PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK PESERTA DIDIK
A.
Definisi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Peserta Didik
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Fisik atau tubuh manusia
merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk
pada periode pranatal (dalam kandungan).
(Lihat https://www.youtube.com/watch?v=eB3cMV70qSw =
potongan video 0:41 – 4.49)
Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan
biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari
perkembangan individu, yang meliputi meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh
(seperti: pertumbuhan otak, hormon, dll), dan perubahan-perubahan dalam
cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan
keterampilan motorik dan perkembangan seksual), disertai perubahan dalam
kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Kuhlen dan Thomphson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu
1.
Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan dan emosi;
2.
Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik;
3.
Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola
tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk
aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri dari lawan jenis;
dan
4.
Struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan
proporsi.
Perkembangan psikomotor adalah perkembangan mengontrol
gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf pusat
dan otot. Dimulai dengan gerakan kasar yang melibatkan bagian besar dari tubuh,
seperti duduk, berjalan, berlari, meloncat, dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan
dengan koordinasi gerakan halus, seperti meraih, memegang, melempar, dan
sebagainya yang keduanya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu
yang wajar.
Hal tersebut dianggap sebagai suatu kemampuan otomatis,
sehingga perkembangannya kurang diperhatikan. Pencapaian kemampuan tersebut
mengarah pada pembentukan keterampilan. Keterampilan motorik dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a.
Keterampilan motorik halus, seperti keterampilan
kecekatan jari, menulis, menggambar, menangkap bola dan sebagainya;
b.
Keterampilan motorik kasar, meliputi kegiatan-kegiatan
otot seperti berjalan, berlari, naik dan turun tangga, melompat dan sebagainya.
Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Pada perkembangan
peserta didik, perkembangan fisik-motorik memegang peran yang sangat penting
sebab proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa
mendatang. Selain itu mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya, misalnya
perkembangan kognitif, sosial, dan emosi. Bukankah selama ini kita kenal
pribahasa “Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”.
Bagi peserta didik yang usia remaja, pertumbuhan dan
perkembangan fisik yang optimal secara langsung mampu mempengaruhi keterampilan
anak dalam bergerak. Sedangkan pengaruhnya secara tidak langsung, berupa
berpengaruh terhadap cara pandang atau penyesuaian diri anak tersebut terhadap
dirinya sendiri dan orang lain.
B.
Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Peserta
Didik
Secara umum, terdapat perbedaan antara gambaran
perubahan-perubahan fisik berdasarkan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan.
Pada anak perempuan berupa pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu halus
berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum
setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, menstruasi atau haid, dan
tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sementara pada anak laki-laki berupa pertumbuhan
tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus,
lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi, bulu kemaluan
menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap
tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di wajah, tumbuh bulu ketiak, akhir
perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh
bulu di dada.
Selain perbedaan pada jenis kelamin, setiap fase
perkembangan juga memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda mulai
dari bayi sampai dewasa. Berikut ini karakteristik perkembangan fisik peserta
didik berdasarkan rentang usia:
1.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak
0-5 tahun Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai
mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu
gerakan-gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar sebagai
akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga
ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional.
Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan
keseimbangan berkembang dengan baik.
2.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak usia 5-11
tahun Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak,
koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot-otot
kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya
tahan kurang.
3.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak Usia 8-9
tahun Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki
laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat,
koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat,
koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita
lebih maju satu tahun dari lelaki.
4.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak Usia
10-11 tahun Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan
darah dan metabolisme yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12
tahun). Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.
5.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja Pada
masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada perkembangan,
kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Karakteristik perkembangan fisik pada
masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat,
pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat
kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis,
mimpi basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa
puberitas).
6.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa
Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjadi sangat bervariasi
seiring dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan
fisiknya dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang
proposional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan
mecapai titik maksimal. Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai terhenti sehingga
hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.
Sama halnya dengan perkembangan fisik, karakteristik
perkembangan psikomotorik juga mengalami perbedaan tiap tahun atau fase
perkembangan. Adapun karakteristik perkembangan psikomotorik peserta didik
dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa anak
usia 3 tahun Tidak dapat berhenti dan berputar secara tiba-tiba atau secara
cepat, dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dengan
berganti kaki, dapat berjingkrak.
b.
Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa anak
usia 4 tahun Lebih efektif mengontrol gerakan berhenti, memulai, dan berputar,
dapat melompat 24-33 inchi, dapat menuruni tangga, dengan berganti kaki, dengan
bantuan, dapat melakukan jingkrak 4 sampai 6 langkah dengan satu kaki.
c.
Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa anak
usia 5 tahun Dapat melakukan gerakan start, berputar, atau berhenti secara
efektif, dapat melompat 28-36 inchi, dapat menuruni tangga tanpa bantuan,
berganti kaki, dapat melakukan jingkrak dengan sangat mudah.
d.
Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa anak
usia 6-12 tahun Pada masa anak perkembangan keterampilan dapat diklasifikasikan
menjadi empat kategori:
1)
Keterampilan menolong diri sendiri; Anak dapat makan,
mandi, berpakain sendiri dan lebih mandiri,
2)
Keterampilan menolong orang lain; Keterampilan berkaitan
dengan orang lain, seperti membersihkan tempat tidur, membersihkan debu dan
menyapu,
3)
Keterampilan sekolah; mengembangkan berbagai keterampilan
yang diperlukan untuk menulis, menggambar, melukis, menari, bernyayi, dll.,
4)
Keterampilan bermain; anak belajar keterampilan seperti
melemper dan menangkap bola, naik sepeda, dan berenang.
e.
Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Pada Remaja
Keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh,
kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Pada masa ini, laki-laki mengalami
perkembangan psikomotorik yang lebih pesat dibanding perempuan. Kemampuan
psikomotorik laki laki cenderung terus meningkat dalam hal kekuatan,
kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada
perempuan terhenti setelah mengalami menstruasi. Oleh karena itu, kemampuan
psikomotorik laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
f.
Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa dewasa
Pada usia dewasa keterampilan dalam hal tertentu masih dapat ditingkatkan.
Puncak dari perkembangan psikomotorik terjadi pada masa ini. Latihan merupakan
hal penentu dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan
terprogram, keterampilan yang maksimal akan dapat ditingkatkan dan
dipertahankan. Karakteristik perkembangan psikomotorik ditandai dengan
peningkatan keterampilan dalam bidang tertentu. Semua sistem gerak dan
koordinasi dapat berjalan dengan baik.
C.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan
Psikomotorik
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
fisik peserta didik, yaitu:
1.
Keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor
lingkungan.
2.
Gizi, contohnya peserta didik yang memperoleh gizi yang
cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai
taraf remaja dibandingkan dengan mereka yang kurang mendapatkan asupan gizi.
3.
Gangguan emosional, contohnya peserta didik yang terlalu
sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid
adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan
hormon pertumbuhan kelenjar pituitari.
4.
Jenis kelamin, contohnya peserta didik laki-laki
cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada peserta didik perempuan.
5.
Status sosial ekonomi, contohnya peserta didik yang
berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah cenderung lebih kecil
daripada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial-ekonominya tinggi.
6.
Kesehatan, contohnya peserta didik yang sehat dan jarang
sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering
sakit.
7.
Pengaruh bentuk tubuh bangun/bentuk tubuh, apakah
mesamorf, ektomorf, atau endomorf, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh
peserta didik.
8.
Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf (nervous
system). Pertumbuhan syaraf dan perkembangan kemampuan peserta didik membuat
intelegensi (kecerdasan) meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola tingkah
laku baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem sistem syaraf peserta
didik, akan semakin baik dan beraneka ragam pula pola-pola tingkah laku yang
dimilikinya. Namun uniknya, berbeda dengan organ tubuh lainnya, organ sistem
syaraf apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi.
9.
Pertumbuhan otot-otot. Peningkatan tonus (tegangan otot)
peserta didik dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan
dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini tampak sangat jelas pada peserta didik
yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatannya dalam
permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan yang semakin meningkat
kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa. Peningkatan dan pengembangan
keterampilan peserta didik tersebut bergantung pada kualitas pusat sistem
syaraf dalam otaknya.
10.
Perkembangan dan perubahan fungsi kelanjar-kelenjar
endokrin (endocrine glands). Berubahnya fungsi kelenjar-kelenjar endokrin
seperti adrenal (kelenjar endokrin yang meliputi bagian atas ginjal dan memroduksi
bermacam-macam hormon termasuk hormon seks), dan kelenjar pituitary (kelenjar
di bawah bagian otak yang memproduksi dan mengatur berbagai hormon termasuk
hormon pengembang indung telur dan sperma), juga menimbulkan pola-pola baru
tingkah laku peserta didik ketika menginjak remaja. Perubahan fungsi
kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah
laku peserta didik terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat berupa
seringnya melakukan kerja sama dalam belajar atau berolahraga, berubahnya gaya
dandanan atau penampilan, dan lain lain. Perubahan pola perilaku yang bermaksud
menarik perhatian lawan jenis. Dalam hal ini, orangtua dan guru bersikap
antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku seksual
yang tidak dikehendaki demi kelangsungan perkembangan para peserta didik remaja
yang menjadi tanggung jawabnya.
11.
Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia
peserta didik akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot serta
proporsi (perbandingan bagian) tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan
banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills
anak. Pengaruh perubahan fisik peserta didik juga tampak pada sikap dan
perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri merupakan
konsep diri (self-concept) peserta didik tersebut. Dalam hal ini, dapat
dikatakan bahwa perkembangan fisik peserta didik lebih memiliki signifikasi
daripada usia kronologisnya sendiri.
Timbulnya kesadaran peserta didik yang berbadan terlalu
besar dan tinggi atau terlalu kecil dan rendah jika dibandingkan dengan
teman-teman sekelasnya mungkin sekali akan memengaruhi pola sikap dan
perilakunya baik ketika berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Sikap dan
perilaku yang berbeda ini bersumber dari positif atau negatifnya konsep diri
yang dimiliki.
Sementara adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan psikomotorik, baik yang menghambat dan mendukung peningkatan
potensi kemampuan psikomotorik peserta didik adalah sebagai berikut:
a.
Faktor pola asuh orang tua. Contohnya pola asuh otoriter
dapat menghambat perkembangan psikomotorik saat orang tua menerapkan pola asuh
terlalu otoriter ataupun terlalu memaksa, karena karakteristik seorang anak
sangat sensitif apalagi setiap anak tidak dapat secara langsung dioptimalkan
secara cepat dengan kata lain memaksakan kemampuan dengan waktu yang singkat.
Apabila orang tua memaksakan peningkatan potensi perkembangan psikomotorik
anak, kebanyakan malah menyebabkan gangguan mental terhadap anak tersebut
biasanya anak akan cenderung merasa canggung, merasa serba salah tidak percaya
pada diri sendiri dan merasa tertekan.
b.
Gen dari orang tua. Gen dari orang tua juga bisa menjadi
penghambat dalam upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak, apabila orang
tua mempunyai pembawaan sifat gen yang unggul maka perkembangan psikomotorik
peserta didik akan lancar, begitu pun sebaliknya.
c.
Pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini biasa
berasal dari keluarga, sekolah maupun lingkungan bermain.
d.
Interior ruang belajar. Menjelaskan bahwa kebiasaan
mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya.
Adapun lingkungan fisik tersebut antara lain berupa kondisi fisik hunian
(bangunan), ruang (interior) beserta segala perabotnya, dan sebagainya.
Perkembangan fisik dan psikomotorik yang bagus menjadi harapan kita bersama.
Bukan hanya peserta didik yang ditekankan bagus perkembangan fisik dan
psikomotorik mereka namun juga guru sendiri tidak boleh lalai menjaga kebugaran
dan kesehatannya.
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah (Arief, 2002) bahwa
tujuan pendidikan Islam dibagun atas tiga komponen sifat dasar manusia, yaitu:
tubuh, ruh dan akal yang masing-masing harus dijaga. Rasulullah saw bersabda
“orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang mukmin
yang lemah” (HR. Imam Muslim).
.................................................. tulis
ayatnya Oleh imam Nawawi menafsirkan hadist di atas sebagai kekuatan iman yang
ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan
pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan ke arah
keterampilanketerampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan
tubuh yang sehat.
D.
Implikasi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Peserta
Didik Dalam Pembelajaran.
Peran guru sangat penting dalam membantu peserta didik
untuk mengotimalkan perkembangan fisik dan psikomotoriknya. Begitu pentingnya
peran guru dalam pembelajaran sehingga muncul kesepakatan bahwa guru adalah
pahlawan bangsa. letak masa depan bangsa berada di tangan guru. Guru juga
sebagai penyampai kebenaran dan pengetahuan yang bersifat ilahiyah. Berdakwah
dalam model pendidikan formal.
Selain itu, juga sangat berkontribusi dalam pembentukan
karakter peserta didik. Bahkan dalam
beberapa hadis disebutkan “jadilah engkau seorang guru atau pelajar atau
pendengar atau pecinta dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima sehingga
kamu rusak”. Orang yang kelima yang dimaksud yaitu, tidak jadi guru, murid,
pendengar, juga tidak menjadi pecinta ilmu.
Dalam Hadist nabi yang lain “ Bukan ummatku barang siapa
yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, tidak kasih pada orang yang lebih
muda, dan tidak menunaikan hak guru-guru”. (H.R. Ahmad).
Rasulullah juga bersabda “Belajarlah ilmu,
belajarlah ilmu untuk ilmu dan tunduk
dan patuhlah pada orang yang kamu belajar ilmu dari mereka” (H.R. AtTabrani)
Jawaban tentang pertanyaan karakter yang seperti apa yang
harus dimiliki oleh seorang guru? Tentunya berbeda-beda tiap orang. Namun ada
beberapa karakter yang sudah menjadi rumusan kompetensi yang harus dimiliki
profesi guru. Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia sudah
tertuang dalam Undangundang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10
ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Selengkapnya dapat dibaca dalam modul KOMPETENSI GURU (Modul PPG 2018)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dengan memahami karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik peserta
didik, maka guru harus mampu mengkondisikan pembelajaran dengan
mempertimbangkan karakteristik fisik dan psikomotorik peserta didik dengan
cara:
1.
Guru lebih memahami dan menghargai perbedaan individual
anak, khususnya karakteristik fisik. Misalnya anak yang tinggi dan pendek,
gemuk dan kurus, dll semua harus mendapat tempat yang benar di dalam hati guru
dan mendapat perlakuan yang sama.
2.
Orang tua dan peserta didik harus selalu diingatkan
tentang pentingnya makanan bergizi untuk pertumbuhan fisik peserta didik,
khususnya makanan empat sehat lima sempurna. Bukan makanan yang dibeli siap
saji.
3.
Media pembelajaran yang digunakan harus bervariasi dan
yang bisa secara langsung menstimulasi fisik dan psikomotorik anak, misalnya
media empat dimensi
4.
Guru harusnya lebih banyak memberikan stimulasi supaya
mempercepat kematangan perkembangan psikomotorik peserta didik, misalnya
pemberian layanan pengajaran dan bimbingan.
5.
Guru mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri
untuk meningkatkan pertumbuhan. Misalnya untuk tumbuh menjadi lebih dewasa,
anak remaja harus aktif mencari lingkungan dan pengalaman yang sesuai dengan
kemampuan naturalnya, dan guru mengambil posisi kunci untuk menolong mereka
menggunakan dan mengembangkan bakat-bakat mereka.
6.
Lingkungan pendidikan harus menyediakan ruang untuk
bermain bagi peserta didik. Dengan bermain, mereka mempelajari segala hal dan
yang terpenting mampu melatih fisik dan psikomotorik mereka. Hal itu juga bisa
meminimalisir mereka menggunakan permainan yang menggunakan handphone yang
justru berbahaya bagi perkembangan fisik dan psikomotorik mereka. Untuk perkembangan fisik dan psikomotorik
ini, penulis tekankan adalah stimulasi anak menggunakan permainan yang
melibatkan gerakan fisik dan psikomotorik.
Alasannya karena bermain merupakan salah satu kebutuhan
dan hak dasar anak yang wajib dipenuhi oleh orang dewasa disekitar anak,
termasuk wajib dipenuhi oleh guru. Apabila kesempatan anak untuk bermain hilang
atau berkurang maka akan hilang atau berkurang pulalah kesempatan anak untuk
belajar dengan cara yang alami dan menyenangkan. Permainan yang sebaiknya
digunakan berupa permainan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh agar
otot-otot tumbuh kuat.
Anak juga dapat menyalurkan tenaga/energi yang berlebihan
sehingga tidak merasa gelisah. Begitu juga supaya perkembangan motorik halus
dan motorik kasarnya bisa optimal. Sangat berbeda ketika peserta didik hanya
main game melalui handphone, hanya jari-jarinya yang bergerak sehingga fisik
dan psikomotoriknya kurang dapat tumbuh optimal. Pemahaman terhadap perkembangan fisik dan psikomotorik
peserta didik berguna untuk para pendidik dalam menyusun desain pembelajaran
yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.
SUMBER : PPG.SIAGAPENDIS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar