Sebelum kita masuk pada pembahasan yang lebih
mendalam, disini perlu dijelaskan pengertian outsider. Outsider adalah para
pengkaji agama yang bukan penganut agama yang bersangkutan (orang luar). Orang
Islam yang meneliti agama lain itulah termasuk outsider dan sebaliknya orang
non islam meneliti islam itu juga disebut dengan outsider. Yang menjadi
persoalan adalah apakah dari kalangan outsider dalam penilaiannya benar-benar
objektif dan dapat dipertanggung jawabkan, karena latar belakang dan jerat
histosris yang melekat pada diri outsider tersebut.
Banyak sekali kalangan yang menaruh pandangan
negatif atau su’uzzan pada pendapat
dan teori para outsider. Umpamanya para outsider yang ingin mempelajari islam,
maka itu akan memunculkan pertanyaan di benak kita sehingga membuat kita
menjadi su’zzul terhadap mereka karena tidak didasari dengan akal mereka akan
tetapi dengan nafsu mereka. Adanya indikasi kecurigaan bukannya tanpa alasan,
banyaknya kepentingan-kepentingan Barat terhadap Islam adalah salah satu bentuk
jerat propaganda politik untuk terus menguasai wilayah negara Islam dan
menguatkan akar pendudukan pada wilayah tersebut.
Dari gambaran diatas, memberikan indikasi bahwa
banyak analisis dari kalangan outsider yang tidak bisa di terima oleh insider,[1].
Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut hanya akan menimbulkan
miss-understanding yang dapat berujung pada konflik. Ketidakpuasan dalam menghadapi
kenyataan yang ada, para pakar dan peneliti berusaha mengidentifikasi dan
menyusun bangunan teori untuk memecahkan persoalan seputar studi agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar