PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memenuhi dan meningkatkan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat sebagaimana yang dikehendaki dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1-5, maka
pada tahun 1999 telah dicetuskannya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, maka sejak tahun 2001 telah
diberlakukan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Visi
pokok dari otonami dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya
pemberdayaan terhadap masyarakat setetempat untuk menentukan sendiri jenis dan
muatan kurikulum, proses pembelajaran
dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah/madrasah,
fasilitas dan sarana belajar untuk putra-putri generasi penerus bangsa.
Peran
Pemerintah baik diwakili oleh Departemen
Tekhnis maupun oleh Pemerintah Daerah di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan
provinsi adalah memberikan dukungan baik berupa dana, fasilitas dan ahli agar
dapat terselenggaranya pelayanan
pendidikan yang bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat dan dilakukan
oleh lembaga pemerintah maupun
swasta (sekolah) bersama
masyarakat dengan mengacu pada
standar mutu akademik baik secara
nasional maupun internasional.
Dari visi
otonami tersebut dapat dilihat bahwa sekolah dan masyarakat diberi kewenangan
sepenuhnya untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu :
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. [1]
Untuk mencapai
cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang tersebut,
maka dalam penyelenggaraan pendidikan, seorang menejer atau pimpinan sekolah/madrasah
bersama seluruh stake holder harus mempunyai perencanaan yang jelas dan
sistematis, dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan
tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga (sekolah/madrasah) yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang tidak memiliki perencanaan yang bagus serta tidak
memiliki pemetaan terhadap kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan lembaga (sekolah atau madrasah) yang
dipimpinnya, maka sangat sulit untuk mencapai cita-cita tersebut di atas.
Sekolah atau
madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan dengan tugas mengembangkan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta menyediakan tenaga kerja, harus selalu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta dapat pula
memenuhi kebutuhan masyarakat yang hidup dinamis dan selalu berubah sesuai
dengan perkembangan zaman.Sekolah harus selalu berupaya mengembangkan visi, dan
tujuan yang ingin dicapai.
Sekolah harus merumuskan misi sebagai
penjabaran dari visi yang telah ditetapkan, kemudian misi tersebut diuraikan
dalam indikator-indikator pencapaian, akan tetapi sekolah juga harus membuat
program-program atau kebijakan-kebijakan sebagai langkah strategis untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Hal itu menjadi tanggung jawab
dan kewenangan sekolah/madrasah.
Oleh karena itu
dalam makalah ini penulis mengemukakan suatu strategi kepemimpinan, terutama
pada suatu lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) dengan menggunakan analisis
SWOT untuk menyusun rencana, baik untuk
program jangka pendek, maupun program jangka panjang.
B. Rumusan
Masalah
Bertolak dari
latar belakang tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Apakah analisis SWOT itu ?
2. Komponen-komponen apasaja
yang terdapat pada Analisis SWOT?
3. Bagaimanamengaplikasikan
analisis SWOT dalam manajemen sekolah/madrasah.?
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk
mengetahui pengertian analisis SWOT
b. Untuk
mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam analisis SWOT.
c. Untuk mengetahui bagaimana
mengaplikasikan analisis SWOT dalam manajemen sekolah atau madrasah.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis SWOT
Setiap orang yang akan
menyusun suatu rencana atau program pasti akan terlintas dalam pikirannya
tentang kemampuan dan peluang yang dimilikinya, kelemahan dan tantangan yang
akan dihadapinya, bagaimana cara melaksanakan program tersebut, serta hasil apa
yang akan dicapai. Akan tetapi biasanya kita tidak berpikir serius tentang
hal-hal tersebut.Dalam memimpin, hal tersebut tidak bisa dipandang biasa-biasa
saja karena seorang pemimpin harus berinisiatif tinggi memiliki strategis dalam
mempertimbangkan segala sesuatu secara matang sebelum menetapkan suatu
keputusan atau dalam pengambilan kebijakan.
Menurut Daniel Start
dan Ingie Hovland dalam http://subliyanto. wordpress. com/2012/12/13/analisis-swot/(diakses 23 Maret 2016),analisis SWOT adalah
instrumen perencanaaan strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja
kekuatan dan kelemahan serta kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini
memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan
sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai,
dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.[2]
Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan
(dalam Sam M. Chan dan Tuti T. Sam:2013), analisis KEKEPAN (Kekuatan,
Kelemahan, Peluang, Ancaman) bersumber dari analisis akar permasalahan.Kajian
terhadap akar permasalahan tidak pernah lepas dari konteksnya. Konteks tersebut
adalah kajian global, namun jika kita akan mengatasi masalah, pemikiran
tersebut memerlukan kajian berbagai opsi (options) yang menuntut divergent
thinking (berpikir literal).[3]
Menurut kami,secara umum Analisis SWOT adalah
sebuah bentuk analisa situasi dan
kondisi yang bersifat memberi suatu gambaran (deskriptif)sebagaisuatu masukan,
kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing untuk menyusun rencana strategis dengan mengacu pada kekuatan dan kelemahan, peluang dan
ancaman untuk pelaksanaan program suatu organisasi.
Sedangkan analisis SWOT bagi sekolah atau madrasah mengandung makna
bahwa suatu analisa yang dilakukan secara cermat terhadap kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah/madrasah serta kelemahan
dan hambatan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program untuk menyusun
langkah-langkah strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
B. Komponen-komponen Analisis SWOT
Sekolah/madrasah sebagai suatu lembaga yang berkiprah di bidang
pendidikan dengan memiliki kemampuan yang terbatas dan memiliki peluang yang
kecil sedangkan kelemahan dan hambatan yang begitu banyak menantang dan
menghadang tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan di Indonesia, maka seorang kepala
sekolah /madrasah harus menetapkan strategi untuk tercapainya visi dantujuan yang
telah ditetapkan.
Sebelum menetapkan dan melaksanakan program kerja, alangkah baiknya jika
dilakukan analisis terhadap program tersebut, langkah strategis yang akan
ditempuh, kekuatan dan peluang yang dimiliki
serta kemungkinan adanya kelemahan dan hambatan yang akan dihadapi. Oleh
karena itu seorang kepala sekolah/madrasah dapat menggunakan berbagai alat atau
metode untuk menganalisis semua potensi tersebut, dan salah satunya dengan
menggunakan analisis SWOT.
Komponen-komponen apakah yang terdapat pada analisis SWOT ?
Ada beberapa komponen yang terdapat dalam
analisis SWOT yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis
faktor-faktor internal maupun faktor eksternal suatu sekolah/madrasah untuk
mencapai visi dan tujuannya. Komponen-komponen tersebut terdiri dari :
1. Strength (kekuatan), yaitu analisis terhadap
situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan atau kemampuandari suatu
organisasi pada saat ini. Dalam pendidikan, yang perlu di lakukan di dalam analisis ini
adalah setiap sekolah/madrasah perlu
menilai kekuatan-kekuatan yang dimilikinya di bandingkan dengan para pesaingnya
atau sekolah-sekolah lain yang ada di sekitarnya. Misalnya jika kekuatan
sekolah tersebut unggul dalam bidang
mata pelajaran eksakta, baik secara teoritis maupun praktis, maka keunggulan
itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat
teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
2.
Weaknesses (kelemahan),yaitu
analisissituasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi
pada saat ini. Menganalisis kelemahan atau kekurangan di dalam sebuah sekolah/madrasah yang menjadi kendala seriusdalam melaksanakan program maupun
pemanfaatan output dari sekolah tersebut serta kemajuan sekolah atau madrasah pada masa kini maupun
masa yang akan datang.
3. Opportunity
(peluang) yaitu analisis situasi atau
kondisi yang merupakan peluang suatu organisasi untuk berkembang. Cara ini
adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu
sekolah/madrasah untuk melaksanakan programnya untuk mencapai visi dan tujuan
yang telah ditetapkan, serta bisa
berkembang di masa yang akan datang.
4.Threats (tantangan) yaitu menganalisis tantangan atau ancaman yang akan dihadapi oleh suatu organisasi dari berbagai macam faktor yang tidak menguntungkan organisasi atau menyebabkan kemunduran. Jika suatu tantangan
atau ancaman yang dialami oleh sekolah/madrasah tidak segera di atasi,maka ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi
sekolah/madrasah dalam usaha mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah di masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
C. Aplikasi Analisis SWOT Dalam Manajemen
Sekolah/Madrasah
Regulasi
dalam penyelenggaraan pendidikan pada sekolah/madrasah terus bergulir dengan
ditetapkannya Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah sebagai Payung Hukum penyelenggaraannya. Setelah ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005, kini Pemerintah Republik Indonesia kembali
menetapkan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan ke dua atas
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pada PP ini, Pemerintah tetap
menekankan delapan standar pengelolaan dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu,
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan dan Standar Penilaian.
Delapan
standar tersebut merupakan komponen yang tak terpisahkan dari manajemen
pengembangan sekolah. Oleh karana itu seorang kepala sekolah atau madrasah bersama
komponen lainnya harus mengkaji, meneliti dan menganalisis berbagai faktor yang
akan berpengaruh pada pelaksanaan program pendidikan yang telah direncanakan,
agar program tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien.
H.
E. Mulyasa berpendapat bahwa, “Penelitian tindakan sekolah merupakan upaya
untuk meningkatkan kinerja system pendidikan, dan mengembangkan manajemen sekolah
agar menjadi lebih produktif, efektif dan efisien”.[4]
Dalam makalah ini, kami akan mengkaji tentang
perumusan visi sekolah serta delapan standar pendidikan dengan menggunakan
analisis SWOT untuk mencapai tujuan pendidikan.
1. Analisis
SWOT Pada Perumusan visi
Jika
sekolah diibaratkan sebagai sebuah bahtera dalam pelayaran, maka visi adalah
bagaikan kompas atau pedoman dalam
pelayaran yang ditempuh dalam
jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan, sebab jika tidak ada kompas maka
bahtera itu akan berlayar tanpa arah yang jelas.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa visi adalah kemampuan untuk
melihat pada inti persoalan; pandangan; wawasan; apa yang tampak dikhayal;
penglihatan; pengamatan.
Menurut
Muhaimin, Suti’ah dan Sugeng Listyo Prabowo, bahwa visi sekolah
merupakan tujuan jauh yang harus dicapai oleh sekolah/madrasah dalam kurun waktu tertentu.[5]
Menurut
kami, visi sekolah adalah rumusan tujuan atau cita-cita yang dapat dijadikan
sebagai pedoman atau acuan dalam semua
aktifitas komponen sekolah untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
Dalam
merumuskan visi sekolah/madrasah, seorang pimpinan harus menghimpun data dan
informasi sebanyak-banyaknya dari semua stakeholder, mengidentifikasi kebutuhan
sekolah dan stakeholder, serta berbagai faktor yang berpengaruh pada
sekolah/madrasah, kemudian dari data tersebut sekolah bersama komponen-komponen
terkait lainnya merumuskan suatu visi, misi dan tujuan yang akan dicapai. Visi,
misi dan tujuan tersebut merupakan suatu program yang akan ditindak lanjuti, sehingga
harus mempertimbangkan pula kekuatan dan peluang yang dimilikinya, serta kelemahannya dan tantangan yang akan dihadapi
dalam pelaksanaan program tersebut.
Menurut Muhaimin,
Suti’ah dan Sugeng Listyo Prabowo,
bahwa perumusan visi yang baik harus :
-
Menggambarkan kepercayaan-kepercayaan, kebutuhan dan harapan stakeholder
sekolah/madrasah.
-
Menggambarkan apa yang diinginkan pada masa yang akan datang.
-
Spesifik hanya khusus untuk sekolah/madrasah tertentu.
-
Mampu memberikan inspirasi
-
Jangan mengasumsikan pada system yang sama pada saat ini.
-
Terbuka untuk dilakukan pengembangan sesuai dengan organisasi yang ada,
metodologi, fasilitas dan proses pembelajaran.
Berdasarkan
ciri-ciri visi yang baik tersebut di atas, kami menganalisanya sebagai berikut
:
Kekuatan
:Sekolah/madrasah mempunyai kepercayaan yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya
yang dirumuskan dalam program strategis sekolah yang didukung oleh delapan
standar nasional pendidikan.
Kelemahan
: Pada delapanstandar nasional pendidikan tersebut, ada standar-standar
tertentu yang tidak terpenuhi seutuhnya.
Peluang
: Visi, misi, tujuan dan program strategis yang dirumuskan tersebut sepenuhnya
didukung oleh semua stakeholder.
Tantangan
: Apabila standar-standar yang memiliki kekurangan tersebut tidak segera
diatasi, maka kemungkian kecil untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Langkah
strategis : sekolah/madrasah segera melakukan pendataan yang berkaitan dengan
delapan standar dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mengetahui standar mana
yang perlu dilakukan penguatan komponennya, mana yang mengalami kekurangan dan
tidak memenuhi standar minimal serta standar mana pula yang perlu dilakukan pembaharuan atau
pengadaan yang disesuaikan dengan sumber dana yang ada atau mencari sumber dana
lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku, untuk tercapainya visi dan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Analisis SWOT Pada Standar Kompetensi
Lulusan
Dalam
PP No. 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa, “Standar
kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan”.[6]
Menurut
Kunandar, “standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan dan standar pembiayaan”.[7]
Menurut
kami, standar kompetensi lulusan adalah suatu rumusan kriteria yang harus
dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar, karena
standar kompetensi lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta
didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya pada jenis dan jenjang satuan pendidikan tertentu.
Pada standar ini, seorang pimpinan
sekolah/madrasahbersama komponen lainnya harus mengkaji dengan cermat berbagai
faktor yang berpengaruh untuk pencapaian standar kompetensi ini, baik yang
berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat lunak, mulai dari standar
isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian,
bahkan sampai pada faktor lingkungan di mana sekolah/madrasah itu berada.Sekolah
harus memiliki data dan menganalisis prosentasi kelulusan yang masuk di sekolah
faforit tingkat kabupaten, kejuaraan akademik dan non akademik tingkat
kabupaten/kota, kejuaraan olimpiade tingkat kabupaten/kota, rata-rata UAN-UAS
dan lain-lain.Factor-faktor tersebut harus dianalisis apakah kekuatan dan
peluangnya, kelemahan dan tantangan yang
akan dihadapi serta langkah strategi apa yang akan ditempuh. Misalnya :
Kekuatan
: sekolah/madrasah memiliki standar isi yang memenuhi kriteria standar nasional
pendidikan, pendidik dan tanaga kependidikan terpenuhi, sarana dan prasarana
tersedia, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian memenuhi standar.
Kelemahan
:Minat belajar siswa rendah dan kurang disiplin.
Peluang : Dengan tersedianya pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, penilaian dan lain-lain, maka
kegiatan pembelajaran harus berlangsung secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan.
Tantangan
:Karena rendahnya minat belajar siswa dan kurang disiplin sehingga
sekolah/madrasah tidak dapat bersaing dengan sekolah/madrasah lain disekitarnya
sehingga akan menyebabkan kurangnya minat masyarakat pada sekolah/madrasah
tersebut.
Langkah strategis : sekolah harus
menganalisis mengapa sehingga rendahnya minat belajar siswa, apakah guru
menggunakan metode mengajar yang kurang tepat atau situasi yang kurang kondusif
atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi siswa kurang aktif dan kurang
disiplin. Setelah mengidentifikasi permasalahannya dengan jelas, maka
sekolah/madrasah harus mengambil langkah strategis untuk mengatasi kelemahan
dan tantangan tersebut.
3.Analisis
SWOT Pada Standar Isi
Dalam
PP No. 13 Tahun 2015 disebutkan bahwa, “Standar isi adalah kriteria mengenai
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu”.[8]
Pada standar ini, pimpinan sekolah atau madrasah harus
memiliki strategi untuk menganalisis apakah sekolah/madrasah telah memiliki dokumen
kurikulum secara lengkap atau tidak, apakah telah memiliki tim pengembang
kurikulum yang handal atau belum serta mampu menuntaskan ruang lingkup materi
pada jenjang dan jenis pendidikan tersebut atau tidak, karena terpenuhinya
standar ini akan dipengaruhi berbagai
faktor, misalnya :
Kekuatan
:Sekolah/Madrasah memiliki kurikulum baku (BSNP) yang juga digunakanoleh semua
sekolah sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kelemahan:Pada
kurikulum muatan lokal, sekolah tidak dapat merumuskan kurikulum muatan lokal
dengan baik, tidak bersifat operasional serta kurangnya sarana/prasarana
penunjang,sehingga sulit diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Peluang
: Masyarakat menaruh harapan untuk bisa
memanfaatkan output yang memiliki keterampilan dari hasil pembelajaran materi
muatan lokal.
Tantangan: Karena kurikulum muatan lokal tidak memenuhi
standar nasional pendidikan, serta kurangnya sarana/prasarana penunjang,
sehingga para siswa tidak memiliki konsep pengetahuan serta tidak mampu
mempraktekkannya (tidak memiliki keterampilan) dalam kehidupan.
Langkah strategis : Sekolah
harus membentuk team pengembangan kurikulum tingkat sekolah dengan melibatkan
semua stakeholder untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan kurikulum
muatan lokal yang telah ada, serta merumuskan dan memperbaiki kurikulum muatan
lokal tersebut.
4. Analisis
SWOT Pada Standar Proses
Menurut
PP No. 13 Tahun 2015 disebutkan bahwa,“Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan”.[9]
Berkaitan
dengan standar proses, Prof. Dr. H. Wina Sanjaya mengemukakan bahwa :salah
satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. [10]
Dalam
buku yang sama, Prof. Dr. Wina Sanjaya berpendapat bahwa, “akhir dari proses
pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.[11]
Jika
kita menyimak pendapat tersebut, sekolah
harus menganalisis factor-faktor apakah yang mempengaruhi KBM, serta berlangsung secara efektif dan efisien atau
tidak, apakah pelaksanaan strategi pembelajaran
yang mutakhir atau tidak, misalnya dengan menggunakan metode CTL, cooperative
learning, collaborative learning dan lain-lain. Pada standar proses terdapat
banyak kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah/madrasah, tetapi banyak pula
kelemahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam proses kegiatan pembelajaran;
misalnya :
Kekuatan
:Para guru memiliki kualifikasi sesuai dengan disiplin ilmu, media atau sarana
dan prasarana tersedia.
Kelemahan: Guru kurang menguasai
tekhnologi sehingga tidak dapat memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal
atau kurang inovatif sehingga berlangsungnya kegitan belajar mengajar yang
kurang efektif dan efisien.
Peluang
: Situasi sekolah yang kondusif dan terjadi interaksi yang baik antara guru dan
siswa, antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah serta semua komponen
di sekolah berlangsung harmonis.
Tantangan
:Para guru tidak berusaha meningkatkan kompetensi diri sesuai dengan
profesinya, serta siswa kurang memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
untuk belajar, baik di sekolah maupun di
rumah atau di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Langkah
strategis : sekolah segera mengidentifikasi kelemahan dan tantangan yang
dihadapi dengan cara mengadakan pelatihan pemanfaatan media tekhnologi
pembelajaran, memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh,
memanfaatkan perpustakaan dengan sebaik-baiknya pada waktu-waktu tertentu serta
melibatkan orang tua siswa untuk mengontrol dan mendampingi anak belajar di
rumah atau membentuk kelompok-kelompok belajar di lingkungan masyarakat di luar
jam sekolah.
5. Analisis SWOT Pada Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Dalam
PP No. 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa“Standar
pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan
dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan”.[12]
Guru
adalah pekerjaan professional, sehingga guru harus memiliki ilmu pengetahuan
sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kemampuan dan keahlian berdasarkan
profesinya. Sedangkan tenaga kependidikan adalah komponen yang juga sebagai
pendukung dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pada kompetensi ini, sekolah harus manganalisis tentang kecukupan
jumlah guru, guru yang bersertifikasi, guru yang berkualifikasi S1, kecukupun
jumlah ideal pustakawan, laboran, teknisi computer, karyawan dan lain-lain.
Contoh
Analisis SWOT terhadap pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut :
Kekuatan
: Jumlah guru/tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sekolah/madrasah.
Kelemahan
:Guru tidak kreatif menciptakan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam
kegiatan belajar mengajar, sedangkan tenaga kependidikan tidak mempunyai
deskripsi tugas yang jelas pada pekerjaannya.
Peluang:
Guru mengikutipertemuan KKG/MGMP tingkat sekolah/
madrasah
maupun tingkat yang lebih tinggi.
Tantangan:
Guru dan tenaga kependidikan lainnya kurang memiliki kesempatan untuk
meningkatkan produktifitas, penyesuaian diri terhadap informasi dan strategi baru
dalam pembelajaran serta rendahnya sikap mental sehingga menghambat tumbuh
kembangnya sekolah/madrasah.
Langkah
Strategis : Kepala sekolah sebagai menejer, harus memeiliki langkah strategi
untuk mengatasi masalah ini, misalnya senantiasa memberikan motivasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk
meningkatkan produktifitas, mengadakan diklat bagi pendidik dan tenaga
kependidikan, meninggalkan pola-pola pembelajaran lama, bermental baik dan
berakhlak mulia serta memberikan deskripsi tugas yang jelas kepada semua
komponen sekolah/madrasah.
6. Analisis SWOT Pada Standar Sarana dan
Prasarana
Dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar
Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa :Sarana dan prasarana adalah kriteria
mengenai ruang belajar, tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi
serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi.[13]
Menurut
Prof. Dr. Wina Sanjaya, “sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara
langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,….sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran”.[14]
Kelengkapan
sarana dan prasarana dapat memudahkan guru dan siswa melakukan kegiatan
pembelajaran, dan dapat memberikan berbagai pilihan untuk belajar.Karena sarana
dan prasarana sangat penting untuk menunjang terselenggaranya kegiatan belajar
mengajar yang efektif dan efisien, maka seorang kepala sekolah/madrasah dan
seluruh komponen harus dilibatkan untuk menganalisis faktor ini, yang meliputi
kepemilikan ruang kelas yang cukup, kepemilikan buku pelajaran yang ideal,
ruang laboratorium/praktikum, jaringan internet, meubeler memadai, kotak UKS,
kantin, toilet dan lain-lain. Dalam menyusun rencana program dan analisis
program misalnya ;
Kekuatan : Guru
mampumenggunakanmedia tekhnologi pendidikan, ruang belajar memenuhi syarat
ruang belajar ideal.
Kelemahan
: Sekolah/madrasah memiliki proyektor tetapi terbatas, hanya terdapat pada beberapa
ruang belajar saja.
Peluang : Sekolah/madrasah dapat
memenuhi kekurangan sarana dengan menggunakan dana BOS.
Tantangan
:POS pembiayaan sarana dan prasarana pada dana BOS sangat terbatas dan tidak
memungkinkan untuk belanja memenuhi kekurangan tersebut. Jika kepala sekolah
salah mengambil kebijakan dalam pembiayaan belanja sarana/prasarana, maka akan mengakibatkan kerugian Negara.
Langkah
Strategis :Sekolah harus mengkaji dan mengidentifikasi sarana dan prasarana
yang tersedia, berapa yang baik dan layak pakai, berapa yang mengalami
kerusakan serta berapa kekurangan yang harus dilengkapi, sarana dan prasarana
mana yang diprioritaskan dan mana yang dapat ditangguhkan. Dana dapat diperoleh
dari para donatur, misalnya menjaring dana dari komite sekolah, para alumni
sekolah/madrasah yang bersangkutan dan lain-lain.
7.
Analisis SWOT Pada Standar Pengelolaan
Dalam
PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa
Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan.[15]
Kriteria
Baldrige dalam perspektif kesisteman untuk mengelola organisasi pendidikankhususnya
membutuhkan sinergitas, integrasi, konsistensi, kesepadanan (linkages) antara
perencanaan, proses, ukuran dan tindakan-tindakan perbaikan dan pengembangan
standar.[16]
Dari
pengertian di atas, kami merumuskan bahwa standar pengelolaan adalah adanya
perpaduan yang serasi antara perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau
pengawasan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jadi inti dari pengelolaan itu adalah kesesuaian antara
perencanaan, proses, pengawasan dan
tindak lanjut.
Dengan
demikian standar pengelolaan pendidikan merupakan hal yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan dan perlu dikaji dan dianalisis serta ditindak
lanjuti dengan langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan pendidikan.Hal-hal
yang perlu dianalisis misalnya :
-
Kepemimpinan/manajemen, meliputi :kelengkapan
dan keakuratan rencana strategi, rencana operasional, kemitraan warga sekolah
dan masyarakat, forum publikasi, lingkungan yang kondusif dalam KBM, penerapan
demokratisasi di sekolah, kepemilikan usaha sekolah dan lain-lain.
-
Organisasi dan administrasi meliputi : memiliki
tupoksi yang jelas, memiliki system administrasi yang lengkap dan lain-lain.
-
Kesiswaan, meliputi : memiliki regulasi
penerimaan siswa baru yang professional,
memiliki program pembinaan dan bimbingan siswa yang jelas.
-
Hubungan masyarakat, meliputi : memiliki wadah
hubungan antara sekolah dengan masyarakat, uraian kadar keterlibatan masyarakat
dalam pengembangan sekolah yang jelas.
-
Kultur sekolah, meliputi : pengembangan budaya
yang kondusif, memiliki sarana yang membangkitkan komitmen yang tinggi dan
pencitaan rasa aman, memiliki regulasi yang menciptakan rasa tanggung jawab
yang tinggi, menciptakan suasana harmonis dan etos kerja yang tinggi dan
lain-lain.
Contoh analisis standar pengelolaan pada
sekolah/madrasah sebagai berikut :
Kekuatan:Sekolah
memiliki perencanaan yang bagus, tersusun secara sistematis tahapan-tahapan
pelaksanaan program dengan mempertimbangkan berbagai factor yang akan
mempengaruhinya.
Kelemahan
: Rencana program yang disusun hanya berasumsi pada masa kini, bukan berasumsi
pada masa depan.
Peluang
:Program akan terlaksana dengan baik karena didukung oleh sarana dan prasarana
yang lengkap serta rencana program yang memenuhi standar pelayanan minimal.
Tantangan
: Karena lemahnya pengawasan sehingga pada standar proses ada aspek-aspek
tertentu yang berlangsung tidak sesuai dengan rencana program yang ditetapkan,
sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berlangsung secara efektif dan
efisien.
Langkah
Strategi : Sekolah harus menganalisis kembali rencana program untuk mengetahui
kelemahannya, serta merumuskan kembali rencana program tersebut serta tantangan
yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program pada revisi rencana program
tersebut.
8.
Analisis SWOT Pada Standar Pembiayaan
Dalam
PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa
Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Menurut
Nanang Fattah, system pembiayaan pendidikan merupakan proses di mana pendapatan
dan sumber daya yang tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan sekolah.[17]
Pada
standar ini yang perlu dianalisis secara cermat meliputi :
Kepemilikan
regulasi pembiayaan pendidikan yang jelas, kepemilikan sarana untuk
penggalangan dana sekolah/madrasah, sumber dana pendapatan sekolah/madrasah
yang sah, dan kepemilikan aturan yang jelas dalam system pertanggung jawaban.
Contoh
analisis rencana program sekolah/madrasah pada standar pembiayaan adalah :
Kekuatan : Sekolah/madrasah memilikisiswa dalam jumlah
yang besar sehingga mendapatkan alokasi dana BOS yang cukup besar.
Kelemahan
: Sekolah/madrasah memiliki rencana program dan rencana operasional program
yang tidak tersusun secara sistematis.
Peluang
: dengan mendapatkan input/siswa yang banyak dan pada akhirnya memiliki
output/alumni yang banyak sebagai salah satu potensi unsur penunjang
pengembangan sekolah.
Tantangan
: dengan memiliki rencana program dan rencana operasional program yang kurang
sistematis sehingga masyarakat kurang tanggap terhadap perkembangan
sekolah/madrasah.
Langkah
strategis : merumuskan kembali program strategis dan rencana operasional
program yang jelas dan terfokus dengan alokasi dana yang tepat pada upaya
pencapaian tujuan, kemudian mensosialisasikan program dan rencana operasional
program tersebut kepada semua stakeholder.
9.Analisis
SWOT Pada Standar Penilaian Pendidikan
Dalam
PP No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan bahwa
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan
instrument penilaian hasil belajar.
Menurut
Kunandar, dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar
keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah
diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat
tingkat keberhasilan dan efektifitas guru dalam pembelajaran.Oleh karena itu
penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari penentuan
instrument, penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian,
analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian.[18]
Pada
standar penilaian, sekolah atau madrasah harus memperhatikan dan menganalisis secara
cermat beberapa hal sebagai berikut :
-
Harus memiliki bank soal yang baik
-
Harus memiliki system validasi soal.
-
Harus memiliki dokumen penilaian yang lengkap
-
Harus memiliki pedoman tindak lanjut hasil
evaluasi
-
Memiliki standar penilaian berdasarkan BSNP.
Contoh analisis standar penilaian sebagai
berikut :
Kekuatan
: Sekolah/guru memiliki instrument penilaian yang lengkap untuk melakukan
evaluasi.
Kelemahan
: Guru tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien
Peluang
: Rata-rata peserta didik adalah siswa
potensial baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Tantangan
: Karena KBM berlangsung tidak efektif dan efisien, sehingga peserta didik
sulit mencapai nilai tertinggi pada ujian akhir nasional di tingkat
kabupaten/kota.
Langkah
strategis : guru harus melakukan penilaian diri berkaitan dengan tugasnya
sebagai pendidik, dan kepala sekolah harus melakukan supervise akademik
terhadap guru-gurunya.
Setelah membahas atau mengkaji dan menganalisis
visi serta delapan standar nasional pendidikan, bahwa untuk mencapai mutu yang
baik atau unggul dalam suatu lembaga pendidikan tidak tercapai begitu saja,
melainkan harus melalui langkah-langkah strategis yang harus ditempuh, mulai
dari penyusunan rencana program yang analitis, pelaksanaan program yang
sistematis, serta evaluasi yang berkelanjutan dan tindak lanjut.
Menurut Edward Sallis, Perencanaan strategis
memungkinkan formulasi prioritas-prioritas jangka panjang dan perubahan
institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Tanpa strategi, sebuah
institusi tidak akan bisa yakin bagaimana mereka bisa memanfaatkan peluang-peluang
baru. [19]
Dari kajian tersebut di atas, menurut kami
suatu rencana strategi akan tersusun secara sistematis, pelaksanaan rencana
strategi akan berjalan secara efektif dan efisien, evaluasi program akan
terlaksana secara kontinu dan tindak lanjut evaluasi pelaksanaan program akan
berlangsung dengan baik apabila semua komponen sekolah/madrash diberdayakan,
diberi tupoksi yang jelas sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah/madrasah
alangkah baiknya membentuk suatu tim yang bekerja untuk mengkoordinir semua
aktivitas di sekolah/madrasah yang terkait dengan perumusan rencana program
strategis, menganalisis program, pelaksanaanprogram, evaluasi program dan
tindak lanjut hasil evaluasi program.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan makalah ini dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Untuk mencapai suatu tujuan secara efektif
dan efisien, maka perlu dirumuskan suatu program secara sistematis, terencana,
terlaksana sesuai rencana, terukur, dianalisis dan tindak lanjut evaluasi
program kearah yang lebih baik.
2. Dalam dunia pendidikan, sekolah/madrasah
harus menyusun program strategis untuk mencapai visi dan tujuan yang akan
dicapai.
3.
Untuk mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah, maka program strategis
terlebih dahulu harus dicermati dan dianalisis mengenai kekuatan dan peluang
yang dimiliki serta kelemahan dan tantangan yang dihadapi.
4.
Untuk mencapai visi dan tujuan sekolah/madrasah dan tujuan nasional pada
umumnya, sekolah harus mengelola delapan standar pendidikan yang telah
ditetapkan BSNP sebagai mana yang tercantum dalam PP No. 13 Tahun 2015 Tentang
Perubahan kedua PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
B. Penutup
Demikianlah
makalah ini kami sajikan, jika terdapat hal-hal yang tidak berkenan atau
terdapat kekurangan pada sistematika penulisan atau penggunaan formulasi bahasa
yang kurang tepat, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaniago, Sam Mukhtar dan Adi, Tuti
Tarwiyah, 2013, Analisis
Swot Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada
Fattah,
Nanang, 2013, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Konsep Penerapan MBS,
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Fattah,
Nanang, 2012, Standar Pembiayaan Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
http://subliyanto. wordpress. com/2012/12/13/analisis-swot/ diakses, 23
Maret 2016
Kunandar,
2014, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Pesrta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis disertai contoh.
kemenag.go.id,
UU Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, (diakses,
23 Maret 2016).
Muhaimin H,
Suti’ahHj.,Prabowo, Sugeng Listyo, 2009, Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group,
Mulyasa,H.E.
2012, Penelitian Tindakan Sekolah Meningkatkan Produktifitas Sekolah, Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, cet ke 3
Salinan PP
No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan
Sallis,
Edward, 2010, Total Quality Management
In Education (Manajemen Mutu Pendidikan),
Jogjakarta, IRCiSoD,
Sanjaya,H.
Wina, 2006, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Prenada Media Group, cet. 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar