Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Senin, 09 Desember 2013

YANG TERLUPAKAN DALAM PENDIDIKAN


Muncul kesan yang sangat kencang baik pendidik, orang tua, maupun peserta didik untuk selalu didorong agar mengejar dan menghimpun informasi keilmuan sebanyak mungkin, namun melupakan aspek pendidikan yang fundamental, yaitu bagaimana menjalani hidup dengan terhormat dihadapan Tuhan dan makhluknya. Salah satu penyebab merebaknya korupsi ialah gagalnya dunia pendidikan dalam pembentukan karakter yang membentuk manusia yang mulia dan terthormat agar hidup selalu dipandu nurani dan ahlak.

Pendidikan adalah usaha sistematis dengan penuh kasih sayang serta keikhlasan untuk membangun peradaban bangsa menjadi lebih baik. Dibalik sukses ekonomi dan teknologi yang ditunjukkan negara-negara maju, semua itu semula disemangati nilai-nilai kemanusiaan agar kehidupan bisa dijalani lebih mudah, lebih produktif, dan lebih bermakna. Namun banyak masyarakat yang lalu gagal menjaga komitmen kemanusiaannya setelah sukses di bidang materi. Gaya hidup yang selalu mengejar sukses materi, tetapi tidak disertai dengan pemaknaan hidup yang dalam. Akibatnya, orang lalu menitipkan harga dirinya pada jabatan dan materi yang menempel, tetapi kepribadiannya keropos (John Naisbit).

Akhir zaman yang sudah edan ini seseorang akan merasa diri hebat dan berharga bukan karena kualitas pribadinya, tetapi jabatan dan kekayaan, meski diraih dengan cara tidak terhormat, tidak baik dan tidak halal. Pribadi semacam ini disebut having oriented, bukan being oriented (Erich Froom), artinya apa, kepribadian yang obsesif untuk selalu mengejar harta dan status, tetapi tidak peduli pada pengembangan kualitas moral.

Ketika pendidikan tidak lagi menempatkan prinsip-prinsip moralitas agung (akhlakul karimah) sebagai basisnya, maka yang akan dihasilkan adalah orang yang selalu mengejar materi untuk memenuhi tuntutan physical happiness (kesenangan fisik) yang durasinya hanya sesaat dan potensial membunuh nalar sehat dan nurani. Padahal, aktualisasi nilai kemanusiaan membutuhkan perjuangan hidup sehingga seseorang akan merasa lebih berharga dan bahagia saat mampu meraih kebahagiaan nonmateri. Yang temasuk kebahagiaan nonmateri ialah kebahagiaan intelektual, kebahagiaan aesthetica, kebahagiaan secara moral, dan kebahagiaan beragama (spiritual happiness). Pendidikan yang sehat adalah yang secara sadar membantu peserta didik bisa merasakan, menghayati, dan menghargai jenjang makna hidup dari yang bersifat fisikal sampai yang moral, estetika, dan spiritual. Peradaban dunia selalu dibangun oleh tokoh-tokoh moral-spiritual contohnya Nabi Muhammad SAW, yang dihancurkan politisi dan teknokrat yang mabuk kekuasaan.

Selama ini produk pendidikan amat kurang membantu pertumbuhan spiritualitas peserta didik sehingga mereka sulit mengagumi keramahan langit terhadap bumi umpamanya munculnya pelangi, terjadinya hujan, kekompakan hidup dunia semut, dan perilaku alam lain yang semua itu merupakan ayat-ayat Tuhan dan bacaan terbuka yang amat indah bagi orang-orang yang beakal dan berfikir. Ini semua disebabkan kesalahan proses pendidikan yang kita dapat, yang hampir melupakan dimensi akal budi dan emosi serta tidak memandang alam sebagai entitas yang hidup.

Sebenarnya tak ada benda mati di hadapan orang yang akal budinya hidup. Terlebih di hadapan Tuhan, semuanya hidup dan bekerja atas perintah-Nya karena tercipta bukan tanpa tujuan. Pendidikan kita kurang mengajarkan bagaimana bersahabat dan berdialog dengan kehidupan secara menyeluruh.

Dalam Sebuah kasus bencana alam yang setiap saat menjadi santapan dan tayangan media cetak dan elektronik, hampir tidak pernah kita saksikan dan ditemukan beritanya bangkai sapi atau kerbau dan hewan lainnya karena semuanya telah menyelamatkan diri. Hewan-hewan itu memiliki kepekaan dan mampu berdialog dengan sesama penghuni bumi saat bahaya akan dating. Kalaupun ada yang mati, itu lebih dikarenakan hewan-hewan itu kurang makan atau terjebak di kandang, bagaimana dengan manusia yang katanya dilengkapi akal dan fikiran yang melebihi hewan?.

Seiring munculnya kesadaran dan tuntutan moral dalam dunia bisnis, dalam dunia pendidikan juga muncul gerakan baru untuk melibatkan emosi dan nurani dalam proses pembelajaran, karena betapa vitalnya dimensi spiritual dan emosional dalam kerja dan belajar maka dibutuhkan sebuah kecerdasan yang bisa mengimbangi kecerdasan satu dengan yang lainnya. Kecerdasan yang dimaksud ialah kecerdasan intelektual, emosional dan spritual. Hal ini tentu amat menggembirakan, sebuah kebangkitan kesadaran etis dan spiritual dalam upaya membangun bangsa yang bermartabat serta mendorong lahirnya generasi baru yang setia dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan ketuhanan.

Pendidik haruslah memikirkan bagaimana menciptakan proses dan suasana pembelajaran dengan mengacu pada sifat otak dan emosi (brain based learning) sehingga suasana belajar menjadi nyaman, kreatif, dan kontemplatif. Pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subyek, di mana anak-anak itu memiliki nurani dan potensi multikecerdasan, namun belum tergali dan teraktualisasi. Dengan demikian, proses pembelajaran sebaiknya dimulai dengan melihat, mengamati, dan merasakan lingkungan sosial yang dihadapi, guru dan murid berempati menjadi bagian integral dari realitas sosial dan semesta. Dari situ keilmuan dibangun untuk membantu peserta didik menjadi manusiawi serta memecahkan problem kemanusiaan.

Substansinya semua ilmu pengetahuan awalnya berupa produk kegelisahan akal budi dan nurani guna meringankan beban hidup manusia sehingga menjadi manusia yang terhormat dan melindungi sesasama. Celakanya, banyak kaum profesional dan birokrat yang dengan ilmu dan jabatannya malah menjadi penindas rakyat dalam segala aspek. Rakyat amat merindukan pemimpin, birokrat, dan  pejabat yang senantiasa mempertahankan prinsip hidup terhormat, hidup yang bimbing suara hati, meski bisa jadi harus siap hidup sederhana. Itu semua harus dimulai dari pendidikan keluarga dan sekolah yang menjunjung tinggi pendidikan karakter serta selalu menerapkan dan membiasakan diri dalam hidup berperilaku dan berakhlak terpuji (akhlakul mahmudah), mudah-mudahan amin!!!.

http://menzour.blogspot.com

@menzour_id

Tahun 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar