Mansur

SITUS PENDIDIK : Ust.MANSUR,A.Ma,S.Pd.I,M.Pd.I,Gr.

Jumat, 14 Juni 2019

PENGERTIAN HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN


1.      Pengertian Hakikat Ilmu pengetahuan

Secara etimologis hakikat berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal meskipun mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air. Istilah-istilah dalam bahasa inggris seperti "substance" dan/atau "essence" yang keduanya menunjuk suatu “essential nature" atau ultimate nature of a thing. Jadi bisa pula dipahami sebagai inti dasar atau inti terdalam pada sesuatu.
Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama.[1] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua pengertian[2] :
    1.      Ilmu Pengetahuan diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan)tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
   2.      Ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dansebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu batin, ilmu sihir, dan sebagainya.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang di susun secara sistematis, dengan menggunakan metode-metode tertentu. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.[3]
Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yaitu: produk-produk, proses,masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai Produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebanarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang. Ilmu pengetahuan sebagai Proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisis rasional, objektif, sejauh mungkin impersonal dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang dapat diamati. Bagi Thomas Khun  normal science adalah ilmu pengetahuan dalam artian proses. Ilmu pengetahuan sebagai Masyarakat  artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya, perilaku dan sikap sertatutur katanya diatur oleh empat ketentuan (imperative) yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterstedness), dan skeptisisme yang teratur.[4]
Mohammad Hatta mengartikan ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan  umum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun bangunannya dari dalam. R.B.S. Fudyartanta, seorang sarjana psikologi mengartikan ilmu pengetahuan susunan yang sistematis daripada kenyataan-kenyataan ilmiah mengenai sesuatu obyek atau masalah yang diperoleh dari pemikiran yang runtut.[5]
Sedangkan menurut Karl Pearson pengarang karya Grammar of Science, ilmu pengetahuan ialah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana). Selain itu, Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag mengartikan ilmu pengetahuan yaitu yang empiris, rasional, umum dan bersusun, yang keempatnya serentak.
Dari keterangan-keterangan para ahli tentang ilmu pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu yaitu sistematis, rasional, empiris, umum dan komulatif (bersusun timbun) serta lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang di studinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan pengindraan manusia.


[1] Jujun S, Suriasumantri. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998). hlm 39
[2] Dep.Dik.Bud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1988). hlm. 231

[3] K. Bertens. Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. (Jakarta: Gramedia, 1989) hlm. 16
[4] Daoed Joesoef. “Pancasila Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan ”dalam Pancasila sebagai orientasi Pengembangan lmu. ( Yogyakarta: PT Badan PenerbitKedaulatan Rakyat,1987). hlm. 25-26.
[5] R.B.S. Fudyartanta. Epistimologi: Intisari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Cipta Karya Abadi, 1970).  hlm. 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar