Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Selasa, 16 Mei 2023

PERKARA NIAT Dalam Kitab Kasyifatussaja'


فصل) في بيان أحكام النية وهي سبعة لكن ذكر منها ثلاثة فقال (النية) أي حقيقتهاشرعاً (قصد الشيء مقترناً بفعله) فإن تراخى الفعل عن ذلك القصد سمي ذلك القصدعزماً لا نية وأما لغة فهي مطلق القصد سواء قارن الفعل أو لا

Pasal menjelaskan tentang hukum-hukum niat.Hukum-hukum niat ada 7 (tujuh), tetapi Syekh Salim binSumair al-Hadhromi hanya menyebutkan 3 saja. Beliau berkata;

1. Hakikat Niat

Niat, pengertiannya menurut istilah adalah [menyengajasesuatu bersamaan dengan melakukan sesuatu tersebut.] Apabila menyengaja melakukan sesuatu, tetapi sesuatu tersebut akandilakukan di masa mendatang, maka penyengajaan ini disebutdengan ‘azm, bukan niat.Adapun niat menurut bahasa maka berarti mutlak menyengaja perbuatan, baik penyengajaannya bersamaan dengan melakukan perbuatan itu atau tidak bersamaan dengannya.

2. Tempat Niat

(ومحلها القلب والتلفظ ا سنة) ليعاون اللسان القلب وسمي القلب قلباً لتقلبه في الأمور

كلها أو لأنه وضع في الجسد مقلوبا كقمع السكر وهو لحم صنوبري الشكل أي شكلهعلى شكل الصنوبر قاعدته في وسط الصدر ورأسه إلى الجانب الأيسر

Tempat niat adalah di hati. Sedangkan melafadzkanatau mengucapkan niat adalah kesunahan agar lisan membantuhati. Kata “القلب” yang berarti hati bisa disebut dengan “القلب”karena “تقلب” atau terbolak-baliknya hati dalam segala macam

perkara atau urusan, atau karena “القلب” atau hati diletakkan olehAllah di dalam tubuh dengan posisi “مقلوب” atau terbalik, sepertigumpalan gula. Istilah “القلب” ini adalahdaging yang bentuknyaseperti buah sanubar. Dasar daging tersebut berada di tengah dadadan ujungnya berada agak ke arah kiri.

3. Waktu Niat

(ووقتها) في الوضوء عند غسل أول جزء من الوجه) هكذا عبارة بعضهم بتقديم لفظغسل على لفظ أول وهو مرضى الشرقاوي نظراً إلى أن الواجب مقارنتها للفعل وعبارةبعضهم بالعكس وهو مرضى البيجوري نظراً إلى أن المعتبر قر ا بأول الغسل

Waktu melakukan niat dalam wudhu adalah ketikamembasuh pertama kali bagian dari wajah. Demikian ini adalahpernyataan sebagian ulama yang mengibaratkan waktu niat dalamwudhu dengan mendahulukan kata membasuh dan mengakhirkankata pertama kali. Pernyataan ini adalah pernyataan yang disetujuioleh Syekh Syarqowi karena melihat sisi pemahaman bahwa yangwajib adalah menyertakan niat dengan melakukan perbuatan. Ulama lain mengibaratkan dengan sebaliknya, yaitumendahulukan kata pertama kali dan mengakhirkan kata membasuhsehingga pernyataannya adalah “ketika pertama kali membasuhbagian dari wajah.” Pernyataan ini adalah yang disetujui oleh SyikhBaijuri karena melihat sisi pemahaman bahwa yang menjadi titikpoin adalah menyertakan niat dengan pertama kali basuhan.

قال البيجوري ومما يعتبر قرن النية به ما يجب غسله من شعوره ولو الشعر المسترسل لا

ما يندب غسله كباطن لحية كثيفة ولو قص الشعر الذي نوى معه لم تجب النية عندالشعر الباقي أو غيره من باقي أجزاء الوجه ولا يكتفي بقرن النية بما قبل الوجه من غسل الكفين والمضمضة أو الاستنشاق إن لم ينغسل معها جزء من الوجه كحمرة الشفتينوإلا كفته مطلقاً وفاته ثواب السنة مطلقاً انتهى

Syekh Baijuri berkata, “Bagian yang harus dibasuh dengandisertai niat adalah bagian yang wajib dibasuh, seperti; rambutrambut meskipun rambut yang terurai, bukan bagian yang sunahdibasuh, seperti; bagian dalam pada jenggot yang lebat. Apabilaseseorang yang berkumis telah berniat wudhu dan membasuhwajahnya, kemudian ia mencukur kumis yang telah ia sertakandengan niat wudhu, maka ia tidak wajib lagi berniat wudhu kembalipada sisa rambut kumisnya atau bagian lain wajahnya yang telahdiniati dengan niat yang pertama. Tidak cukup menyertakan niatwudhu dengan basuhan sebelum membasuh wajah, seperti membasuh kedua telapak tangan, berkumur, menghirup air ke dalamhidung, dengan catatan apabila bagian wajah tidak ikut terbasuh,seperti merah-merah dua bibir. Apabila bagian wajah tersebut sudahikut terbasuh bersamaan dengan berkumur dan lainnya maka niatnyasudah mencukupi secara mutlak dan pahala kesunahan (pahalaberkumur dan lainnya) terlewatkan secara mutlak.”

ووقتها في غيره أول العبادات إلا في الصوم فإ ا متقدمة عليه لعسر مراقبة الفجروالصحيح أنه عزم قام مقام النية

Waktu berniat selain dalam wudhu berada di awal ibadahibadah kecuali dalam puasa karena niat dalam puasa lebih dahuludilakukan sebelum melakukan puasa itu sendiri karenasulitnya mengetahui terbitnya fajar secara pasti. Menurut pendapat shohih,niat dalam puasa disebut dengan ‘azm yang menempati kedudukanniat.

4. Hukum Niat

وأما حكمها فهو الوجوب غالباً ومن غير الغالب قد تندب كما في غسل الميت

Adapun hukum niat pada umumnya adalah wajib. Terkadangjuga dihukumi sunah, seperti berniat memandikan mayit.

5. Kaifiah Niat

وكيفيتها تختلف باختلاف المنوي كالصلاة والصوم وهكذا

Kaifiyah atau tata cara niat adalah sesuai dengan apa yangdiniatkan, seperti; niat sholat, niat puasa, dan sebagainya.

6. Syarat Niat

وشرطها إسلام الناوي وتمييزه وعلمه بالمنوي وعدم إتيانه بما ينافيها بأن يستصحبها فيالقلب حكماً وأن لا تكون معلقة فإن قال إن شاء االله تعالى فإن قصد التعليق أو أطلقلم تصح أو التبرك صحت

Syarat niat adalah bahwa orang yang berniat beragamaIslam, telah tamyiz, mengetahui apa yang diniatkan, tidak melakukanperkara yang dapat merusak niat sekiranya ia melangsungkan terusniat di dalam hati secara hukum, tidak menggantungkan (ta’liq) niat,misalnya ia berkata, “Apabila Allah berkehendak maka saya berniat(misal) menghilangkan hadas…” Apabila ia menyengaja ta’liq ataumemutlakkan maka niatnya tidak sah.Adapun apabila iamenyengajatabarrukan atau mengharap barokah maka niatnya sah.

7. Tujuan Niat

والمقصود ا تمييز العبادة عن العادة كتمييز الجلوس للاعتكاف عن جلوسه للاستراحةأو تمييز رتبتها كتمييز الغسل الواجب من الغسل المندوب

Tujuan niat adalah untuk membedakan antara ibadah dankebiasaan, seperti membedakan antara manakah yang namanyaduduk di masjid karena niatan i’tikaf dengan duduk di masjid karenaberistirahat, atau untuk membedakan tingkatan ibadah, seperti niatmelakukan mandi wajib atau mandi sunah.

وقد نظم تلك الأحكام السبعة بعضهم قيل هو ابن حجر العسقلاني وقيل التتائي من

بحر الرجز في قوله

سَ بْ عُ شَ رَ ائِ طٍ أَ تَ تْ فيِ نِ يَّ ةٍ ** تَكْفِي لِمَ نْ حَ وَ ى لهََ ا بِ لاَ وَ سَ نٍ 

حَ قِ يـْ قَ ةٌ حُ كْ مٌ محََ لٌّ وَ زَ مَ نْ ** كَ يْ فِ يَ ةٌ شَ رْ طٌ وَ مَ قْ صُ وْ دٌ حَ سَ نْ 

قوله شرائط بالصرف للضرورة وقوله وسن بفتحتين معناه نعاس وهو تتميم للبيت وكذا

قوله حسن وفيه إشارة إلى أنه يحسن أن يقصد الإخلاص في العبادة

Tujuh hukum niat di atas telah dinadzomkan oleh sebagianulama. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Ibnu Hajar al-Asqolani. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah at-Tatai. Nadzom tersebut berpola bahar rojaz;Tujuh syarat yang ada dalam niat ** mencukupi seseorang yang mengetahuinya tanpa mengantuk.[1] Hakikat [2] Hukum [3] Tempat [4] Waktu ** [5] Kaifiah atau tata cara[7] Syarat dan [6] Tujuan.Perkataan dalam nadzom “شرائط” adalah dibaca dengantanwin karena dhorurot. Perkataannya, “وسن” adalah dengan dua fathah yang berarti kantuk. Lafadz “وسن” adalah pelengkap bait. Begitu juga lafadz “نَسَح” adalah pelengkap bait yang mengandung indikasi bahwa sebaiknya seseorang menyengaja ikhlas dalamberibadah.

(تنبيه)

 في الترتيب قال (والترتيب أن لا يقدم عضواً على عضو) بضم العين أشهر من كسرها وهو كل عظم وافر من الجسد أي حقيقة الترتيب وضع كل شيء في مرتبته

TANBIH

Dalam lafadz “الترتيب”, Syekh Salim bin Sumair al-Hadromiberkata dalam mendefinisikannya;

والترتيب أن لا يقدم عضواً على عضو

Tertib adalah mutawaddik tidak mendahulukan anggota tubuhyang seharusnya diakhirkan dari anggota tubuh yangseharusnya didahulukan.

Lafadz “عضو” dengan dibaca dhommah pada huruf /ع/ yang lebih masyhur daripada dengan mengkasrohnya adalah setiap tulang yang utuh dari tubuh atau jasad. Maksudnya, pengertian tertib adalah meletakkan setiap sesuatu sesuai dengan tingkatannya. (Misalnya apabila seseorang berwudhu dengan membasuh kedua tangannyaterlebih dahulu, kemudian ia baru membasuh wajah maka ia tidakmelakukan tertib).

قال الحصني وفرضيته مستفادة من الآية إذا قلنا الواو للترتيب وإلا فمن فعله وقوله صلىاالله عليه وسلّم إذ لم ينقل عنه عليه الصلاة والسلام أنه توضأ إلا مرتباً، ولأنه عليهالصلاة والسلام قال بعد أن توضأ مرتباً هذا وضوء لا يقبل االله الصلاة إلا به أي بمثلهرواه البخاري

Syekh al-Hisni berkata, “Kewajiban tertib dalam wudhu adalah berdasarkan ayat al-Quran Surat al-Maidah ayat 6, yaitu apabila kita mengatakan bahwa huruf athof wawu dalam ayat tersebut berfaedah tertib. Jika tidak dengan perkiraan seperti ini,maka berdasarkan perbuatan dan sabda Rasulullah shollallahu‘alaihi wa sallam karena belum pernah diketahui kalau beliau tidak berwudhu kecuali secara tertib dan setelah itu beliau bersabda, “Iniadalah wudhu yang Allah tidak akan menerima sholat kecuali dengan wudhu,” yang sama seperti ini. Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari.”


Wallahu A'lamu Bis Showaab



Tidak ada komentar:

Posting Komentar