Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Selasa, 11 Juni 2019

TEORI-TEORI PENDIDIKAN KARAKTER MUNURUT PARA AHLI / PAKAR


Para ahli mendefinisikan karakter itu antara lain sebagai berikut :
1.    Quraish shihab
Quraish Shihab menyatakan bahwa Karakter merupakan himpunan pengalaman, pendidikan, dan lain-lain yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sehingga alat ukur yang mewujudkan pemikiran, sikap dan perilaku antara lain akhlak mulia dan budi pekerti luhur.
2.    Imam Ghozali
 Akhlak Karakter merupakan Sifat yang tertanam / menghujam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan.
3.    Yayasan Jati Diri Bangsa
Karakter merupakan Sistem daya juang / dorong  yang menggunakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri kita (perpaduan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai moral dari luar) yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku.[1]
4.      Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona
Karakter menurut Lickona[2] terbagi atas beberapa bagian yang tercakup di dalamnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lickona di bawah ini:
Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior. Good character consists of knowing the good, desiring the good, and doing the good, habits of the mind, habits of the heart, and habits of action. All three are necessary for leading a moral life, all three make up moral maturity. When we think about the kind of character we want for our children, it's clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within. (1991: 51)

Berdasarkan pendapat Lickona di atas dapat dijelaskan bahwa karakter terdiri atas tiga korelasi antara lain moral knowing, moral feeling, dan moral behavior. Karakter itu sendiri terdiri atas, antara lain: mengetahui hal-hal yang baik, memiliki keinginan untuk berbuat baik, dan melaksanakan yang baik tadi berdasarkan atas pemikiran, dan perasaan apakah hal tersebut baik untuk dilakukan atau tidak, kemudian dikerjakan. Ketiga hal tersebut dapat memberikan pengarahan atau pengalaman moral hidup yang baik, dan memberikan kedewasaan dalam bersikap.
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh thomas lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
5.      Pendidikan karakter menurut suyanto
Suyanto (2009)[3] mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuatkeputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
6.      Pendidikan karakter menurut kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.[4] (kertajaya, 2010).
7.      Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas
“Bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.[5]
8.      Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008)
Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.[6]
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).[7]
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
9.      Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D.
pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.[8]
10.  Menurut T. Ramli (2003)[9]
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

[1] Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jendra Kebudayaan, Pelaksanaan Internalisasi Nilai Dalam Rangka Gerakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Kebudayaan, Jakarta : Yayasan Jatidiri Bangsa, 2011, hal. 45 - 48
[2] Thomas lickona, Terjemahan; education of carakter, Bandung: alfabeta,1991 hal.51 (https://www.scribd.com/07/ringkasan+buku+karakter+lickona/htm dikunjungi 15 September 2016
[3] Selamat suyanto, Strategi Pendidikan Anak, Yogyakarta : Hikayat, 2009, hal. 28
[4] Hermawan kertajaya, kalu keunikan ditunjukkan, Bandung: Gramedia,2010 hal 18
[5] Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Pendidikan Karakter. Depdiknas: Jakarta, 2010, hal. 11
[6] Tadkirotun Musfidah, Pembinaan karakter si SMP, Jakarta: Direktorat PSMP,2008. Hal. 19
[7] Tadkirotun Musfidah, Pembinaan karakter si SMP… hal 21
[8] David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. 2004. How to do character education.   (http://www.goodcharacter.com/Article_4.html) (Diunduh 20 September 2016)
[9] Teuku Ramli Zakaria. 2001. Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti. (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026). (Diunduh 20 September 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar