas Sekolah, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, cet ke 3
Salinan PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Sallis, Edward, 2010,  Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu Pendidikan),  Jogjakarta, IRCiSoD,
Sanjaya,H. Wina,  2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Prenada Media Group, cet. 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar