Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Jumat, 12 Mei 2023

Dalil Rukun Iman dan Islam Dalam Kitab Kasyifatussaja'


تنبيه) إنما أتى المصنف أولاً بذكر أركان الإسلام والإيمان لأنه عظيم الموقع وقد اشتملعلى جميع وظائف العبادات الظاهرة والباطنة قال الجفري ويقبح بالعاقل أن يسأل عن

أركان الإسلام والإيمان فلا يرد جواباً وهو يزعم أنه مسلم ومؤمن انتهى

Syekh Salim bin Sumair al-Hadhromi menyebutkanpenjelasan tentang rukun-rukun Islam dan rukun-rukun iman terlebihdahulu dikarenakan penjelasan tentang itu merupakan objek pembahasan yang sangat penting karena mencakup seluruhp erbuatan-perbuatan ibadah yang dzohir dan batin. Bahkan, Jufri berkata, “Tidaklah pantas bagi orang yang berakal ketika ia ditanyatentang rukun-rukun Islam dan rukun-rukun iman, kemudian ia tidak bisa menjawab, padahal ia menganggap dirinya sebagai orangmuslim dan mukmin.”

وهو مأخوذ من حديث سيدنا جبريل عليه السلام كما في الأربعين للنووي قال رحمه االله

تعالى عن عمر رضي االله تعالى عنه قال بينما نحن جلوس عند رسول االله صلى االله عليهوسلّم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليهأثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى االله عليه وسلّم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال رسول االله صلىاالله عليه وسلّم الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا االله وأن محمداً رسول االله وتقيم الصلاةوتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا قال صدقت فتعجبنا لهيسأله ويصدقه قال فأخبرني عن الإيمان قال أن تؤمن باالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم

الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال صدقت قال فأخبرني عن الإحسان قال أن تعبداالله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك قال فأخبرني عن الساعة قال ما المسؤول عنها بأعلم من السائل قال فأخبرني عن أمارا ا قال أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراةالعالة رعاء الشاة يتطاولون في البنيان ثم انطلق فلبث ملياً ثم قال يا عمر أتدري منالسائل؟ قلت االله ورسوله أعلم قال فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم رواه مسلم

Rukun-rukun Islam dan Iman terkutip dari hadis SayyidinaJibril ‘alaihi as-Salam, seperti yang disebutkan dalam kitab Arba’in Nawawi, bahwa diriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiyallahu‘ anhu bahwa ia berkata; Suatu ketika kami duduk disamping Rasulullah shollallahu ‘alaihiwa sallam. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, dan tidak ada bekas-bekaskalau ia adalah seorang musafir, serta tidak ada satupun dari kami yang mengenalnya. Laki-laki itu duduk mendekati Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Laki-laki itu menyandarkan kedua lututnya berdekatan dengan kedua lutut Rasulullah sambil laki-lakiitu meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahaRasulullah. Kemudian ia berkata, “Hai Muhammad! Beritahu akutentang Islam!” Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikansholat, kamu menunaikan zakat, kamu berpuasa di bulan Ramadhan,dan kamu berhaji ke Baitullah jika mampu perjalanannya.” Laki-laki itu berkata, “Kamu benar!” Kami para sahabat sangat terkejut dan heran kepada laki-laki itu. Ia bertanya kepada Rasulullah dan membenarkan jawaban beliau.“Beritahu aku tentang Iman!” kata laki-laki itu. Rasulullah menjawab, “Iman adalah kamu mengimani (mempercayai) Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, Hari Akhir, dan Qodar, baik dan buruknya.”Laki-laki itu berkata, “Kamu benar. Beritahu aku tentang Ihsan!” Rasulullah menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak bisa melihat-Nyamaka sesungguhnya Allah melihatmu.” Laki-laki itu berkata lagi, “Beritahu aku tentang Hari Kiamat!”Rasulullah menjawab, “Tidaklah orang yang ditanya tentang Hari Kiamat itu lebih mengetahui daripada yang bertanya.”Laki-laki itu berkata, “Beritahu aku tentang tanda-tanda Hari Kiamat!”Rasulullah menjawab, “(Tanda-tanda Hari Kiamat adalah) amat ataubudak perempuan melahirkan majikan atau nyonyanya sendiri, kamu melihat orang-orang yang bertelanjang kaki dan dada, yang miskin,dan yang hanya berprofesi sebagai penggembala domba berlombalomba meninggikan bangunan rumah.”Setelah itu, laki-laki itu pergi. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam diam. Lalu beliau berkata, “Hai Umar! Apakah kamu tahu siapa tadi yang bertanya?”Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya.”Rasulullah menjelaskan, “Yang bertanya barusan adalah Jibril. Iadatang kemari untuk mengajari agama kalian.”Hadis di atas diriwayatkan oleh Muslim.

قوله ووضع كفيه على فخذيه أي وضع الرجُل كفيه على فخذيه صلى االله عليه وسلّموفعل ذلك للاستئناس باعتبار ما بينهما من الأنس في الأصل حين يأتيه بالوحيوقد جاء مصرحاً ذا في رواية النسائي من حديث أبي هريرة وأبي ذر حيث قال وضعيديه على ركبتي النبي صلى االله عليه وسلّم


Bunyi hadis, ‘فخذيه على كفيه ووضع’ berarti Laki-laki itumeletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Malaikat Jibril yang menjelmasebagai seorang laki-laki melakukan hal demikian itu karena merasasudah akrab dengan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallamdengan melihat hubungan keakraban yang terjadi antara merekaberdua ketika Jibril mendatangi Rasulullah dengan membawa wahyu.Perbuatan Malaikat Jibril di atas dijelaskan secara gamblangatau tersurat menurut riwayat Nasai dari hadis Abu Hurairah danAbu Dzar bahwa ia berkata, “Laki-laki itu meletakkan kedua tangannya di atas kedua lutut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.”

قوله فأخبرني عن الإحسان يعني به الإخلاص ويجوز أن يعني به إجادة العمل وهذاالتفسير أخص من الأول

Bunyi hadis, ‘الإحسان’ berarti bahwa yang dimaksud denganihsan adalah ikhlas. Bisa juga yang dimaksud dengan ihsan adalah membaguskan amal. Tafsiran membaguskan amal adalah lebihkhusus daripada tafsiran ikhlas.

قوله أن تعبد االله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك هذا من جوامع كلمه صلى االلهعليه وسلّم لأنه شمل مقام المشاهدة ومقام المراقبة بيان ذلك وإيضاحه أن للعبد في عبادته ثلاثة مقامات الأول أن يفعلها على الوجهالذي يسقط معه طلب الشرع بأن تكون مستوفية الشروط والأركان الثاني أن يفعلهاكذلك وقد استغرق في بحر المكاشفة حتى كأنه يرى االله تعالى وهذا مقامه صلى االلهعليه وسلّم كما قال صلى االله عليه وسلّم وجعلت قرة عيني في الصلاة الثالث أنيفعلها كذلك وقد غلب عليه أن االله تعالى يشاهده وهذا هو مقام المراقبة

Bunyi dalam hadis, ‘kamu beribadah kepada Allah seolaholah kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu,’ adalah kesimpulan dari seluruh sabda-sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam karena pernyataan dalam hadis tersebut mencakup maqom musyahadah danmaqom muroqobah. Jelasnya adalah bahwa hamba memiliki tiga maqom atautingkatan dalam ibadahnya, yaitu;

1. Hamba melakukan ibadah dengan tata cara yang telah memenuh ituntutan syariat, yaitu sekiranya ibadahnya telah memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun.

2. Hamba melakukan ibadah dengan tata cara nomer pertama, dan ia telah tenggelam dalam lautan maqom mukasyafah sehingga seolah-olah ia melihat Allah dalam ibadahnya. Ini adalahtingkatan atau maqom Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana beliau bersabda, “Aku menjadikan penghibur hatiku dalam sholat.”

3. Hamba melakukan ibadah dengan tata cara nomer pertamadisertai ia telah dikuasai dengan keadaan bahwa Allahmelihatnya. Ini adalah maqom Muroqobah.

فقوله فإن لم تكن تراه نزول عن مقام المكاشفة إلى مقام المراقبة أي إن لم تعبده وأنتمن أهل الرؤية فاعبده وأنت بحيث تعتقد أنه يراك

Oleh karena itu, dalam perkataan hadis, ‘Apabila kamu tidakbisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu,’ adalah penurunan dari maqom mukasyafah ke maqom muroqobah,maksudnya jika kamu beribadah kepada Allah dengan keadaan yang mana kamu bukan termasuk ahli melihat-Nya maka beribadahlahkepada-Nya dengan keadaanmu yang meyakini bahwa Allah melihatmu.

فكل من المقامات الثلاثة إحسان إلا أن الإحسان الذي هو شرط في صحة العبادة إنماهو الأول لأن الإحسان الذي هو في الأخيرين من صفة الخواص ويتعذر من كثير

Dengan demikian, masing-masing dari tiga maqom di atasdisebut dengan ihsan, hanya saja ihsan yang merupakan syaratsahnya ibadah hanya pada maqom nomer [1] karena ihsan pada maqom nomer [2] dan [3] adalah ihsan yang merupakan sifat yang hanya diberikan kepada orang-orang tertentu atau khowas dan sangatsulit bagi kebanyakan orang untuk memilikinya.

قوله فأخبرني عن الساعة أي عن وقت القيامة قوله ما المسؤول عنها أي عن وقتها قولهبأعلم  من السائل أي أنت لا تعلمها وأنا لا أعلمها فالمراد التساوي في نفي العلم بوقتهالا التساوي في العلم بوقتها قوله عن أمارا ا بفتح الهمزة أي علاما ا كما قال فيالمصباح الأمارة العلامة وزناً ومعنى وأما الإمارة بكسر الهمزة فهي الولاية والإمامة والمراد

علاما ا السابقة عليها ومقدما ا لا المقارنة المضايقة لها كطلوع الشمس من مغر اوخروج الدابة فلذا قال أن تلد الأمة ربتها وفي رواية ر ا

Bunyi hadits ‘Beritahu aku tentang Hari Kiamat’, bermaksud‘Beritahu aku tentang kapan terjadinya Hari Kiamat.’Bunyi hadits ‘Tidaklah orang yang ditanya tentangnya’bermaksud ‘Tidaklah orang yang ditanya tentang waktunya’.Bunyi hadits ‘lebih mengetahui daripada yang bertanya’ bermaksud bahwa Rasulullah dan Jibril sama-sama tidak mengetahuikapan terjadinya Hari Kiamat.

Adapun lafadz ‘الإمارة’ dengan dibaca kasroh pada huruf Hamzah maka berarti sifat kewalian atau sifat kepemimpinan.Maksud tanda-tanda Hari Kiamat adalah tanda-tandasebelum terjadinya Hari Kiamat, bukan tanda-tanda yang menyertai terjadinya Hari Kiamat yang seperti; terbitnya matahari dari arahbarat dan keluarnya Daabah atau hewan melata. Oleh karena maksudnya adalah tanda-tanda sebelum terjadinya Hari Kiamat, maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Budak perempuan melahirkan majikan atau nyonyanya sendiri.’ Dalamriwayat lain disebutkan, ‘Budak perempuan melahirkan majikan atau tuannya sendiri.’

واختلف في معناها على أقوال أصحها أنه إخبار عن كثرة السراري وأولادهن وأن ولدهامن سيدها بمنزلة سيدها لأن مال الإنسان صائر إلى ولده وقد يتصرف فيه في الحالتصرف المالكين إما بالإذن أو بقربنة الحال أو عرف الاستعمال وعبر بعضهم بأنيستولي المسلمون على بلاد الكفار فتكثر السراري فيكون ولد الأمة من سيدها بمنزلةسيدها لشرفه بأبيه ثانيها أن معناها أن الإماء تلد الملوك فتكون أمه من جملة رعيته إذ

هو سيدها ثالثها أن معناه أن تفسد أحوال الناس فيكثر بيع أمهات الأولاد في آخرالزمان فيكثر تردادها في أيدي المشترين حتى يشتريها ابنها من غير علم أ ا أمه ومنذلك يكثر العقوق في الأولاد فيعامل الولد أمه بما يعامل السيد أمته من الإهانة والسب

Pernyataan dalam hadits ‘Budak perempuan melahirkanmajikannya sendiri,’ masih diperselisihkan oleh para ulama tentang maksudnya hingga menghasilkan beberapa macam pendapat;

1. Pendapat ashoh mengatakan bahwa pernyataan tersebut menginformasikan tentang banyaknya sarori (para budak perempuan) dan anak-anak mereka. Dan anak laki-lakinmerekayang hasil dari tuan menempati kedudukan derajat tuan mereka sendiri karena harta seseorang akan menjadi milik anak lakilakinya, kemudian terkadang harta tersebut akan dibelanjakanoleh anak laki-laki itu sebagaimana harta dibelanjakan oleh para pemilik asli dengan adanya izin untuk membelanjakan, qorinatual-haal atau izin yang diindikasikan oleh keadaan, atau izin pembelanjakan berdasarkan keadaan umumnya. Sebagian ulamamengartikan pernyataan di atas dengan pengertian bahwa orangorang muslim banyak menguasai negara-negara.orang-orangkafir. Kemudian para sarori menjadi banyak. Kemudian anaklaki-laki amat (budak perempuan) yang hasil dari tuannyamenempati kedudukan tuannya dalam segi derajat (status sosial) karena derajat anak laki-laki itu menjadi luhur sebab ayahnya.

2. Para budak amat melahirkan para pemimpin. Oleh karena itu, ibuanak laki-laki yang merupakan hasil dari tuan termasuk golongan rakyat anaknya sendiri karena anaknya itu adalah tuan ibunya sendiri.

3. Keadaan para manusia akan hancur atau kacau. Para ibu (yangbudak) dari anak-anak yang hasil dari tuan mereka akan banyakdijual di akhir zaman. Para ibu tersebut berada di tangan banyak pembeli. Tanpa sengaja, pembeli mereka adalah anak-anakmereka sendiri, tetapi anak-anak mereka tidak mengetahui kalau budak-budak perempuan yang mereka beli adalah ibu merekasendiri. Setelah terbeli, akan banyak terjadi kasus anakberdurhaka kepada ibu karena anak (yang berkedudukan sebagaituan) akan memperlakukan ibu (yang berkedudukan sebagaibudaknya anak) dengan penghinaan atau omongan tercela sebagaimana sayyid atau tuan memperlakukan budak-budaknya.

قوله وأن ترى الحفاة بضم الحاء المهملة جمع حاف هو من لا نعل في رجله قوله العراةجمع عار وهو من لا شيء على جسده قوله العالة بفتح اللام المخففة جمع عائل والعالةهي في تقدير فعلة مثل كافر وكفرة معناه الفقراء قوله رعاء الشاء بكسر الراء والمد جمعراع وأما بالضم فلا بد من التاء المربوطة مثل قاض وقضاة كما في المصباح وأصل الرعيالحفظ والشاء بالهمزة الغنم جمع شاة وهو من الجموع التي يفرق بينها وبين واحده بالهاء

Bunyi dalam hadits ‘الحفاة ترى وأن’ adalah dengan dhommah padahuruf ha yaitu bentuk jamak dari mufrod ‘ اف َح’. Pengertiannyaadalah orang yang tidak memakai alas kaki. Bunyi dalam hadits ‘العراة’ adalah merupakan bentuk jamak darimufrod ‘ ار َع’, yaitu orang yang tidak mengenakan apapun padatubuhnya.Bunyi dalam hadits ‘العالة’ adalah dengan fathah pada huruf ain yang tidak ditasydid, yaitu bentuk jamak dari mufrod ‘عائل’. Lafadz

Arti .‘كَ افِ ر كَ فَ رَ ة’ seperti lafadz ‘فـَ عَ لَ ة’ adalah dengan mengikuti wazan ‘العالة’

‘العالة’ adalah orang-orang fakir / ‘الفقراء’.

Bunyi dalam hadis ‘الشاة رعاء’ adalah dengan kasroh pada huruf Ra dan dengan hamzah mamdudah, yaitu bentuk jamak dari mufrod

‘ اع َر’. Adapun lafadz ‘رعاء’ dengan dhommah pada huruf /ra maka wajib adanya huruf Taak Marbutoh seperti lafadz ‘اة َض ُق ، ٍاض َق’, seperti disebutkan dalam kitab al-Misbah. Asal arti ‘الرعي’ adalah menjaga. Sedangkan lafadz ‘الشاء’ adalah dengan hamzah yang berarti kambing-kambing. Lafadz ‘الشاء’ adalah bentuk jamak dari mufrod ‘شاة’, yaitumerupakan bentuk jamak yang antara bentuk jamak dan mufrodnyadapat dibedakan dengan adanya huruf Haa. Begitu juga lafadz ‘شاة’ dapat dijamakkan ke dalam lafadz ‘شياه’ dengan huruf Haa. Lafadz

‘الشاء رعاء’ yang berarti para penggembala kambing-kambingdikhususkan untuk disebut di dalam hadis karena mereka adalah ahlul badiah atau orang-orang pedalaman. berarti mereka unggul-unggulan dalam meninggikan bangunan. Maksud hadis adalah ‘ يتطاولون في البنيان’ Bunyi dalam hadits memberitahukan tentang pergantian keadaan atau dan perubahannya dengan ditunjukkan oleh satu fenomena kenyataan bahwa ahlul badiah atau orang-orang miskin akan berusaha menyaingi dan menguasai ahlul khadiroh atau orang-orang kaya. Mereka yang ahlulbadiah akan memperoleh atau merebut harta-harta kaum ahlulhadiroh secara paksa dan dzalim sehingga mereka akan berlimpahrumah faniah mereka ‘الفانية’. Pengertian faniah ‘الفانية’adalah hartabenda yang banyak memiliki himmah (fungsi)/ ‘الهمة’. Ahlul badiah menggunakan harta-harta itu untuk memperluas atau memperpanjang dan meninggikan bangunan (misal rumah) dengan bata (dan lain-lain).Lafadz ‘الهمة’ dengan dibaca kasroh pada huruf ha berartikeadaan pertama kali saat memiliki tujuan. Terkadang lafadz tersebut diartikan dengan tujuan yang kuat, seperti yang disebutkandalam kitab al-Misbah. Bunyi dalam hadis ‘انطلق ثم’ berarti laki-laki yang bertanya itu pergi. Bunyi dalam hadis ‘ ثِبَل’ berarti bahwa kemudian Rasulullahdiam tidak berkata dalam hal ini. Dalam riwayat lain disebutkandengan lafadz ‘ لبثت’ dengan huruf ba yang didhommah sehingga yang diam adalah Umar selaku orang yang memberitahukan hadits.

Bunyi dalam hadits ‘ياِل َم’ adalah dengan tasydid pada huruf / /, maksudnya (diam) dalam waktu yang lama. Waktu diam tersebutterjadi 3 kali, seperti yang disebutkan dalam riwayat Abu Daud,Tirmidzi, dan lain-lain. Bunyi dalam hadits ‘Kemudian beliau berkata: Hai Umar Apakah kamu tahu siapa tadi yang bertanya? Umar menjawab, Allahdan Rasul-Nya lebih mengetahuinya. Rasulullah berkata, Yang bertanya barusan adalah Jibril. Ia datang kemari untuk mengajariagama kalian,’ berarti bahwa Jibril mengajarkan kaidah-kadiahagama kalian. Berdasarkan keterangan hadis secara keseluruhan, dapat dimengerti dan disimpulkan bahwa agama adalah nama bagi gabungan tiga perkara, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.Dari hadits, dapat pula dipahami bahwa disunahkan bagi guru mengingatkan para santrinya, dan bagi pemimpin mengingatkan parapengikutnya, tentang kaidah-kadiah ilmu, dan kejadian-kejadianyang langka atau aneh, dengan tujuan memberikan manfaat danfaedah kepada mereka. Demikian ini disebutkan oleh al-Fasyani.

Sumber : Kaasyifah as Sajaa Fii Syarh Safiinah an Najaa Halaman 15-17.

Wallahu a'lamu bissowab

Semoga bermanfaat...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar