HASIL DISKUSI MODUL
AKHLAK KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
Bahwa sesungguhnya para ulama salaf sangat perhatian
sekali pada masalah adab dan akhlak. Mereka pun mengarahkan murid-muridnya
mempelajari adab sebelum menggeluti suatu bidang ilmu dan menemukan berbagai
macam khilaf ulama. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata
pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari
adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
بالأدب تفهم العلم
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah
memahami ilmu.”
Guru penulis, Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata,
“Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada
adab, maka ilmu akan disia-siakan.”
Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.
Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun
sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Ibnu Sirin berkata,
كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم
“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk
(adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.”
Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok,
نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من حديث
“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada
banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita
ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.
Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi
disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata,
ما نقلنا من أدب مالك أكثر مما تعلمنا من علمه
“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam
hal adab dibanding ilmunya.” –
Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku
untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di
kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata,
تعلم من أدبه قبل علمه
“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”
Imam Abu Hanifah lebih senang mempelajari kisah-kisah
para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak
mempelajari adab, itulah yang kurang dari kita saat ini. Imam Abu Hanifah
berkata,
الْحِكَايَاتُ عَنْ الْعُلَمَاءِ وَمُجَالَسَتِهِمْ
أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ كَثِيرٍ مِنْ الْفِقْهِ لِأَنَّهَا آدَابُ الْقَوْمِ
وَأَخْلَاقُهُمْ
“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih
aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka
diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.” (Al Madkhol, 1: 164)
Di antara yang mesti kita perhatikan adalah dalam hal
pembicaraan, yaitu menjaga lisan. Luruskanlah lisan kita untuk berkata yang
baik, santun dan bermanfaat. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
من عدَّ كلامه من عمله ، قلَّ كلامُه إلا فيما
يعنيه
“Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding
amalnya, tentu ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat” Kata
Ibnu Rajab, “Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung
perkataannya dari amalannya” (Jaami’ul
‘Ulum wal Hikam, 1: 291).
Yang kita saksikan di tengah-tengah kita, “Talk more, do less (banyak bicara,
sedikit amalan)”.
TUGAS RESUME VIDEO (50 Kata)
Para ulama tidak bisa mendefinisikan akhlah dengan
kata-kata, hanya bisa membrikan contoh-contoh yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Pelajaran yang paling susah adalah pelajaran akhlak. Perlu
perjuangan dan proses dalam menggapai akhlak yang mulia yang sesuai dengan akhlak
baginda Nabi. Sabda Rasulullah SAW “Kesantunan itu bisa diraih dengan
dipelajari”.
TUGAS RESUME SLIDE (30 KATA)
Akhlak merupakan budi pekerti, perangai, tingkah laku, sopan
santun atau tabiat yang di miliki seseorang. Berikut empat kekuatan yang
membentuk akhlak, yaitu: Quwwah al-Ilmi, Quwwah al-Ghadhab, Al-Quwwah
asy-Syahwah, Quwwah al-‘Adl.
TUGAS RESUME ARTIKEL DAN POWER
POIN/SLIDE (150 KATA)
Amal
Shaleh merupakan perbutan yang baik, bermanfaat, selamat, atau cocok. Sedang
menurut istilah amal shalih adalah
perbuatan baik yang dilakukan seseorang karena Allah Swt. Adapun untuk
menyempurnakann kualitas amal shalih kita, seyogyanya dalam hidup segala
sesuatu yang kita perbuat hendaknya dibarengi dengan hal-hal berikut:
A. Tawakkal
Tawakkal ialah penyerahan diri sepenuhnya hanyalah kepada Allah setelah berusaha atau
berikhtiyar.
B. Ikhlas
Ikhlas adalah menyegajakan sesuatu perbuatan karena Allah
SWT, menyerahkan penilan diri sepenuhnya hanya kepadaNya bukan kepada makhluk
selain Allah.
C. Sabar
Sabar adalah keteguhan hati yang mendorong akal pikiran
dan agama dalam menghadapi dorongan-dorongan nafsu syahwat.
D. Syukur
Syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan
Allah yang disertai dengan kedudukan kepada-Nya
E. Ridha
Ridha itu
merupakan kondisi kejiwaan atau sikap mental yang senantiasa menerima dengan
lapang dada atas segala keputusan Allah Swt. yang terkait dengan diri seorang
hamba, baik berupa karunia yang baik berupa nikmat maupun yang buruk berupa
bala’.
إِنَّ الَّذِينَ
قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ
أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah
Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai
hidangan (bagimu) dari
Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Qs. AlFussilat :30-32)
SEDIKIT PENJELASANYA : Allah menenteramkan rasa
takutnya dan menyenangkan hatinya, dan tiada suatu peristiwa besar yang terjadi
di hari kiamat yang ditakuti oleh manusia melainkan hal itu bagi orang mukmin
merupakan penyejuk hatinya berkat petunjuk Allah Swt. kepadanya, dan berkat
amal perbuatannya selama di dunia.
QS. Al-Furqan, ayat 67
وَالَّذِينَ إِذَا
أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (67)
Artinya
: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir;
dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.(QS. Al-Furqan : 67)
SEKILAS PENJELASAN Qs. Al-Furqan, ayat 67 tersebut
ialah : kita jangan tidak menghambur-hamburkan hartanya dalam berinfak lebih
dari apa yang diperlukan, tidak pula kikir terhadap keluarganya yang berakibat
mengurangi hak keluarga dan kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Tetapi mereka
membelanjakan hartanya dengan pembelanjaan yang seimbang dan selektif serta pertengahan.
Sebaik-baik perkara ialah yang dilakukan secara pertengahan, yakni tidak
berlebih-lebihan dan tidak pula kikir.
TUGAS RESUME ARTIKEL (100 KATA)
Dalam
pendekatan representasi sosial, apa yang dipahami, diyakini dan dijalankan oleh
generasi muda berkaitan dengan pemaknaan mereka tentang malu, bisa saja berbeda
dengan teori dan pandangan yang sudah ada sebelumnya.
Rasa
malu pada hakikatnya berkaitan erat dengan kebutuhan manusia untuk menutupi apa
yang tersingkap. Merasa malu berarti merasa terlihat oleh orang lain. Malu
hadir ketika seseorang dievaluasi oleh lingkungan terdekat dan di dalam
penilaian tersebut seseorang merasa tidak menampilkan standar diri dan
nilai-nilai ideal di lingkungannya. Rasa malu berkaitan dengan sering munculnya
evaluasi diri di saat lingkungan sosial bertentangan dengan perilaku, keterbatasan,
dan ketidak pedulian dengan sesama.
PENDAPAT SAYA TERKAIT QS. AL-FUSSILAT 30-32:
Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah menenteramkan rasa takut dan menyenangkan hati bagi orang-orang
yang beriman, dan tiada suatu peristiwa besar yang terjadi di hari kiamat yang
ditakuti oleh manusia melainkan hal itu bagi orang mukmin merupakan penyejuk
hatinya berkat petunjuk Allah Swt. kepadanya, dan berkat amal perbuatannya
selama di dunia.
Jelas ayat ini menerangkan tentang khauf dan raja’ bukan
membicarakan masalah istiqamah.
BERIKUTNYA : Qs.
Al-Furqan, ayat 67 tersebut ialah : Disini saya bisa uraikan bahwa kita jangan tidak
menghambur-hamburkan harta kita dalam berinfak lebih dari apa yang diperlukan,
tidak pula kikir terhadap keluarga yang berakibat mengurangi hak keluarga dan
kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Tetapi membelanjakan harta dengan cara pembelanjaan
yang seimbang dan selektif serta pertengahan. Sebaik-baik perkara ialah yang
dilakukan secara pertengahan, yakni tidak berlebih-lebihan dan tidak pula
kikir.
Wallohu a’lam...
Term
iman atau tasdiq sebagai lawan kata kufr merupakan persoalan yang paling
penting dalam kajian teologi, sekaligus rumit dalam pemahamannya. Kerumitan ini
setidaknya akan tampak pada pandangan masing-masing aliran kalam, seperti
Asy’ariyah, Maturidiyyah, Mu’tazilah, dan Khawarij. Bahkan satu tokoh saja jika
dicermati secara lebih rinci misalnya pendapat Imam al-Asy‘ari tentang masalah
iman dan kafir, masih menyisakan perbedaan pemahaman di kalangan para
penganutnya.
Umpamanya
Amal sebagai perwujudan dari keimanan seseorang yang dianggap sebagai cabang
dari iman. Semakin baik amal seseorang maka akan semakin meningkat keimanannya,
demikian sebaliknya semakin sedikit amal baik seseorang maka akan semakin tipis
amal seseorang. Posisi amal sebagai cabang berhubungan dengan konsekwensi hukum
terhadap orang yang meninggalkannya. Meninggalkan tasdiq dan iqrar
berakibat hukum seseorang menjadi kafir, sementara meninggalkan amal yang wajib
tidak sampai menyebabkan seseorang menjadi kafir akan tetapi dihukumi sebagai
orang yang durhaka/maksiat, sementara orang yang meniggalkan amal sunnah hanya
berakibat pada hilangnya amal kebaikan atau pahala.
TUGAS RESUME SLIDE/POWERPOINT (150 KATA)
Akhlak
terhadap orang lain adalah sifat-sifat yang melekat kuat dalam diri seseorang
yang menjadi sumber kekuatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
berakibat baik atau buruk bagi orang lain. Adapun kategori akhlak terhadap
orang lain yaitu:
A.
Kasih Sayang
Merupakan bentuk respon kejiwaan
terhadap pengaruh dari luar sehingga menimbulkan kepedulian, empati, bahkan
sedih dan marah.
B.
Siddiq (jujur)
Adalah sifat yang menyatu dengan jiwa
seseorang yang dapat mengispirasi dan mendorong secara cepat
untuk berbicara dan berbuat apa adanya.
C.
Amanah
Merupakan sifat yang dapat mendorong seseorang dapat melakukan
perbuatan-perbutan dengan cepat tentang segala sesuatu yang dipercayakan
kepadanya.
D.
Tabligh
Adalah dakwah menyampaikan kebenaran.
Seseorang yang mempunyai sifat tabligh adalah tidak pernah menyembunyikan
kebenaran.
E.
Pemaaf
Merupakan sikap suka memaafkan kesalahan
orang lain tanpa menyisakan rasa benci dan keinginan untuk membalasnya.
F.
Adil
Artinya tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, atau yang
sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.
DISKUSI
QS. AT-TAGHABUN : AYAT 14
QS. At-Taghabun ayat 14 Ini adalah peringatan dari Allah
untuk orang-orang yang beriman agar tidak terpedaya oleh istri dan anak, karena
sebagian dari mereka itu adalah musuh. Dan musuh itu pada hakikatnya adalah
orang yang menghendaki kejelekan bagi kita. Tugas kita adalah bersikap waspada
dari orang yang sifatnya seperti ini. Jiwa diciptakan dengan tabiat mencintai
istri dan anak. Karena itu Allah memberikan nasihat untuk para hambaNya agar membatasi rasa cintanya yang tunduk
pada kemauan istri dan anak itu, karena di dalamnya terdapat larangan syari.
Allah juga mendorong para hambaNya agar menunaikan perintah-perintahNya dan
agar lebih mengedepankan ridhaNya, karena Allah memiliki pahala yang besar yang
mencakup berbagai cita-cita tinggi dan kecintaan-kecintaan yang mahal. Mengingat
larangan untuk menuruti kemauan istri dan anak secara berlebihan sampai
melupakan Allah yang bisa membawa dampak buruk. Disebutkan juag dalam ayat
tersebut bahwa peringatan dari ayat itu mungkin disalah pahami oleh sebagian
orang yang memahami harus bersikap kasar terhadap istri dan anak dan menghukum
mereka. Allah memerintahkan mereka agar waspada serta memaafkan mereka, karena
dalam hal ini terdapat berbagai maslahat yang tidak terhitung jumlahnya. Allah
berfirman, “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Karena
balasan itu berdasarkan amal. Siapa yang tidak marah, maka Allah tidak akan
memurkainya. Siapa pun yang menunaikan amalan-amalan yang disukai Allah dan
menunaikan amalan-amalan yang disukai oleh sesama serta berguna bagi mereka,
maka akan mendapatkan cinta Allah dan cinta hamba-hambaNya. Dan Allah akan
menata rapi masalah-masalah hidupnya.
Wallohu a’lam...
#ppgpai2019
@menzour_id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar