Lingkungan adalah ruang kehidupan dalam arti
seluas-luasnya bagi makhluk hidup atau organisme (manusia serta flora-fauna). Jika pengertian ini digunakan untuk
memahami konsep Islam tentang lingkungan, maka ada beberapa istilah Al Qur’an
yang berkaitan dengan lingkungan tersebut seperti as-sama’ (jagat raya),
al-ard (bumi), al-‘alamin (seluruh spesies) dan al-bi’ah (lingkungan).
Jadi, Lingkungan
dalam konsep Islam senantiasa dipahami dalam hubungannya dengan Tuhan sebagai
pencipta, pemelihara, dan sekaligus pemberi tempat bagi kehidupan untuk seluruh makhluknya secara kaffah yang baik serta ideal.
Dalam Islam
itu bukanlah semata-mata mengatur ibadah saja atau dengan kata lain kepentingan tiap-tiap
pribadi dengan Allah saja, tetapi juga memikirkan dan mengatur didalam bermasyarakat dan berinteraksi dengan makhluk lain. Pesan-pesan Al-Qur'an mengenai lingkungan sangat jelas dan
prospektif. Ada beberapa pesan
tentang lingkungan dalam Al-Qur'an, yang intinya antara lain
: lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara
lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya vital dan
problematikanya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi
karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah
serta solusi pengelolaan lingkungan.
Adapun dalam
Hadist lebih banyak menjelaskan lingkungan hidup secara
rinci dan detail. Karena Al-Qur'an hanya meletakkan dasar dan prinsipnya secara
global, sedangkan hadist berfungsi menerangkan dan menjelaskannya (mentafsirkan) dalam
bentuk hukum-hukum, pengarahan pada hal-hal tertentu dan berbagai penjelasan
yang lebih rinci.
Allah telah memberikan tuntunan dalam Al-Quran tentang
lingkungan hidup. Berikut beberapa dalil saja yang diulas sebagai landasan untuk merumuskan
teori tentang lingkungan hidup menurut ajaran Islam. Yang pertama adalah: “Allah
pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah sumber
pengetahuannnya” (QS. Al An’aam :
101). Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini, yang artinya sebagai berikut; “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”(QS. Al Baqarah 30). Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di
muka bumi ini bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi.
Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum
dianggap layak untuk menjadi khafilah.
Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama
ummat islam di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai
wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup). Sebagai
khalifah, sudah tentu manusia haruslah bersih
jasmani dan rohaninya agar kepemipinannya disegala aspek menjadi agung dan
mulia dihadapan makhluk lainnya terlebih disisi sang Tuhan yang maha kuasa. Jadi intinya bahwa kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari kebersihan
rohani. Merujuk pada al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 222 yang artinya “sesungguhnya Allah
senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan
diri.” Serta al-Qur’an Surat Al-Muddatstsir ayat 4-5 yang artinya “dan
bersihkan pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa.”
Mengutip al-Qur’an Surat Luqman ayat
20 Allah berfirman yang artinya “Tidakkah kau cermati bahwa Allah telah
menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi
kehidupanmu secara optimum. Entah demikian,
masih saja ada sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono.
Yakni mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai.”
Selain itu, manusia sebagai
khalifah haruslah mempunyai ketajaman nalar, sebagai prasyarat
untuk mampu memelihara lingkungan hidup yang di tempatnya . Hal ini bisa saksikan dalam al-Qur’an
Surat Al Jaatsiyah ayat 13 yang artinya sebagai berikut; “Dan Allah telah menjadikan sumber daya alam dan
lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang demikian
hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar memadai.”
Berdasarkan dalil-dalil
yang telah diuraikan tadi, maka
penulis mendapatkan rumusan sebagai berikut: Misi manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah
memelihara lingkungan hidup, dilandasi dengan visi bahwa manusia harus lebih
mendekatkan diri pada Allah. Perangkat utama dari misi ini adalah kelembagaan,
penelitian, dan keahlian. Adapun tolak ukur pencapaian misi ini adalah mutu lingkungan, sehingga apabila terdapat kerusakan lingkungkan adalah merupakan cerminan dari turunnya kadar keimanan
manusia.
Rasulullah S.A.W. dan para sahabat telah memberikan
teladan pengelolaan lingkungan hidup yang mengacu kepada tauhid dan keimanan.
Seperti contoh pada masa keemasan dan
jayanya islam, bahwa Islam mengutamakan kebersihan
sebagai standar lingkungan hidup
karena dengan jelas dapat dijumpai dan tidak asing hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya kebersihan sebagian dari iman dan kebersihan itu sebagian dari kesehatan. Standar inilah yang mempengaruhi pembangunan kota Cordoba yang menjadikan kota ini
memiliki tingkat peradaban tertinggi di Eropa pada masa itu. Kota dengan 70
perpustakaan yang berisi ratusan ribu koleksi buku, 900 tempat pemandian umum,
serta pusatnya segala macam profesi tercanggih pada masa itu. Kebersihan dan
keindahan kota tersebut menjadi standar pembangunan kota lain di Eropa (SKI).
Intinya ialah menjaga lingkungan agar
tetap bersih dan rapi serta dihiasi dengan taman dan bunga sehingga menyejukkan
setiap kedipan mata yang memandannya, karena sungguh islam mengajarkan
keindahan dan kebersihan sehingga sebagai khalifah di muka bumi ini manusia
diwajibkan menjaga, memelihara dan melestarikan alam sebagai tempat tinggalnya.
Dalam dunia pendidikan menanamkan
nilai kebersihan disetiap komponen didalamnya sangatlah urgent agar terwujud
generasi-generasi penerus bangsa ini mencintai kerapian dan kebersihan sebagai
cerminan bathinnya sehingga tertanamlah pada peserta didik itu kebersihan
secara lahir batin agar kehidupannya terbiasa bersih dalam berbuat dan
berfikir, yang akhirnya tidak ada lagi jiwa-jiwa yang kotor menghiasi negeri
ini, insyaAllah amin!!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar