KB 4 MODUL HADIS
URAIAN MATERI
Dalam
sebuah hadis Rasulullah saw bersabda bahwa pada hakekatnya takwa itu berada di
dalam hati. Meskipun demikian takwa itu harus diimplementasikan atau diwujudkan
dalam perbuatan lahiriyah. Orang yang dalam hatinya ada keimanan dan ketakwaan
dan telah bersaksi akan kebenaran ajaran Islam tetapi tidak mengamalkannya
disebut Fasiq. Sebaliknya orang yang secara lahiriyah memperlihatkan ketaatan
dengan mengaku beriman secara lisan dan mengamalkan ibadah, tetapi dalam hati
dia mengingkari semua itu.
Karena
itu dalam surat Ali Imran ayat 102 Allah swt mengingatkan orang-orang yang
beriman agar bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa (haqqo tukotih) ِAyat tersebut menunjukkan bahwa selain ada orang-orang yang benar-benar
bertakwa, ada pula orang yang berpura-pura bertakwa kepada Allah. Orang yang berpura-pura takwa kepada Allah,
seperti mengaku sebagai seorang beriman padahal hatinya ingkar, atau
berpura-pura menjadi pengikut Rasulullah padahal sesungguhnya dia memusuhi,
berpurapura menjalankan shalat padahal sebenarnya sangat malas mengerjakannya,
orang bersikap demikian adalah orang yang disebut Munafik.
Secara
harfiah, kata munafiq berasal dari kata nafakun yang salah satu artinya adalah lubang tikus di dalam tanah,
yang memilki dua pintu, pintu pertama terlihat, sedang pintu kedua tidak
terlihat. Tikus itu bisa masuk dari pintu yang terlihat lalu keluar dari pintu
yang tidak terlihat. Begitu pula seorang munafik seolah-olah masuk ke dalam
Islam, tetapi dia keluar dari Islam melalui pintu yang tersembunyi. Secara
etimologi atau istilah, munafik adalah orang yang menyembunyikan akidah
kekafirannya dan menampakkan keimanannya secara lahiriyah dengan kata-kata.
Orang-orang
munafik sangat dibenci oleh Allah dan Rasulullah, karena merupakan musuh dalam
selimut bagi kaum Muslimin. Mereka berpura-pura menjadi pengikut Rasulullah
tetapi tidak mau berjuang bersamanya, bahkan bersekutu dengan musuh dan memberi
informasi-informasi rahasia kaum Muslimin kepada musuh. Orangorang munafik
diancam akan disiksa di dasar neraka. Berikut ini kita akan pelajari hadis
Rasulullah terkait dengan ciri-ciri atau tandatanda orang munafik.
Terjemahnya
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tanda-tanda orang
munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika
dipercaya dia berkhianat (HR. Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim yang lain, Nabi
bersabda:
Terjemahnya
Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah saw bersabda: “Ada empat sifat, apabila
keempatnya terdapat pada diri seseorang, jadilah dia munafik tulen, dan siapa
yang pada dirinya terdapat satu sifat darinya, maka dia memiliki satu sifat
kemunafikan; jika berbicara dusta, jika membuat kesepakatan, dia
meninggalkannya, jika berjanji dia ingkar, dan jika bersenagketa melampaui
batas”.(HR. Muslim)
Penjelasan
Hadis Sebagian ulama menganggap bahwa
hadis ini musykil, sulit untuk dijelaskan, karena sifat-sifat dusta, ingkar
janji, atau khiyanat mungkin saja ada pada diri seorang Muslim. Namun demikian
para ulama bersepakat bahwa orang yang membenarkan ajaran Islam dengan hati dan
lisannya, tetapi melakukan perbuatan-perbuatan tersebut tidak dinyatakan
sebagai kafir ataupun munafik yang akan dihukum kekal di neraka. Meskipun demikian para ulama berbeda pendapat
megenai makna hadis ini. Sebagian besar berpendapat bahwa sifat-sifat tersebut
adalah sifat-sifat orang munafik, siapapun yang memiliki sifat demikian, dia
menyerupai seorang munafik dan berakhlak dengan akhlak seorang munafik, karena
sesungguhnya kemunafikan adalah menampakan apa yang berbeda dari apa yang
disembunyikan. Dan hal itu ada pada orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.
Maka
kemunafikannya dirasakan oleh orang yang mengajaknya berbicara, diberi janji
olehnya, dan yang memberinya amanat. Kemunafikan seperti ini adalah munafik
perbuatan bukan munafik dalam hal akidah. Kemunafikan seperti ini tidak diancam
dengan kekal berada di dasar api neraka. Mengenai jumlah sifat-sifat munafik
yang berbeda pada dua hadis di atas, hal itu tidak menjadi persoalan, karena
suatu sifat bisa melahirkan sifat-sifat lainnya. Seperti sifat ingkar janji,
dapat terbentuk darinya sifat menghindar dari kesepakatan yang telah
dibuat. Sebagian ulama berpendapat bahwa
orang yang dari segi perbuatan-perbuatannya disebut munafik adalah orang yang
sebagian besar perbuatannya berupa dusta, ingkar janji, dan khiyanat. Adapun orang
yang hanya sesekali melakukan perbuatan tersebut tidak termasuk munafik.
Menurut
al-Turmudzi, orang-orang munafik pada zaman Rasulullah menyatakan keimanan
mereka tetapi mereka berdusta, mereka diberi amanat untuk menjalankan agama
tetapi mereka mengkhiyanatinya, dan mereka berjanji untuk menolong agama tetapi
mereka mengingkarinya. Karena itu al-Khattaby mengatakan bahwa hadis ini
merupakan peringatan atas kaum Muslimin agar tidak terbiasa mengamalkan
sifat-sifat tersebut yang dikhawatirkan akan menyeretnya kepada kemunafikan
yang sebenarnya.2 Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita dengar kata
munafik.
Kata
munafik mungkin kita anggap tidak begitu kasar di telinga kita, karena kata itu
jarang dipublikasikan di media massa. Namun sebenarnya munafik adalah suatu
sifat seseorang yang sangat buruk yang bisa menyebabkan orang itu dikucilkan
dalam masyarakat. Hadits Nabi Muhammad saw diatas menegaskan bahwa tanda-tanda
munafik adalah:
1. Apabila
berkata maka dia akan berkata bohong/ dusta;
2. Jika
membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya;
3. Bila
diberi kepercayaan/ amanat maka dia akan mengkhianatinya;
4. Bila
bermusuhan melampaui batas.
Seseorang
dapat dikatakan sebagai orang munafik tulen/sejati apabila memenuhi semua sifat
di atas yaitu pembohong, penghianat dan pengingkar janji ada pada dirinya, dan
selalu nampak dalam kebanyakan perbuatannya. Kalau hanya satu atau dua sifat
itu ada padanya, atau hanya sesekali saja melakukan perbuatan-perbuatan itu
tidak dapat dikatakan munafik.
Diatas
telah disebutkan bahwa Hadis ini merupakan peringatan dari Rasulullah agar umat
Islam tidak membiasakan sifat-sifat tersebut yang dapat menyeretnya menjadi
seorang munafik sesungguhnya, yaitu orang kafir yang mengingkari Islam tetapi
berpurapura menjadi Muslim. Ketiga sifat itu harus dihindari mengingat bahaya
yang dapat timbul darinya.
1.
Dusta
Berdusta
adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Berdasarkan hadis
di atas, apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita telah memiliki
satu ciri orang yang munafik. Contoh berdusta dalam kehidupan keseharian kita
yaitu seperti saat menerima telepon lalu kita katakan kepada si penelpon bahwa
orang yang dicarinya tidak ada, padahal sesungguhnya orang itu ada. Kebiasaan
dusta seperti ini meskipun tampak ringan akibatnya, tetapi kalau dibiasakan
akan merembet kepada dusta-dusta atas perkara penting dan berakibat pada bahaya
besar. Pepatah mengatakan رأس الذنوب الكذب
pangkal dari dosa-dosa adalah dusta. Karena itu Rasulullah saw memperingatkan
umatnya untuk menjauhi dusta, karena dusta akan membawa pelakunya kepada
perbuatanperbuatan fujur (dosa), dan perbuatan-perbuatan fujur itu akan membawa
ke neraka (Hadis Riwayat Muslim).
2.
Ingkar
Janji
Perjanjian
atau kesepakatan dengan orang lain terkadang harus kita lakukan. Apabila janji
yang telah disepakati tidak kita penuhi tanpa alasan yang dapat dibenarkan,
maka kita telah ingkat janji. Kemajuan di bidang ekonomi yang telah diraih oleh
negara-negara maju, antara lain didukung oleh komitmen yang tinggi dari
warganya untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang telah disepakati.
Sebaiknya bangsa-bangsa yang rendah komitmennya untuk menepati perjanjian atau
kesepakatan kerja akan jatuh sebagai bangsa yang terbelakang.
3. Khianat
Di
antara ketiga sifat munafik yang tersebut dalam hadis di atas, khianat dapat
dikatakan paling berat akibat buruknya dibandingkan dengan sifat dusta dan
tukang ingkar janji. Orang yang berkhianat akan dihukum oleh masyarakat dengan
dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan lagi, bahkan
bisa dikenai hukuman penjara, apabila pengkhianatannya menimbulkan kerugian
atau bahaya pada negara seperti menjadi mata-mata bagi pihak asing, atau
seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam
pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatanya untuk menyelewengkan uang
pajak.
4.
Melampaui
batas
Permusuhan
atau persengketaan mungkin saja terjadi antara sesama Muslim atau antara Muslim
dan non Muslim. Bila hal itu terjadi seorang Muslim yang sedang terlibat
permusuhan atau persengketaan dengan orang lain dan sedang memendam amarah
kepadanya tetap diharuska berlaku adil terhadap musuhnya. Dia tidak boleh
melakukan tindakan yang melampaui batas seperti menyebar fitnah atasnya,
membeberkan aib atau keburukan orang yang sedang menjadi musuhnya itu kepada
orang lain yang tidak berkepentingan. Kalau hal itu dia lakukan, dia telah
berbuat kemunafikan. Patut kita
renungkan salah ayat dalam surat al-Maidah yang berbunyi:
Artinya: Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwaah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Maidah:8) Begitulah akhlak seorang Muslim, meskipun terhadap musuh, dia harus berlaku adil, dia tidak boleh melakukan apa-apa tidak relevan dengan pokok permasalahan yang menyebabkan permusuhannya dengan orang lain.
Cercaan
Terhadap Orang Munafik Dalam al-Qur’an terdapat satu surat yang dinamai al-Munafiqun.
Dinamai demikian karena surat yang hanya terdiri dari 11 ayat itu, 8 ayat
diantaranya membicarakan sikap dan perilaku orang-orang munafik. Pada ayat
pertama Allah swt mengungkap kebohongan orang-orang munafik berpura-pura
mengakui kerasulan Muhammad saw. Dalam ayat itu dikatakan: Apabila orang-orang
munafik datang
kepadamu,
mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul
Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu
benar-benar orang pendusta. Ayat ini menunjukan bahwa orang-orang munafik hanya
berolok-olok tentang Islam, karena apa yang mereka katakana melalui lidah
mereka berkebalikan dengan keyakinan mereka yang tersembunyi di dalam hati
mereka.
Ayat
kedua menjelaskan kelicikan mereka, mengapa mau memberikan pengakuan bahwa Nabi
Muhammad adalah Rasululah. Dalam ayat tersebut dikatakan “Mereka itu menjadikan
sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan“. Yang
dimaksud perisai adalah sumpah mereka bahwa mereka beriman hanyalah siasat
untuk menjaga harta dan diri mereka supaya tidak dibunuh atau ditawan atau
dirampas harta mereka. Kemudian al-Qura’an menggambarkan hati orang-orang
munafik yang teah terkunci sehingga mereka tidak dapat menangkap kebenaran dan
mengimaninya. AlQur’an berujar: “Yang demikian itu adalah karena bahwa
sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati
mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti“.
Lalu
al-Qur’an mengingatkan orang-orang yang beriman agar tidak terjebak oleh pesona
lahiriyah orang-orang munafik, dengan mengatakan “Dan apabila kamu melihat
mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu
mendengarkan perkataan mereka. Padahal mereka adalah seakan-akan kayu yang
tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada
mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka;
semoga Allah membinasakan mereka.
Bagaimanakah
mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?“ Yang dimaksud bahwa mereka
seolah-olah kayu yang tersandar adalah meskipun tubuh-tubuh mereka bagus akan
tetapi jiwa dan otak mereka kosong sehingga tidak dapat memahami kebenaran.
Sebagai bukti ketidakmampuan mereka memahami kebenaran diungkap dalam ayat
berikutnya. “Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah
memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka
berpaling sedang mereka menyombongkan diri“.
Maka
sebagai akibatnya, Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan memberi
petunjuk kepada mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir.
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan
bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik“. Kemudian digambarkan kebusukan sikap orang-orang munafik ketika mereka
mencoba memecah persatuan umat Islam, dan berusaha menjauhkan umat Islam dari
Rasulullah saw. “Mereka adalah orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang
Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang
(Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan
Rasulullah)."
Padahal
kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik
itu tidak memahami. Setelah terungkap
kebusukan sikap mereka terhadap Rasulullah dan umat Islam, akibatnya mereka
sendiri merasa ketakutan “Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali
ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah
dari padanya." Dan kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan
bagi orang-orang mu'min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.“
Keburukan sikap orang-orang munafik juga
diceritakan dalam sebuah hadis berikut ini:
Artinya: Diceritakan oleh Abu Said al-Khudry, bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah saw. selalu tidak ikut serta bila Nabi saw. pergi berperang. Mereka bergembira-ria dengan ketidakikutsertaan mereka bersama Rasulullah saw. Lalu apabila Nabi saw. telah kembali, mereka mengemukakan alasan kepada beliau sambil bersumpah dan berharap mendapatkan pujian dengan apa yang tidak mereka perbuat.
Maka
turunlah (ayat 188 surat Ali Imron): Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa
orang-orang yang bergembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka
suka dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamum
menyangka mereka akan lepas dari siksa. (HR Muslim) Keburukan-keburukan sifat orang-orang
munafik juga disebutkan dalam surat alBaqarah ayat 8 sampai 20.
Dalam
ayat-ayat tersebut antara lain disebutkan bahwa orangorang munafik adalah
orang-orang yang dalam hati mereka ada penyakit, lalu penyakit itu terus
bertambah. Mereka adalah orang-orang yang membuat kerusakan di tengah
masyarakat, tetapi mereka tidak mengakuinya. Mereka memperolok-olok kaum
Muslimin dengan menganggap mereka sebagai orang-orang bodoh, padahal merekalah
yang dibiarkan oleh Allah terombang-ambing dalam kesesatan. Mereka diibaratkan
sebagai orang yang menyalakan api untuk penerangan, tetapi kemudian api itu
dipadamkan oleh Allah sehingga mereka tidak dapat melihat karena gelap. Mereka
diibaratkan pula sebagai orang yang tuli, bisu dan buta sehingga mereka sama
sekali tidak mampu berkomunikasi dengan lain karena ketiga alat komunikasi itu
telah dimatikan, dan akibatnya mereka tidak menemukan kebenaran.
Sumber : http://ppg.siagapendis.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar