1. Sumber ilmu pengetahuan
Dalam hal ini ada beberapa pendapat
mengenai sumber ilmu pengetahuan diantaranya:
1. Empirisme: Kata ini berasal dari Yunani
Empirikos, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalamannya dan bila dikembalikan kepada kata Yunani,
pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman indrawi.[1]
2. Rasionalisme: Aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Akal
menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut
mempunyai wujud dalam alam nyata dan
bersifat universal.Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah
abstraksi dari benda-bendakonkrit.[2]
3. Intuisi: Menurut Henry Bergson intuisi adalah
hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting,
tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini
(intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu
pengetahuan yang langsung, yang mutlak. Menurutnya, mengatasi sifat lahiriah
pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analis, menyeluruh, mutlak,
dan tanpa dibantu penggambaran secara simbolis. Karena itu intuisi adalah
sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.[3]
4. Wahyu: Wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh
dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah. Pengetahuan mereka terjadi atas
kehendak Tuhan. Tuhan mensucikan jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan
jalan wahyu.[4]
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang
membedakan mereka dengan manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran
pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan ini memang ada pada
saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal ini memang diluar
kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan
membenarkan semua yang berasal dari Nabi.[5]
2. Struktur Fundamental Ilmu Pengetahuan
Dalam
bukuWhat is Science karya Archei J. Bahm di dalam bukunya Muhammad Muslih bahwa
secara umum membicarakan enam komponen dari rancang bangun ilmu pengetahuan,
artinya dengan enam komponen itu, sesuatu itu bisa disebut ilmu pengetahuan
,yaitu:[6]
1. Adanya masalah (problem): Dalam persoalan ini, Archei J. Bahm
menjelaskan bahwa tidak semua masalah menunjukkan ciri keilmiahan. Suatu
masalah disebut masalah ilmiah jika memenuhi persyaratan, yaitu bahwa masalah
itu merupakan masalah yang dihadapi dengan sikap dan metode ilmiah. Masalah
yang terus mencari solusi. Masalah yang saling berhubungan dengan masalah dan
solusi ilmiah lain secara sistematis (dan lebih memadai dalam memberikan
pemahaman yang lebih besar). Untuk itu ia menawarkan, masalah yang dapat
dikomunikasikan dan capable, yang disuguhkan dengan sikap dan metode ilmiah
sebagai ilmu pengetahuan awal, sudah pantas dikatakan masalah ilmiah (
scientific problem).
2. Adanya sikap ilmiyah: Sikap ilmiah, menurut Bahm paling tidak,
meliputi enam karakteristik pokok, yaitu: keingintahuan, spekulasi, kemauan
untuk objektif, kemauan utnuk menangguhkan penilaian, dan kesementaraan. Pertama,
Keingintahuan yang dimaksud di sini adalah keingintahuan ilmiah, yang bertujuan
untuk memahami. Ia berkembang dan berjalan terus sebagai perhatian bagi
penyelidikan, penelitian, pengujian, eksplorasi, petualangan dan
eksperimentasi. Kedua, Spekulatif yang penuh arti; Yaitu diawali dengan
keingintahuan untuk mencoba memecahkan semua masalah yang ditandai dengan
beberapa usaha, termasuk usaha untuk menemukan solusi, misalnya dengan
mengusulkan satu hipotesa atau lebih. Artinya, spekulasi adalah sesuatu hal
yang disengaja dan berguna untuk mengembangkan dan mencoba membuat berbagai
hipotesa. Dengan demikian, spekulasi merupakan karakteristik yang esensial
dalam sikap ilmiah. Ketiga, Kemauan untuk objektif di sini Archei J.
Bahm menjelaskan bahwa objektifitas adalah salah satu jenis sikap subjektif.
Dalam arti bahwa objektifitas bergantung kepada eksistensinya, tidak hanya
eksistensi sebuah subyek, tetapi juga atas kemauan subyek untuk memperoleh dan
mengikuti sikap objektif, dalam arti sifat untuk memahami sifat dasar objek itu
sendiri, sejauh objek tersebut bisa dipahami dengan cara ini. Keempat,
Keterbukaan. Maksud sikap ini menyangkut kemauan untuk bersikap terbuka. Ini
termasuk kemauan untuk mempertimbangkan semua saran yang relevan dengan
hipotesis, metodologi, dan bukti yang berhubungan dengan masalah di mana
seseorang bekerja. Sikap ini harus dibarengi dengan sikap toleran, dan bahkan
menerima ide-ide baru, termasuk, tidak saja ide yang berbeda dengan ide-idenya,
tetapi juga yang kontradiksi atu yang berseberangan dengan
kesimpulan-kesimpulannya. Kelima, Kemauan untuk menangguhkan penilain
atau menunda keputusan. Bila penyelidikan tentang suatu objek atau masalah
tidak menghasilkan pemahaman atau solusi yang diinginkan, maka seseorang tidak
boleh menuntut jawaban yang lebih dari apa yang ia peroleh. Sikap ilmiah
menyangkut kemauan untuk menangguhkan penilaian sampai bisa diperolehnya semua
bukti yang diperlukan. Keenam,
Kesementaraan. Sikap kesementaraan akan selalu meragukan validitas suatu
hipotesa termasuk pengerjaannya, bahkan
meragukan segala usaha ilmiah termasuk bidang keahlian seseorang. Meskipun
pengalaman perorangan dan kelompok cenderung membenarkan keyakinan yang lebih
kuat dan memandangnya sebagai kesimpulan.
3. Menggunakan metode ilmiyah: Sifat dasar metode ilmiah ini, menurut Archei
J. Bahm harus dipandang sebagai hipotesa untuk pengujian lebih lanjut. Esensi
ilmu pengetahuan adalah metodenya, sedang sisi yang lain, Berkenaan dengan
sifat dasar metode ilmiah. Archei J. Bahm berpendapat bahwa metode ilmiah itu
adalah satu sekaligus banyak; dikatakan satu karena metode ilmiah, dalam
penerapannya tidak ada persoalan, sedang dikatakan banyak, karena pada
kenyataannya terdapat banyak jalan. Yaitu; a). masing-masing ilmu mempunyai
metodenya sendiri-sendiri, yang paling cocok dengan jenis masalahnya sendiri.
b). Setiap masalah particular memerlukan metode uniknya sendiri. c). Secara
historis, para ilmuwan dalam bidang yang sama dalam waktu yang berbeda, memakai
metode yang sama sekali berbeda, lantaran berbeda dalam perkembangan teoritis
dan temuan teknologis. d). Perkembangan yang cepat dalam banyak ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin saling bergantung dewasa
ini, memerlukan perkembangan berbagai metodologi baru yang cepat, berkenaan
dengan jenis masalah yang lebih ruwet dan dinamis. e). Siapa saja yang concern
pada metode ilmiah harus mengakui bahwa metode ini mempunyai tahapan-tahapan
yang membutuhkan metode yang berbeda pada setiap tahapannya. Secara lebih
khusus, metode ilmiah meliputi lima langkah, yaitu 1) Menyadari akan masalah;
2) Menguji masalah 3) Mengusulkan solusi 4) Menguji usulan atau proposal; dan
5) Memecahkan masalah.
4. Adanya aktifitas: Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan
oleh para ilmuwan, yang kemudian bisaa disebut dengan riset ilmiah. Riset
demikian mempunyai dua aspek: iindividu dan social. Aspek Individu; Ilmu
pengetahuan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh orang-orang khusus.
Aspek Sosial; Aktivitas ilmiah mencakup lebih banyak dari apa yang dikerjakan
oleh para ilmuwan khusus.
5. Adanya kesimpulan: Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
dihasilkan. Makanya ilmu pengetahuan sering dipahami sebagai kumpulan
pengetahuan. Ide-ide adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. kesimpulan pemahaman
yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan ilmu pengetahuan. Kesimpulan
adalah akhir atau tujuan yang membenarkan sikap, metode, dan aktifitasnya
sebagai cara-cara. Kesimpulan adalah ilmu yang diselesaikan, bukan ilmu sebagai
prospek atau dalam proses.
6. Adanya pengaruh: Ilmu pengetahuan adalah apa yang digarap oleh
ilmu pengetahuan. Bagian apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan tersebut,
kemudian menimbulkan pengaruh beraneka ragam, yang dapat dihubungkan pada dua
hal, yaitu; ). Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi dan industri, yang
disebut ilmu terapan. b). pengaruh ilmu terhadap masyarakat dan peradaban.
[1]
Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam
Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya,cet. VII 2007) .hm .24
[2]
Harun Nasution, Filsafat Agama Hal.15
[3] Burhanuddin
Salam. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Renika
Cipta,2005) hlm. 102
[4]
Ibid, hlm.103
[5] H.A.
Mustafa. Filsafat Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet.1 Hal.106.
[6] Muhammad
Muslih. Filsafat Ilmu; Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka teori
Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Belukar, 2004). hlm.35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar