Teori Belajar Menurut Jerome
Bruner (1915-2016)
Jerome Bruner adalah seorang pengikut setia teori
kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai
berikut:
1. Perkembangan intelektual ditandai
dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan
tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis.
3. Perkembangan intelektual meliputi
perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui
kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan
dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
5. Bahasa adalah kunci perkembangan
kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk
memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk
mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
6. Perkembangan kognitif ditandai
dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan,
memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam
berbagai situasi. Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.
Dengan teorinya yang
disebut free discovery
learning, ia mengatakan bahwa proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Jika Piaget menyatakan bahwa
perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya
terhadap perkembangan kognitif.
Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu; enactive,
iconic, dan symbolic.
b.
Tahap ikonik,
seseorang memahami obyek-obyek atau dunianya melalui gambargambar dan visualisasi
verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c.
Tahap simbolik,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem
simbolnya. Meskipun begitu tidak, berarti ia tidak lagi menggunakan sistem
enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai
dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral
(a spiral curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran
tingkat makro, menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari
mengajarkan meteri secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan
materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi
dari umum ke rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan
bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan
kognitif orang yang belajar.
Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner (dalam
Degeng, 1989), menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep
merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir
yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan
menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas
dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Dalam pemahaman konsep,
konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah
sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori baru. Jadi merupakan
tindakan penemuan konsep.
Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki dua
komponen yaitu; (1) tindakan pembentukan konsep,
dan (2) tindakan pemahaman konsep. Artinya,
langkah pertama adalah pembentukan konsep, kemudian baru pemahaman konsep.
Perbedaan antara keduanya adalah:
3)
Kedua
proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda.
Bruner memandang bahwa
suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep
apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi; (a). Nama. (b).
Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif. (c). Karakteristik, baik
yang pokok maupun tidak. (d). Rentangan karakteristik (e). Kaidah.
Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di
sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang
mengembang-kan kemampuan berpikir intuitif.
Padahal berpikir intuitif sangat
penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan
sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan
prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar.
Cara yang baik
untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
Brunner meyakini bahwa proses belajar akan berjalan
dengan optimal apabila siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya sehari-hari.
Sebagaimana bagan di atas, Brunner meyakini bahwa
perkembangan bahasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan
kognitif anak. Pemikiran Bruner (Collin, 2012) yang digambarkan sebagai
berikut:
@MENZOUR_ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar