Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Senin, 15 Mei 2023

Bab Istinjak Kitab Kasyifatussaja'


(فصل) 

في بيان الاستنجاء بالحجر

Pasal menjelaskan tentang beristinjak dengan batu.

*Pendahuluan* 

وهو المسمى بالمطهر المخفف وأما الماء فهو المطهر المزيل ويجب الاستنجاء على الفور

عند خشية تنجيس غير محله أو إرادة نحو الصلاة من كل خارج من الفرج نجس يلوثالمحل يغسل بالماء أو يمسح بالحجر

Batu disebut dengan muthohhir mukhoffif. Adapun airdisebut dengan muthohhir muziil.Diwajibkan melakukan istinja secara segera ketika takut akan menajiskan selain tempat yang wajib diistinjai dan ketika hendakmelakukan semisal sholat, dari setiap benda yang keluar dari farji, yang najis, yang mengotori tempat keluarnya, dengan cara dibasuhdengan air atau diusap dengan batu.

*Syarat Istinja' dengan batu* 

(شروط أجزاء الحجر) لمن يقتصر عليه (ثمانية) أحدها (أن يكون بثلاثة أحجار) أوثلاثة أطراف الحجر ولو حصل الإنقاء بدو ا لقوله صلى االله عليه وسلّم وليستنجبثلاثة أحجار فلو لم يحصل إلا بأكثر من الثلاثة وجبت الزيادة عليها ويسن الإيتار إنحصل الإنقاء بشفع

[Syarat-syarat batu yang mencukupi untuk digunakanistinjak] bagi orang yang hanya ingin beristinjak dengannya, tanpaair, [ada 8/delapan,] yaitu;Pertama adalah [berjumlah 3/tiga batu] atau 3/tiga sisi dengan satu batu, meskipun najisnya dapat dibersihkan dengan kurang dari 3/tiga karena sabda Rasulullah Muhammad shollallahu‘alaihi wa sallam, “Dan wajib beristinja dengan 3 batu.”Apabila najis hanya bisa bersih dengan lebih dari 3 batumaka wajib menambahinya. Disunahkan mengganjilkan batu apabilanajis dapat bersih dengan jumlah batu yang genap.

والأفضل في الكيفية أن يبدأ بالأول من مقدم الصفحة اليمنى ويديره قليلاً قليلاً إلى أنيصل إلى الذي بدأ منه ثم الثاني من مقدم الصفحة اليسرى كذلك ثم يمر الثالث علىالصفحتين والمسربة جميعاً قال في المصباح والمسربة بفتح الراء لا غير مجرى الغائط ومخرجه سميت بذلك لانسرابالخارج منها فهي اسم للموضع

Cara yang paling utama dalam beristinja dengan batu adalahbahwa seseorang mengawali mengusap dengan batu pertama daribagian sisi kanan saluran kotoran, kemudian diputar sedikit demisedikit hingga sampai lagi pada bagian sisi kanan dimana ia mengawali. Kemudian mengusapkan batu kedua diawali dari sisi kirisaluran kotoran, kemudian diputar sedikit demi sedikit hingga sampai lagi pada bagian sisi kiri dimana ia mengawali. Kemudian mengusapkan batu ketiga pada sisi kanan dan kiri saluran kotoran dan saluran kotoran itu sendiri secara bersamaan.

Disebutkan dalam kitab al-Misbah bahwa lafadz ‘ المسربة’dengan hanya difathah pada huruf / / berarti saluran kotoran tinjadan tempat keluarnya. Saluran dan tempat keluar kotoran tersebutyaitu keluarnya najis المسربة karena ‘السراب الخارج منها’ disebut dengan namadari saluran dan tempat tersebut. Dengan demikian lafadz ‘المسربة ’adalah nama bagi tempat.

(و)

 ثانيها (أن ينقى المحل) بحيث لا يبقى إلا أثر لا يزيله إلا الماء أو صغار الخزف

[Dan] yang kedua adalah [bersihnya tempat yang diistinjai] sekiranya tidak ada yang tersisa kecuali hanya bekas yanghanya dapat dihilangkan dengan air atau tembikar kecil.

(و) 

ثالثها (أن لا يجف النجس) لأن الحجر لا يزيله حينئذ وقوله يجف بكسر الجيم منباب ضرب وفي لغة لبني أسد بفتحها من باب تعب فإن جف كله أو بعضه تعين الماءما لم يخرج بعده خارج آخر ولو من غير جنسه ويصل إلى ما وصل إليه الأول وإلا

كفى الاستنجاء بالحجر

[Dan] yang ketiga adalah (najisnya belum kering) karenaapabila najisnya sudah kering maka batu tidak bisa menghilangkannya. Perkataan Syeh Salim bin Sumair alhadromi, ‘ يجف ’,adalah dengan kasroh pada huruf /ج/ yang termasuk dari Bab ‘ ضرب’. Menurutbahasa Bani Asad, lafadz ‘يجف’ adalah dengan fathah pada huruf /ج/yang termasuk dari Bab ‘ تعب’.Apabila sebagian najis atau seluruh najis telah kering makawajib beristinja dengan air, bukan batu, selama najis lain tidak keluarsetelah najis yang kering itu, meskipun najis lain itu tidak sejenisdengan najis yang kering, dan najis lain itu mengenai tempat yangdikenai najis pertama yang kering. Apabila najis pertama kering, kemudian keluar najis lain setelahnya, dan najis lain tersebut mengenai tempat yang dikenai oleh najis pertama yang kering, maka cukup beristinja dengan batu,dan tidak wajib menggunakan air.

(و) 

رابعها (لا ينتقل) أي عن المحل الذي أصابه عند الخروج واستقر فيه فإن كانالمنتقل متصلاً تعين الماء في الجميع أو منفصلاً تعين في المنتقل فقط، ويشترط أيضاً أن

لا يتقطع فإن تقطع بأن خرج قطعاً في محال تعين الماء في المتقطع وأجزأ الجامد في غيره

[Dan] yang keempat adalah (najis yang keluar tidakberpindah) dari tempat yang dikenainya pada saat keluar serta najisyang keluar itu menetap di tempat yang dikenainya itu. Apabila najisyang keluar yang berpindah dari tempatnya bersambung (muttasil) dengan tempatnya maka semua najis wajib diistinjai dengan air.

Apabila najis yang keluar yang berpindah dari tempatnya terpisah (munfasil) dari tempatnya maka najis yang berpindah itu wajib dibasuh dengan air, sedangkan najis yang masih ada di tempat keluarnya dapat diistinjai dengan batu. Selain itu, disyaratkan pula bahwa najis yang keluar tidak keluar secara terpotong-potong.

Apabila keluarnya terpotong-potong di beberapa tempat maka wajibmenggunakan air pada najis yang terpotong-potong itu dan cukupmenggunakan batu (benda keras lain) pada najis yang tidak terpotong-potong.


(و) 

خامسها (لا يطرأ عليه آخر) أي نجس مطلقاً أو طاهر رطب غير العرق أما هووكذا الطاهر الجاف كحصاة فلا يضر فإن طرأ عليه نجس سواء كان رطباً أو جافاً أوطاهر رطب ولو من رشاش الخارج تعين الماء لأن مورد النص الخارج والأجني ليس فيمعناه

[Dan] yang kelima adalah (najis yang telah keluar tidakdikenai sesuatu yang lain) maksudnya, baik sesuatu yang lain ituberupa benda najis secara mutlak (basah atau kering) atau berupa benda suci yang basah yang selain keringat. Adapun keringat, dan sesuatu yang lain, yang suci, dan yang kering, seperti; batu kerikil, maka tidak apa-apa, artinya, masih diperbolehkan beristinja denganbatu.Apabila najis yang keluar dikenai sesuatu yang lain dan yangnajis, baik sesuatu yang lain dan yang najis itu berupa benda basahatau kering, atau dikenai sesuatu yang lain, yang suci, dan yangbasah meskipun berasal dari rembesan najis yang keluar itu sendiri, maka wajib menggunakan air karena menurut kejelasan yang adaadalah bahwa najis yang keluar dan najis lain itu tidak semakna atau tidak sama.

(و)

 سادسها (لا يجاوز) الخارج (صفحته) أي جانب دبره في الغائط وهي ما ينضم منالأليين عند القيام (وحشفته) أي رأس ذكره في البول وتسمى أيضاً عند العوام بالبلجةبفتحات وإن انتشر الخارج حول المخرج فوق عادة الإنسان من غير انتقال وتقطعومجاوزة ومثلها قدرها من مقطوعها أو فاقدها خلقة فلا تجزىء في حشفة الخنثى ولا فيفرجه للشك فيه ويشترط في الثيب أن لا يصل بولها مدخل الذكر وهو تحت مخرج البول

وفي البكر أن لا يجاوز ما يظهر عند قعودها وإلا تعين الماء كما يتعين في حق الأقلفإن وصل بوله للجلدة

[Dan] yang keenam adalah najis yang keluar (tidakmelewati batas shofhah seseorang,) maksudnya tidak keluarmelewati batas sisi duburnya saat buang air besar. Yang dimaksudsisi dubur disini adalah bagian dua pantat yang saling menempelketika berdiri, [dan tidak melewati batas hasyafahnya,] maksudnya tidak keluar melewati helm dzakarnya saat buang airkecil. hasyafah disebut juga oleh orang awam dengan namabalajah. Sebagaimana diketahui bahwa seseorang boleh beristinjakdengan batu selama najis yang keluar tidak melewati batas hasyafahnya, meskipun najis yang keluar itu telah tersebar parah disekitar tempat keluarnya tanpa adanya perpindahan najis, terpotongpotong, dan melewati batas. Sama dengan khasyafah adalah batas perkiraan ukuranhasyafah bagi mustanji (orang yang beristinjak) yang hasyafahnya terpotong atau yang tidak memilikinya sama sekali sejak lahir,artinya, baginya diperbolehkan beristinjak dengan batu selama najisyang keluar tidak melewati batas perkiraan ukuran hasyafah tersebut. Oleh karena itu, tidak cukup dalam masalah hasyafahkhuntsa dan farjinya karena masih diragukan identitas status aslinya dari khuntsa tersebut.

Disyaratkan atas perempuan janda agar cukup beristinjadengan batu adalah bahwa air kencingnya tidak sampai mengenai lubang tempat masuknya dzakar, yaitu lubang yang berada di bawahlubang tempat keluarnya air kencing. Disyaratkan bagi perempuanperawan agar cukup beristinja dengan batu adalah najis yang keluar tidak melewati bagian yang nampak ketika ia duduk.Apabila syarat atas perempuan janda dan perawan di atas tidak terpenuhi maka wajib menggunakan air dalam beristinja, bukan batu, sebagaimana diwajibkan menggunakan air dalam beristinja atas laki-laki yang belum dikhitan yang air kencingnya hanya keluar sampai pada kulitnya.

(و) 

سابعها (لا يصيبه ماء) غير مطهر له وإن كان طهوراً أو مائع آخر بعد الاستجمارأو قبله لتنجسهما ويؤخذ من ذلك أنه لو استنجى بحجر مبلول لم يصح استنجاؤه لأنهببلله يتنجس بنجاسة المحل ثم ينجسه فيتعين الماء

[Dan] yang ketujuh adalah bahwa (najis yang keluar tidakterkena air) yang tidak mensucikannya, meskipun air tersebuta dalah air suci mensucikan, atau cairan lain, dan juga baik air yangmengenainya itu setelah selesai melakukan istinja dengan batu atausebelumnya, karena air yang mengenai najis itu menjadi mutanajis. Dapat diambil pemahaman bahwa apabila ada seseorang beristinja dengan batu yang basah maka tidak sah istinjanya karena batu yang basah tersebut menjadi mutanajis sebab basah-basahnyayang terkena najis tempatnya. Oleh karena ini, diwajibkan menggunakan air.

(و) 

ثامنها (أن تكون الأحجار طاهرة) فلا يجزىء الاستنجاء بحجر متنجس

yang kedelapan adalah bahwa (batu-batu itu adalahbatu-batu yang suci.) Dengan demikian tidak cukup dalamberistinja menggunakan batu yang mutanajis atau yang terkena najis.

*Benda-benda yang disamakan dengan batu*  

واعلم أن كل ما هو مقيس على الحجر الحقيقي وهو ما إذا وجدت القيود الأربعةفيسمى حجراً شرعياً يجوز الاستنجاء به الأول أن يكون طاهراً فخرج به النجسكالبعر والمتنجس كالحجر المتنجس والثاني أن يكون جامداً فلو استنجى برطب من

حجر أو غيره كماء الورد والخل لم يجزئه والثالث أن يكون قالعاً للنجاسة منشفاً فلايجزىء الزجاج والقصب الأملس ولا التراب المتناثر بخلاف التراب الصلب قال فيالمصباح والقصب بفتحتين كل نبات يكون ساقه أنابيب وكعوباً انتهى فالمراد بالأملسهو الذي فقد كعبه والرابع أن يكون غير محترم خرج به المحترم كمطعوم الآدميين كالخبزومطعوم الجن كالعظم وكالجزء منه كيده ويد غيره وكذنب البعير المنفصل وأما الجلدفالأظهر أنه إن كان مدبوغاً جاز الاستنجاء به وإلا فلا كما قاله الحصني

Ketahuilah! Sesungguhnya setiap benda yang dapat diqiyaskanatau disamakan dengan batu yang sebenarnya dapat digunakan untuk beristinja dengan catatan bahwa benda lain tersebut memiliki 4/empat qoyyid (batasan) yang membuatnya disebut sebagai batu secara syariat. 4/empat qoyyid atau batasan itu adalah;

1. Benda itu adalah benda yang suci. Oleh karena itu, dikecualikan darinya adalah tahi kering, dan benda yang mutanajis, seperti batu mutanajis.

2. Benda itu adalah benda yang keras. Apabila seseorang beristinjadengan basah-basah batu atau lainnya, seperti air mawar dancukak, maka tidak sah istinjanya.

3. Benda itu adalah benda yang dapat mengangkat atau menghilangkan najis serta yang meresapnya. Oleh karena itu, tidak cukup beristinja dengan menggunakan kaca, bambu yanghalus, debu yang dapat rontok, bukan debu yang keras.Disebutkan dalam kitab al-Misbah bahwa lafadz ‘قصب’ dengan dua fathah adalah setiap tumbuhan yang memiliki ruas-ruasbatang. Yang dimaksud dengan bambu yanghalus adalah bambu yang tidak memiliki ros-rosan.

4. Benda itu bukanlah benda yang dimuliakan. Dikecualikan darinya adalah benda yang dimuliakan, seperti makanan manusia, misal; roti, dan makanan jin, misal; tulang, dan bagian yang terpotong dari manusia, misal; tangan, dan bagian yang terpotong dari selain manusia, misal; ekor unta yang terpotong.Adapun kulit binatang maka pendapat adzhar mengatakan bahwa apabila kulit itu telah disamak maka diperbolehkan beristinja dengannya dan apabila belum disamak maka tidakdiperbolehkan, seperti yang dikatakan oleh al-Hisni.

(تتمة) 

وإذا استنجى بالماء سن تقديم قبله على دبره وعكسه في الحجر

Ketika seseorang beristinja dengan air maka disunahkanbaginya mendahulukan qubulnya dan mengakhirkan duburnya.Sedangkan apabila ia beristinja dengan batu maka disunahkanbaginya mendahulukan duburnya dan mengakhirkan qubulnya.

(Kaasyifah as Sajaa Fii Syarh Safiinah an Najaa Halaman 20)


Wallahu a'lamu bissowab

Semoga bermanfaat...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar