فصل): في بيان ما يحرم بالحدث الأصغر والمتوسط والأكبر
(Pasal) menerangkan Sesuatu yang diharamkan bagi orang menanggung hadats kecil, pertengahan dan hadats besar.
A. *Perkara yang diharamkan bagi orang yang berhadats kecil*
(من انتقض وضوءه حرم عليه أربعة أشياء) أحدها: (الصلاة) ولو نفلاً وصلاة جنازة لخبر الصحيحين: "لا يقبل الله صلاة أحدكم إذا أحدث حتى يتوضأ" أي لا يقبل الله صلاة أحدكم حين حدثه إلى أن يتوضأ فيقبل صلاته إلا على فاقد الطهورين فيصلي الفرض دون النفل لحرمة الوقت ويقضي إذا قدر على أحدهما، وفي معنى الصلاة خطبة الجمعة وسجدة التلاوة والشكر.
(Barang siapa batal wudhunya haram baginya 4 perkara):
1). Shalat; walaupun shalat sunah dan shalat jenazah berdasarkan hadits riwayat As-Shahihain (Bukhari dan Muslim) : "Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara kamu apabila berhadats sampai terlebih dahulu berwudhu". Maksudnya Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara kamu ketika hadats ditanggungnya sampai ia berwudhu terlebih dahulu Agar ia (Allah) menerima shalatnya. Kecuali orang yang tidak memiliki sarana bersuci maka ia shalat fardhu dengan shalat Li Hurmatil Waqti (Shalat sekedar menghormati waktu) bukan shalat sunah, dan bila ia sudah mendapati salah satu dari sarana bersuci tersebut ia mengqodho' shalatnya. Seperti dengan shalat adalah Khutbah Jum'at, sujud tilawah dan sujud syukur.
(و) ثانيها: (الطواف) فرضاً أو نفلاً كطواف القدوم لخبر الحاكم: الطواف بمنزلة الصلاة إلا أن الله أحل فيه النطق فمن نطق فلا ينطق إلا بخير.
2). Thowaf; Thowaf Fardhu maupun Sunah seperti Thowaf Qudum berdasarkan hadits riwayat Al-Hakim : "Thowaf menduduki kedudukan shalat, hanya saja orang thowaf diperbolehkan berbicara, karena itu barangsiapa yang berbicara (saat thowaf) maka janganlah berbicara kecuali kebaikan".
(و) ثالثها: (مس المصحف) وهو كل ما كتب عليه قرآن لدراسة ولو عموداً أو لوحاً أو جلداً أو قرطاساً وخرج بذلك التميمة وهي ما يكتب فيها شيء من القرآن للتبرك وتعلق على الرأس مثلاً فلا يحرم مسها ولا حملها ما لم تسم مصحفاً عرفاً، فإذا كتب القرآن كله لا يقال له تميمة ولو صغر وإن قصد ذلك فلا عبرة لقصده، قال ابن حجر: والعبرة في قصد الدراسة والتبرك بحال الكتابة دون ما بعدها وبالكاتب لنفسه أو غيره تبرعاً أي بلا أجرة ولا أمر وإلا فآمره أو مستأجره.
3). Menyentuh mushaf. Pengertian mushaf adalah setiap benda yang diatasnya tertulis alQuran untuk tujuan dirosah (dipelajari yang mencakup dibaca) sekalipun benda tersebut adalah kayu, papan, kulit binatang, ataukertas.Dikecualikan yaitu tamimah atau azimat. Pengertiantamimah adalah setiap benda yang didalamnya terdapat sedikittulisan al-Quran untuk tujuan tabarruk (mengharap keberkahan) dandikalungkan di atas, misalnya, kepala. Maka orang yang telah batal
wudhunya tidak diharamkan menyentuh dan membawa tamimah
selama tamimah tersebut menurut urf-nya tidak disebut sebagaimushaf. Ketika seluruh al-Quran ditulis maka tidak bisa disebutsebagai tamimah meskipun bentuknya diperkecil sekali dan
meskipun tidak ada tujuan menjadikan tulisan seluruh al-Quran tersebut sebagai tamimah. Jadi, tidak ada ibroh (ketetapan hukum)
bagi tujuannya tersebut.Ibnu Hajar berkata, “Ibroh (ketetapan hukum) terkait tujuandirosah dan tabarruk tergantung pada kondisi tulisan dan penulis,baik penulis tersebut menulis al-Quran untuk dirinya sendiri atau iamemang sukarela menuliskannya untuk orang lain tanpa adanya upahdan perintah. Jika ada upah dan perintah, maka ibroh-nya tergantung
pada kondisi pemberi perintah dan penyewanya.”
قال النووي في التبيان: وسواء مس نفس المصحف المكتوب أو الحواشي أو الجلد، ويحرم مس الخريطة والغلاف والصندوق إذا كان فيهن المصحف هذا هو المذهب المختار، وقيل لا تحرم هذه الثلاثة وهو ضعيف، ولو كتب القرآن، في لوح فحكمه حكم المصحف سواء قل المكتوب أو كثر حتى لو كان بعض آية كتب للدراسة حرم. وقال أيضاً: وفي المصحف ثلاثة لغات ضم الميم وفتحها وكسرها فالضم والكسر مشهوران والفتح ذكرها أبو حفص النحاس وغيره. قال الشبراملسي: وظاهر أن مسه مع الحدث ليس كبيرة بخلاف الصلاة ونحوها كالطواف وسجدتي التلاوة والشكر فإنها كبيرة.
Imam Nawawi berkata dalam kitabnya at-Tibyan Fi AdabiHamalati al-Quran, “(Diharamkan atas muhdis atau orang yangmenanggung hadas untuk menyentuh mushaf), baik menyentuhtulisan mushaf itu sendiri, atau pinggirnya, atau sampulnya.Diharamkan atas muhdis menyentuh kantong, sampul, dan peti kecilyang di dalamnya terdapat mushaf. Hukum keharaman ini adalah
pendapat madzhab yang dipilih. Menurut qiil, tidak diharamkan atasorang berhadats kecil menyentuh kantong, sampul, dan peti kecil tersebut. Qiil ini
adalah pendapat dhoif. Apabila seseorang menulis al-Quran di atas
papan maka hukum papan tersebut adalah seperti hukum mushaf,
baik sedikit atau banyak tulisannya, bahkan apabila ia hanya menulis
sebagian ayat al-Quran dengan tujuan dirosah maka diharamkan
atasnya yang sedang menanggung hadas untuk menyentuhnya.” . Beliau juga berkata: “Lafadz المصحف memiliki tiga bahasa, yaitu dengan dhommah, fathah, dan kasroh Yang masyhur adalah yang dengan dhommahdan kasroh, sedangkan yang dengan fathah telah disebutkan olehAbu Hafs an-Nuhas dan selainnya.”. As Syibromalisy berkata, “Menurut pendapat dzohir, menyentuh
mushaf disertai menanggung hadas bukan termasuk dosa besar.Berbeda dengan melakukan sholat, towaf, sujud tilawah, dan sujud
syukur, disertai menanggung hadas maka termasuk dosa besar.”
و) رابعها: (حمله) إلا في متاع فيحل حمله معه تبعاً له إذا لم يكن مقصوداً بالحمل وحده بأن لم يقصد شيئاً أو قصد المتاع وحده، وكذا إذا قصده مع المتاع على المعتمد بخلاف ما إذا قصده وحده أو قصد واحداً لا بعينه فإنه يحرم، ولا يشترط كون المتاع ظرفاً له، ومحل جواز الحمل فيما ذكر حيث لم يعد ماساً له بأن غرز فيه شيئاً، وحمله إذ مسه حرام ولو بحائل ولو بلا قصد
4). Membawa Mushaf kecuali apabila mushaf yang dibawanya bersamaan dengan barangbarang lain, maka ia diperbolehkan membawa mushaf karena diikut
sertakan pada barang-barang lain tersebut, dengan catatan, jikamemang ia tidak menyengaja mushaf saja sekiranya ia tidak
menyengaja apapun atau ia hanya menyengaja barang-barang lain
tersebut, dan juga, atau ia menyengaja mushaf dan barang-baranglain tersebut menurut pendapat Mu’tamad. Berbeda, apabila ia hanyamenyengaja mushaf, atau ia menyengaja salah satu dari mushaf atau
barang-barang lain tersebut tanpa menentukan mana yang
sebenarnya dimaksud, maka diharamkan atasnya membawa mushaf, tidak disyaratkan barang-barang lain tersebut adalah
wadah bagi mushaf. Diperbolehkannya membawa mushaf dalammasalah ini adalah sekiranya ia tidak dianggap sebagai penyentuhmushaf, misalkan, ia memberi cantolan pada barang-barang lain itu,
kemudian ia membawanya, karena menyentuh mushaf saja atasorang yang menanggung hadas kecil dihukumi haram meskipundisertai penghalang dan meskipun tanpa tujuan tertentu.
قال النووي في التبيان: أجمع المسلمون على وجوب صيانة المصحف واحترامه. قال أصحابنا وغيرهم: ولو ألقاه مسلم في القاذورة والعياذ بالله تعالى صار الملقى كافراً قالوا: ويحرم توسده بل توسد آحاد كتب العلم حرام، ويستحب أن يقوم للمصحف إذا قدم به عليه لأن القيام مستحب للفضلاء من العلماء والأخيار فالمصحف أولى.
Imam Nawawi dalam kitab Tibyaan berkata: “Kaum muslimintelah bersepakat bahwa wajib menjaga mushaf dan memuliakannya.
Para ashab kami dan lainnya berkata, ‘Andaikan seorang muslimmenjatuhkan mushaf di tempat sampah, naudzu billah, maka ia telah
kufur.’ Mereka juga berkata, ‘Diharamkan bantalan dengan mushaf,bahkan diharamkan bantalan dengan buku ilmu agama.’ Seseorang
disunahkan berdiri karena memuliakan mushaf, yakni ketika mushaf
dibawakan kepadanya . Oleh karena berdiri untuk menghormati paraUlama dan para kyai saja disunahkan, maka berdiri karenamemuliakan mushaf tentu lebih utama untuk dihukumi sunah.”
[Kaasyifah as Sajaa Fii Syarh Safiinah an Najaa Halaman 31. Cet. Al Haromain tanpa tahun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar